Pagi ini Rexton mengatakan ingin mengantar Fiore ke kampus. Kebetulan ada beberapa urusan dengan dosen. Menatap motor Rexton yang ternyata berukuran besar, berbeda dengan motornya yang mungil, Fiore menyadari sesuatu.
"Rexton, gajimu jadi pelayan banyak?"
"Nggak, biasa aja. Kenapa memangnya?"
"Pelayan restoran tapi bisa menyewa kos besar dan mahal, motormu juga keluaran terbaru yang mahal. Bisa ikut pendidikan pasca sarjana di kampus bergengsi. Kayaknya kamu lebih dari seorang pegawai restoran. Apa pekerjaanmu yang sebenarnya?"
Rexton tersenyum, menatap Fiore yang sedang bertanya. Dalam hatinya berkata, belum waktunya untuk Fiore tahu tentang dirinya. Ia sedang menunggu waktu yang tepat untuk bicara, mungkin nanti kalau mereka sudah lebih akrab dan saling percaya.
"Sebenarnya aku ada satu pekerjaan lagi, tapi ini rahasia."
Fiore mengerjap. "Rahasia? Kenapa?"
"Nggak kenapa-napa, beberapa orang memang nggak suka kalau urusan pribadinya diketahui orang lain. Termasuk klienku ini. Jadi, aku itu ngajar les privat ke orang kaya dan hasilnya lumayan."
"Hah, les privat?"
"Hooh, dia orang kaya tapi hanya lulus SMA. Kamu tahu nilaiku lumayan bagus'kan? Makanya aku jadi tutor pribadi, karena dia berniat masuk ke perguruan tinggi terkenal. Orangnya royal dan baik hati, motor ini dia yang berikan. Kalau soal kos, aku rela habiskan uang banyak karena letaknya strategis, dekat kampus, restoran, dan rumah muridku itu."
Terlanjur berbohong, dengan lancar Rexton mengatakan beberapa hal yang ada di otaknya. Selain soal murid dan motor, sisanya adalah kebenaran. Memang kosan ini letaknya sangat strategis, makanya ia suka tinggal sini dari pada rumah pribadinya.
"Wah, ternyata begitu. Pantas saja kamu bisaa beli ini dan itu. Ckckck, coba Anne tahu kalau kamu nggak semiskin yang dipikirnya, pasti dia nyesal."
"Nggak usah mikirin Anne lagi, ayo, naik. Nanti kamu terlambat."
Fiore melompat ke boncengan Rexton. Memang benar saat ini adalah waktu terbaik melupakan Anne. Lagipula setelah kejadian itu mereka tidak pernah bertemu lagi. Biasanya Fiore menjemput Anne untuk berangkat kuliah bareng, siang sering makan di kantin dan sore berpisah. Anne pulang, Fiore bekerja. Kala malam sering bertemu di minimarket karena Rexton akan mengajak Anne belanja. Rutinitas itu sudah berlangsung beberapa bulan.
Ada waktu tertentu Fiore sangat iri pada Anne karena mempunyai keluarga utuh dan harmonis, serta pacar yang baik dan pengertian. Ia menginginkan hal yang sama tapi cukup tahu diri kalau tidak secantik dan sepopuler Anne. Dari awal mereka berteman, Anne banyak dikagumi cowok sedangkan dirinya seolah tidak terlihat. Tidak terbersit pula rasa iri, bagi Fiore hidup itu keras dan kejam, harus dilalui dengan kerja keras. Namun saat mengenal Rexton hatinya pun ikut terhanyut.
Ia selalu menyukai laki-laki yang tidak pernah memandang rendah orang lain. Rexton yang pekerja keras, dan juga rajin belajar. Saat Fiore membutuhkan teman untuk berdiskusi, entah tentang film, buku, ataupun mata kuliah maka Rexton akan menjadi lawan sekaligus teman diskusi yang baik. Sering kali kebersamaan mereka membuat Anne marah.
"Aku ini pacarnya Rexton, tapi kenapa justru tersisih, ya? Fiore, jangan monopoli pacarku, please?"
Setelah itu Fiore menjaga sikap untuk tidak terlalu akrab dengan Rexton. Menahan diri untuk tidak banyak bertanya dan mengobrol seperlunya saja. Sebagai sesama perempuan terlebih bersahabat, harus saling menghargai satu sama lain.
Sekarang status Rexton bukan lagi kekasih Anne. Fiore membebaskan dirinya untuk tersenyum sepanjang jalan, sibuk berceloteh dan mengomentari semua yang dilihat. Rexton pun menanggapi dengan gembira dan tidak terlihat risih meskipun semua perkataannya bisa dibilang bukan hal penting. Ia juga menyadari kalau banyak perempuan saat di jalan memperhatian Rexton lebih lama. Tidak aneh memang dengan tinggi tubuh di atas rata-rata, berkulit putih, serta bersih dan wangi, Rexton memang menarik meskipun menaiki motor.