57.

39 8 4
                                    

Namaku Ezra Yudhistira. Aku anak bungsu dari dua bersaudara. Aku lahir di Semarang, pada 18 Agustus 1993 dari pasangan Sujimin Margawisala dan Rahmi Pratiwi. Aku punya seorang kakak laki-laki bernama Bayu Arifianto.

Namaku Ezra Yudhistira. Dulunya aku menyukai lawan jenis. Aku punya lima mantan pacar. Dan mereka semua adalah primadona di sekolahnya masing-masing. Primadona incaranku saat kuliah bernama Arina. Tapi aku tidak kesampaian memilikinya. Karena aku jatuh cinta pada seorang pria bernama Widiyan Yudhistira.

Sampai hari ini.

-Ezra-

*

Awalnya Ezra ragu untuk membubuhkan tanda tangannya di atas surat-surat perceraian yang diberikan oleh Heinrich. Kemudian ia ingat pada alasan Heinrich memberikan benda itu. Walaupun pria itu mencintai Ezra, ia masih ingin menyiksa batinnya. Membalaskan apa yang pernah Ezra lakukan pada Kenny. Hubungan ini jelas tidak sehat. Ezra pikir, dia dan Heinrich bisa menjadi gila jika terus bersama.

Surat-surat itu sudah ditandatangani. Ezra membereskan barang-barangnya. Ia harus angkat kaki dari apartemen ini dengan cepat. Ezra berniat tinggal di apartemen yang lama. Namun, ia butuh waktu untuk membersihkan tempat itu. Rencananya ia akan tidur di hotel selama dua hari.

Saking sibuknya, Ezra tidak mendengar kedatangan Heinrich. Pria itu terkejut saat melihat Ezra sedang membereskan barang-barangnya. Mata mereka bertaut sejenak. Heinrich tahu, Ezra telah memutuskan untuk berpisah. Rasa sedih mengisi hatinya. Tapi mau bagaimana lagi. Kebersamaan mereka adalah bencana.

“Makan dulu. Aku beli makanan khas India. Biryani, butter chicken, momos, kheer, dan lassi mangga,” ujar Heinrich untuk membuka pembicaraan.

“Kau selalu memberiku makanan terbaik.” Ezra bangkit dari lantai. Ia tinggalkan aktivitas melipat celana.

“Itulah yang suami lakukan.”

Mereka fokus makan. Heinrich ingin bertanya tentang keputusan Ezra, tapi ia tak enak hati. Ezra juga begitu, walaupun ia sangat ingin memberitahu Heinrich tentang keputusannya.

“Aku lihat kau membereskan barang-barangmu.” Heinrich meletakkan sendok makannya di atas piring. “Apakah kau memutuskan untuk mengakhiri pernikahan kita?”

“Ya. Aku sadar kebersamaan kita adalah bencana. Ini bukan pernikahan yang sehat jika saling menyakiti.”

Pria pirang itu mengangguk setelah mendengar ucapan Ezra. Ia menatap Ezra begitu dalam.

“Terima kasih. Aku tak seberani itu membuat keputusan. Aku bisa saja maju sendiri, tapi aku tidak melakukan hal itu. Aku masih ingin memilikimu.”

Ezra mendelik ke arah Heinrich. “Kenapa bilang begitu?”

“Aku ingin memilikimu, ingin menyakiti kamu. Bukan cinta,” jawab Heinrich lurus dingin dengan air mata menuruni pipinya. Perlahan ia semakin tersedu. “Kenny mati seketika, aku mau kamu mati perlahan. Sangat pelan, sangat sakit, dan aku menikmatinya.”

Mendengar jawaban Heinrich sangat membuat Ezra sakit hati. Ezra tak menyangka akan diperlakukan seperti itu. Dimiliki hanya untuk disakiti. Tapi ia tahu, mungkin semua ini adalah balasan atas perbuatannya. Jadi ia mencoba ikhlas.

“Maafkan aku.” Hanya itu yang meluncur dari mulut Ezra.

Heinrich menghapus air matanya dan mencoba menenangkan diri. “Ya. Aku juga minta maaf atas segala yang terjadi.”

“Aku harap kita saling memaafkan, memahami, dan berpisah secara baik-baik.”

Heinrich mengangguk setuju. Ia minum air dalam gelasnya. Menatap makanan yang telah habis semua. Kemudian ia berkata, “Aku berpikir untuk kembali menjadi pilot pesawat komersial setelah kita berpisah. Jatuh cinta dan menikah lagi mungkin masih jauh dari anganku. Bagaimana denganmu?”

His Love 3 🌈Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang