CHAPTER 1

16 3 0
                                    

Salju lebat turun menyentuh bumi, namun salju putih itu kini berwarna merah. Seorang gadis terkapar dengan beberapa luka tembak ia menatap langit  dan tersenyum. Akhirnya ia mendapatkan apa yang ia mau perhatian dari ayah dan kedua kakaknya.

Hanya itu yang dia inginkan meski caranya adalah mencelakai saudara angkatnya sendiri, inilah balasan yang ia dapat tapi tetap saja di hatinya tak ada penyesalan. Ia memejamkan matanya untuk terakhir kalinya ia melihat 3 orang yang sangat ia inginkan kasih sayangnya sebelum ajal menjemput.

"Well bukunya sangat bagus akhirnya, si penjahat Aster mendapat karmanya karena mencelakai Lily tapi aku kasihan padanya. Yang ia inginkan hanya perhatian ini semua salah ayah dan kakaknya bukannya mencari dirinya yang hilang malah memungut anak baru dan menggantikannya. Sudah ketemu bukannya perhatian padanya yang sakit keras malah mendiamkannya dasar."

Seorang gadis berambut hitam panjang dengan warna mata Hazel itu merenggut sambil menutup buku novel yang ia baca. Ia mencuci tangannya dan mulai mengadoni adonan cup cake.

"Buat apa memiliki harta kekayaan tapi dia malah mengejar-ngejar cinta dari orang yang tak ingin keberadaannya hanya sia-sia saja."

"Oh my good luna stop it. Kau sudah mengoceh sepanjang pagi ini."

Luna yang sedang menaruh adonan di cetakan menoleh dan terkekeh melihat rekan kerjanya di toko roti aria.

"Memang apa sih yang kau baca?."

Aria mengeluarkan roti-roti yang baru matang dan menaruhnya di meja.

"Novel tentang seorang gadis bernama lilian dia anak angkat dari keluarga mafia, kehidupannya yang damai dan bahagia hancur seketika, ketika anak kandung yang bernama aster muncul setelah hilang selama 6 tahun. Ia selalu mencoba mencelakai Lilian bagaimanapun caranya hanya demi perhatian ayah kandung dan kakaknya."

"Kurasa Aster karakter yang sangat jahat."

"Ya tapi aku merasa kasihan padanya, dia hanya menginginkan cinta yang tak pernah ia dapatkan. Dia menjadi arogan dengan kekayaan. Jika aku jadi dia aku akan hidup dengan damai tak menganggu siapapun setelah dewasa aku akan mendapatkan banyak uang dari keluarga itu dan keluar rumah membuka toko kue. Dari pada mengejar mereka yang jelas tak mencintainya."

"Hahaha kau ini ada-ada saja."

Luna terkekeh dan memasukan adonan ke dalam oven. Ia merasa dirinya dan Aster tidak berbeda, Luna anak yatim piatu yang harus berjuang keras menghidupi diri sendiri. Kecintaannya membuat kue membuatnya mendapat pekerjaan yang layak dan gaji yang lumayan. Luna bisa membayangkan Aster yang hidup dalam kesepian dan hampa meski Aster datang ke rumah itu di umur 7 tahun tapi semua orang mengabaikannya.

Setelah menutup toko Luna melangkahkan kakinya sambil mengusap kedua tangannya. Salju terlihat lebat karena sudah mau natal ia suka suasana natal yang penuh dengan lampu yang bercahaya. Ia menunggu lampu merah dan melihat sekeluarga dengan 2 orang anak yang bahagia. Hal itu membuatnya tersenyum.

Bola salah satu anak itu terjatuh ke tengah jalan dan anak itu berlari mengambilnya. Luna melihat sebuah mobil melaju dengan kencang ia berlari dan memeluk anak itu dengan kuat. Tubuhnya tertabrak dan terpental, hingga ia berguling di aspal yang tertutup salju. Anak dalam pelukannya menangis dan bangkit ia melihat anak itu tak terluka dan tersenyum kecil.

Orang-orang berkerumun mencoba menolongnya ia merasa sangat mengantuk ia bisa mencium bau darah yang mengalir dari tubuhnya, Luna bisa merasakan inilah akhirnya. Akhir dari kehidupannya perlahan ia memejamkan matanya.


🩷🩷🩷🩷🩷🩷🩷🩷🩷🩷🩷🩷🩷



"Hey bangun cepat bangun anak pemalas."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 16 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

They Love Villaines To Much Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang