11. Pertikaian Sahabat

1.4K 174 53
                                    

ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ 

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ 

Alaram membangunkan Haima. Wanita itu langsung duduk dan merasakan kepalanya yang sangat berat. Haima bangun dari kasur dan melihat dirinya di depan cermin. Wajahnya bengkak terutama matanya. Haima menangis semalaman sampai lelah dan akhirnya tertidur.

Haima mengusap kasar wajahnya dan bergegas mandi lalu sebelum bersiap untuk membuat bubur jualannya pagi ini.

"Bapak di rumah aja, aku sendiri bisa kok," ucap Haima kepada Bapak yang berniat untuk tetap berjualan.

Ibu dan Bapak sudah tau jika Haima berhenti bekerja. Bapak tidak bertanya kenapa Haima berhenti, hanya mengiyakan, sedangkan Ibu tentu mengomel.

"Bapak masih bisa kok," jawab Bapak.

Haima menggeleng, menyuruh Bapak untuk kembali ke dalam dan membiarkan Haima segera ke kedai.

Sampai di kedai, Haima membereskan tempat itu dan segera bersiap. Biasanya sebentar lagi beberapa pembeli akan datang. Haima terbiasa membantu Bapak sejak kecil, jadi tidak ada lagi canggung atau bingung saat melayani pelanggan yang terkadang tiba-tiba banyak.

Penghasilan dari berjualan bubur tidak seberapa, Haima tau sendiri dan sudah memperhitungkan semuanya. Karena itu, dia harus mendapatkan pekerjaan secepatnya.

"Haima."

Haima mengangkat wajahnya, melihat Akandra yang berdiri di antara para pembeli.

Haima menghiraukan Akandra dan terus melayani sampai semua pembeli mendapatkan pesanan mereka, dan Akandra masih di situ.

"Maaf," ucap Akandra untuk kesekian kalinya.

Seakan tidak mendengar, Haima melanjutkan pekerjaannya, mencuci beberapa mangkuk. Akandra semakin mendekat dan memegang tangan Haima yang langsung ditepis.

"Kamu pikir aku bisa maafin kamu semudah itu? Pekerjaan itu bukan main-main, Akan! Ga bisa kamu seenaknya memutuskan apa yang harus aku lakukan!" seru Haima kesal.

"Aku tau, aku minta maaf. Aku udah dapat pekerjaan baru buat kamu. Tim keuangan kita butuh orang, kamu bisa langsung kerja hari ini kalau mau."

Haima menyeringai kesal dan mendorong Akandra pelan. Tidak pernah dia semarah ini kepada Akandra seumur mereka saling mengenal.

"Pulang, Akan. Aku ga akan pernah mau kerja sama kamu."

"Haima..."

"Pergi!"

Akandra menghela napas, percuma berbicara dengan Haima yang masih marah.

"Nanti malam aku ke sini lagi ya," ucap Akandra seraya mengusap rambut Haima.

Haima langsung mendorong Akandra dengan kuat. "Don't touch me!"

Akandra sedikit kaget tapi kemudian mengangguk. "Oke oke. Sorry. Aku pergi sekarang."

Friend's HouseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang