Punya anak artinya punya banyak drama.
Ayla menarik napas panjang sambil menggeleng dan meneguk segelas air di pagi hari yang cerah ini karena ada saja tingkah ajaib anak-anaknya.
"Abang tidak boleh sekolah! Sekolah membosankan!" tangis Heaven sambil guling-guling di lantai tak mau sekolah karena tidak menyenangkan seperti perkiraannya.
"Abang mau sekolah."
Eden juga ikut menangis karena dia suka sekolah, tapi Heaven yang banyak tingkah dan egois tidak ingin abangnya sekolah. Dia selalu ingin mengikuti semua kegiatan bersama abang tapi tidak dengan sekolah.
"Abang tak boleh sekolah!" pekik Heaven bangkit dari lantai sambil jingkrak-jingkrak tidak terima karena dia tak mau sekolah. Bocah cantik itu lebih suka merepotkan Emme di rumah, tapi harus bersama abang.
"Emme, Abang mau sekolah!" adu Eden sambil memeluk kaki ibunya. Ayla mengangguk sambil menyeka air mata di pipi putra sulungnya.
"Emme, Even kapan selesai sekolah dan tidak sekolah lagi? Even mau jadi orang besar saja," tanya Heaven bertanya seperti orang besar dengan manja.
Bocah cantik banyak tingkah itu mendekat ke arah ibunya karena mau dipeluk juga seperti abang.
"Masih lama," jawab Ayla membuat wajah Heaven kembali jelek karena rasanya begitu melelahkan harus sekolah ini.
"Trus kapan Even di rumah aja kayak Emme tidak perlu sekolah?"
Pertanyaan itu membuat Ayla ingin tertawa tapi juga geleng-geleng. Heaven akan merindukan masa-masa seperti ini ketika dewasa nanti.
"Even capek sekolah." Heaven kembali mengadu dan sedang dalam mode manja.
"Even kan baru sekolah lima hari." Bibir Heaven manyun jelek dengan jawaban yang dibeberkan ibunya karena rasanya begitu melelahkan hari-hari harus datang sekolah.
"Edde, lihat anak-anakmu!" teriak Ayla pada suaminya untuk melihat kekacauan apa yang terjadi karena Auden sedang mempersiapkan kebutuhan sekolah.
Ayla ingin menggendong dua anaknya tapi sudah tidak sanggup mana kakinya panjang-panjang. Tapi, wanita itu berusaha keras menggendong untuk memberi pengertian pasal sekolah.
"Sekolah itu untuk bersenang-senang. Belajar, punya teman banyak, bisa menyanyi, menggambar, mewarnai, dan melakukan banyak hal menyenangkan. Even bisa bawa bekal banyak yang lucu-lucu," jelas Ayla walau bibir Heaven terus manyun tidak setuju dan hanya bersandar di dada ibunya.
Saat melihat Auden bergabung laki-laki itu dengan cepat mengambil ahli karena melihat istrinya kesusahan menggendong anak-anaknya yang sudah tidak pantas digendong.
"Jadi kalau tidak mau sekolah Even di rumah saja bersama Emme dan jangan larang abang buat sekolah."
Heaven menggeleng kerasa sambil meloncat-loncat di pinggang ayahnya tidak terima.
"Noooo! Abang tak boleh sekolah!" protes Heaven tak terima melotot ke arah Eden. Sang abang juga terlihat begitu jengkel pada adiknya dan terlihat ingin menjambak rambut Heaven.
"Abang mau sekolah Edde," adu Eden lagi.
Ayla dan Auden hanya saling pandang karena tidak tahu apa yang harus mereka lakukan drama pagi ini saat kedua anak mereka bersebrangan.
"Ya sudah biar Emme dan Edde saja pergi sekolah," putus Ayla membuat Heaven makin tantrum dan sekarang menjambak rambut ayahnya karena kesal.
Eden tersenyum karena ingin sekolah.
Auden begitu kewalahan menenangkan Heaven yang meloncat-loncat di pinggangnya dan terus menjambak rambutnya.
Ayla nengatupkan bibirnya, ingin tertawa tapi juga marah secara bersamaan. Kenapa anak satu ini begitu lain? Pembuat onar yang selalu buat pusing.
KAMU SEDANG MEMBACA
ISTRIKU INGIN CERAI!
RomanceKamu hanya punya dua pilihan; MENCINTAIKU atau MENCERAIKANKU! ___ SEASON DUA CERITA BENIH MAJIKAN DI RAHIMKU. BACA DULU CERITA PERTAMA.