Quita baru saja menyelesaikan novel yang sedang dia tulis di kamarnya. Ia merenggangkan tubuhnya dan segera melompat ke atas kasur untuk rebahan.
Hari yang cukup melelahkan.
Semalam Quita tidak tidur dari jam 6 sore sampai jam 9 pagi hanya untuk menulis novel.
Setelah lulus kuliah tiga bulan yang lalu, Quita banyak menghabiskan waktunya untuk menulis novel.
Sebenarnya, Quita sudah menulis sejak 2016 tapi dia hiatus menjadi penulis novel karena fokus kuliah dan memiliki sedikit trauma akan menulis novel.
Waktu tahun 2018, salah satu novel Quita ditarik oleh penerbit untuk dicetak. Hanya saja saat itu Quita mendapat editor novel yang kurang menyenangkan.
Seluruh isi novel Quita diharuskan dirubah, bahkan ada beberapa bagian yang jatuhnya bukan mengedit naskah Quita, tapi malah menjatuhkan isi naskah Quita.
Jadi Quita kehilangan rasa percaya dirinya saat itu dalam menulis novel, walaupun kedua orangtuanya memberi support dan juga pembacanya menilai novelnya baik-baik saja, Quita tetap kehilangan selera dalam menulis novel.
Makanya Quita berhenti 2 tahun dalam menulis novel. Baru-baru ini Quita memiliki semangat menulis novel lagi.
"Quita, mamah bikin pudding mangga kesukaan kamu." Suara Ibu Quita, Daya, terdengar.
"Masuk, Mah, gak Quita kunci." Jawab Quita.
Setelah Daya masuk kedalam, dia menghela napasnya. Quita pun bangun dan segera mengambil piring yang Ibunya bawa.
"Kamu mau terus gini aja, Ta? Hidupnya?"
Yang awalnya Quita tersenyum lebar, mendadak ia melihat Ibunya dengan wajah bertanya-tanya.
"Anak-anak temen Mamah udah kerja, loh. Ada yang udah jadi polisi, ke terima di perusahaan bagus, ada yang gajinya 15 juta sebulan." Ucap Ibunya seraya duduk di kursi gaming Quita.
Sedangkan Quita masih duduk dan tidak beranjak dari kasur, "maaf, Mah."
"Mamah sampe bingung mau jawab apa, akhirnya Mamah jawab kalo kamu aja baru pulang dari Korea kuliah disana."
Quita terdiam. Pagi-pagi hatinya sudah sakit sekali. Rasanya semangatnya juga mendadak hilang.
Memang kedua orangtuanya tidak pernah melihat bagaimana Quita berusaha. Karena Quita banyak menghabiskan waktunya di dalam rumah dan Quita sendiri tidak memiliki teman.
Bahkan di rumah pun, Quita menghabiskan waktunya di kamarnya saja sejak dia SMP. Karena dulu, Quita juga tidak boleh sembarang main keluar. Jadilah Quita yang senang berdiam diri di dalam rumah saja.
Quita ingin sekali bilang pada Ibunya kalau Quita sudah berusaha dalam dunianya untuk menulis novel. Tapi Quita tau, apa yang Quita lakukan sudah pasti akan selalu salah.
Ibu dan Ayahnya pun tidak terlalu yakin dengan karir menulis Quita karena nama Quita yang sudah hilang karena Quita berhenti menulis selama 2 tahun. Jadi kemungkinan terbesar, pembaca Quita sudah tidak lagi ada di laman novel Quita, atau ya, sekarang sudah bukan jamannya lagi membaca buku.
"Quita coba ngelamar lagi di tempat lain, ya, Mah?" jawab Quita yang langsung dibalas anggukan oleh Ibunya.
Lalu tak lamanya Ibunya keluar dari kamar. Meninggalkan Quita yang terdiam dan sibuk dengan pikirannya.
Quita tertawa kecil lalu berusaha memakan pudding yang sudah Ibunya buatkan. Air matanya sudah mengalir dan dengan susah payah dia menelan puddingnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Last Goodbye
Storie d'amoreTentang bagaimana kamu didewasakan oleh keadaan dan menghadapi apapun seorang diri. Rasanya sulit untuk memulai hal baru setelah terluka. Tapi bagaimanapun kamu dimasa depan, tetap kamu yang akan memilih bagaimana kamu kedepannya. Mencari tempat pu...