chapter 33

412 50 0
                                    

Luxi POV

Sial, sial, sial aku tak menduga kalau perempuan itu akan mengincarnya. Arghh... kaki sialan, fuckin' legs just fuckin' move!! kalau tidak Giselle bakal.. anak ku bakal... GISELLE!! Aku belum siap kehilangan nya..siapapun kumohon..! ambil saja nyawaku not her..

Zraakkk!!!

Perempuan itu menebasnya hingga tubuhnya terpotong mejadi dua, darah yang ada di pedang nya muncrat hingga mengenai pipi ku. Argh!! Dengan cepat aku mengibaskan pedang ku ke arahnya tapi penyihir ini dengan mudah menghindarinya.

"JOHN!!!" teriak Jeanne.

"aku cuma datang untuk melihat situasi, you weak Lucifer!" ucap perempuan itu kemudian ia terbang menjauh dan menghilang ntah kemana. Sebelum dia pergi ia menjentikkan jarinya dan undead-undead itu menjadi sangat aggressive dan menyerang kami semua.

"I will kill every inch of you!" ucap ku menggertakan giginya ia terlihat sangat murka.

Aku mengibaskan pedang ku membunuh semua undead-undead ini sendirian, darah segar menetes dari pahaku. Aku tak akan berhenti sampai semua undead ini mati di tangan ku, aku bahkan tak memberi yang lain kesempatan untuk membunuh monster-monster sialan ini. shit! my legs are numb.

"ugh!!" ucap ku bersimpuh dengan satu kaki sambil menahan tubuhku menggunakan pedang.

"kau tak apa?" ucap bell yang hendak membantunya.

"JANGAN ADA YANG MEMBANTUKU!!!" teriak Luxi kemudian ia berdiri menggunakan satu kakinya.

Aku membantai mereka dengan menggunakan satu kaki. kugunakan pedang ku sebagai keseimbangan tubuhku agar tak terjatuh, mengibasnya sesuai tempo gerakan ku. saat aku mengibaskan pedang ku, aku seperti mendengar lantunan irama dari potongan-potongan daging yang berjatuhan.

"dia menggerakan tubuhnya seperti sebuah tarian, menari dengan gerakan yang sangat memukau. Menari dengan bahagia di hadapan kematian." Ucap Giselle dengan shock

"sebuah tarian kematian, The Danse Macabre!" ucap Frank tersenyum lebar saat Luxi membantai semuanya hingga tak tersisa.

Semua tubuhku terasa sakit bahkan untuk bernapas aja rasanya sangat sesak, but im still weak. Untuk sekarang perempuan tadi jauh lebih kuat dari ku, aku hampir kehilangan Giselle kalau John tak mengorbankan dirinya.

"ugh..hah...hah!" ucap ku dengan napas tersenggal-senggal.

"John please wake up! Help him! his dying" ucap Jeane memeluk tubuh nya.

"Jeanne.. he's gone now" ucap Giselle dengan lembut.

"No.. his not.. dia masih disini.." ucap Jeanne mengeluarkan air mati.

"we need to bury him.. sebelum para undead menemukannya lalu membangkitkannya!" ucap Violet memeluk nya.

"NO.. he.. s-still.." tangis Jeanne pecah.

Jeanne tak membiarkan kami menyentuh tubuhnya hingga ia kehilangan kesadarannya. Mau ga mau kami harus melakukannya sebelum para undead menemukannya dan membangkitkannya menjadi undead yang berkeliaran di jalan-jalan.

Frank menguburkannya tepat di sebelah makam gadis kecil ini. Lascrea mengambil sebuah batu berukuran besar lalu meletakkan batu itu di makam John dan mengukir namanya di batu tersebut dengan tulisan.

To the memory of

JOHN DE'ARC

Died August.24.2024

"who the hell is she?" ucap Lascrea.

"Hellsythe Grimwood.. The Necromancer.." ucap Jeanne yang tiba-tiba bangun.

"Jeanne?" ucap Violet dengan wajah heran.

"apa itu Necromancer.." ucap Guill.

"Necromancer dikenal karena kemampuannya yang kuat memungkinkannya mengendalikan mayat-mayat dan roh-roh orang mati, dia memberi kutukan kepada mayat-mayat ini menjadi seorang undead. kutukannya seperti wabah yang menyebar dengan cepat lalu menggerogoti jiwamu secara perlahan." ucap Jeanne.

"bagaimana kau tahu?" ucap Haley.

"I just know.." ucap Jeanne dengan tatapan kosong kemudian ia duduk di samping makam John sambil berbisik.

"setalah semuanya berakhir, aku janji akan menyusul mu, just wait for me!" ucap Jeanne mengubur kan mainan mobil pertama John saat dirinya masih kecil.

"you got your memory back!" ucap Gabriel.

"yeah.. tak peduli berapa ratus kali aku dibangkitkan, I will still choose you to be my brother John." Ucap Jeanne tersenyum.

"we need to kill her.." ucap Lascrea.

"we can't kill her, dia memiliki kemampuan yang menyebalkan. Selamanya kematian tak akan bisa melihat keberadaanya. "Ucap Bell.

"Fuck.. apa-apaan itu! bukannya itu curang!" ucap Guill.

"memang, makanya melawannya tak akan mudah.." ucap Gabriel.

"that's why we need to stong!" ucap ku.

Kematian John membuat kami tersadar life is not just about survival, this is war! Tempat yang kami tinggali sudah rata karena perempuan berambut silver itu. mau gimana pun kita harus pergi dari sini, karena aku yakin dia akan datang dengan lebih banyak undead dan mungkin seluruh Guardiannya.

"sial.." ucap ku

pandangan ku benar-benar kabur aku seperti kehilangan keseimbangan ku. ada apa ini? aku terlalu lemah untuk berdiri.

"LUXI!" teriak Giselle menopang tubuhku setelah itu aku tak dapat mengingatnya.

Saat aku tersadar aku terbaring di sebuah kasur, apa semua ini mimpi? Tidak, terlau nyata untuk sebuah mimpi. aku melihat seluruh tubuh ku yang terbalut dengan kain tanpa memakai baju sehelai pun.

Ceklek!

Aku melihat seorang biarawati berjalan ke arah ku membawa sebaskom air.

"kau sudah bangun, aku akan memberi tahu yang lain." ucap biarawati itu kemudian ia pergi.

"dimana ini?" batin ku.

Saat tersadar aku sudah berada di sebuah ruangan dengan tembok batu dan ada beberapa obor sebagai pencahayaan. apa Giselle dan Haley baik-baik saja, dimana mereka. Aku ingin bertemu dengan mereka berdua sekarang..

Ceklek..

"Luxi? syukurlah kau sudah sadar." Ucap Giselle memeluk ku.

Perasaan ku menjadi lega setelah melihatnya, sepertinya yang lain baik-baik saja.

"aku merindukan mu Luxi.." ucap Giselle ia memegang pipiku dan mencium ku dengan lembut. 


jangan lupa tinggalkan komen supaya ceritan nya lebih hidup!!!

Seeking Life In A World Of The UndeadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang