7 MMT

698 79 2
                                    


"b4ngs4t si doni! Liat aja kalo ketemu lagi gua hajar tu orang." seru nino menggebu gebu sembari mengusap sudut bibirnya yang lebam akibat perkelahian singkat antara dirinya dan doni tadi.

"gua udah bilang jangan balapan lagi sama tu orang dan lo ngeyel, pertama mungkin dia adil tapi ngajak lagi setelah kalah waktu itu gua udah curiga." ujar regi dengan lebam lebih parah dari nino. Sudut bibir robek, hidung di bagian tengah nya terluka dan sudut bibir mata sebelah kiri nya lebam yang lumayan besar.

Sedangkan tiga lainnya, seperti olin hanya mendapat luka sedikit karena ia dan rafa datang ketika nino, regi dan galio sudah hampir selesai membereskan kelompok doni. Galio sendiri hanya mendapat luka sayatan di lengan ulah dari doni yang membawa sajam berupa pisau lipat.

Kejadian yang begitu singkat karena doni tak menerima kekalahan kedua kalinya dan memaksa nino mengembalikan motornya yang lalu, dan seperti yang kalian tau bahwa nino tipikal bajingan kecil yang songong dan tak mungkin begitu saja memberikan apa yang doni minta.

Dan perkelahian bermula dari nino yang meminta doni untuk berlutut mencium kakinya yang mana membuat kubu dari lawan nya tentu saja mengamuk karena merasa di rendahkan.

Rafa menggaruk sisi kening nya yang terlilit oleh perban sembari menatap keadaan tiga orang di depan nya. "alasan apa kalian besok?" tanya rafa menatap tak yakin dengan pikirannya memikirkan ketiga teman nya tak akan ketahuan oleh orang tua masing masing.

"pake masker kacamata sama hoodie seperti biasanya lah." jawab nino sedikit nyolot karena masih merasa kesal. Ia belum puas sebelum memberi doni pelajaran yang setimpal.

Allaahu Akbar, Allaahu Akbar (2x) Asyhadu allaa illaaha illallaah

"mampus!" serentak mereka berlima kala mendengar suara adzan barusan yang menandakan sudah memasuki sholat subuh.

"semoga ribka gak ke kamar!" panik olin buru buru memasuki mobilnya di susul regi dan nino berlari ke arah motor masing masing dan di ikuti galio menuju motornya, sedangkan rafa sudah lebih dulu membawa mobilnya melaju kencang meninggalkan ke-4 nya.

04:55 dini hari.

Rafa meraih pagar pembatas dengan berusaha tak menimbulkan suara sebisa mungkin. Ia telisik dari kaca bahwa kamar di dalam masih gelap yang berarti lulu masih tidur.

Kreatttt......

Bunyi pintu balkon kamar nya membuat rafa meringis dan berhenti sejenak hingga beberapa detik tak mendapati pergerakan dari atas kasur. "aman." bisiknya pada dirinya sendiri sambil menetralkan nafas lalu kembali melanjutkan aksi nya.

Setelah berhasil melewati ujian pintu, sekarang ia harus menuju tempat ia biasa menggantung jaket nya. Namun langkah rafa berhenti mematung di tempat ketika suara sakral lampu berbunyi.

Tak!

Ruangan yang tadinya gelap seketika terang dengan berdiri nya lulu di depan pintu kamar sambil bersedekap dada menatap tajam ke arah rafa.

Jakun rafa naik dengan lamban dan turun perlahan dengan badan kaku menatap wajah datar lulu disana. "ka-kakak udah bangun?"

"darimana kamu?"

Deg!

Pertanyaan yang begitu amat rafa hindari, sebisa mungkin pemuda itu bersikap tenang menatap lulu dengan senyum manis nya. "dari luar, kenapa?" jawab rafa lantas bertanya balik.

"harusnya aku gak sih yang nanya kenapa? Kenapa kamu keluar tanpa pamit dulu?" lulu bertanya tak santai, terlihat jelas dari wajah wanita itu tengah menahan marah pada rafa. Namun semenit kemudian ia menelan kasar salivanya, menahan diri dalam kondisi ia dan rafa untuk merasa berhak atas pemuda itu. Ia jadi merasa bodoh sudah begitu amat khawatir pada pemuda itu dari dua jam yang lalu semenjak ia bangun dan tak mendapati rafa di sebelahnya.

married my teacher ( LuRah )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang