Bab 4

3.4K 527 53
                                    

4

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

4. It's Not A Threat,
It's A Warning.

Jane membuka amplop coklat yang diserahkan oleh pihak administrasi Orcus padanya, bayaran atas kemenangannya dalam pertandingan Minggu ini.

Dengan tangan yang masih terbungkus hand wrap, Jane menghitung isi amplopnya yang semakin lama semakin terasa semakin tipis saat ia genggam. Jane mengerutkan keningnya ketika jemarinya menghitung jumlah uang yang berada di dalam amplop tersebut.

"Kenapa jumlahnya semakin berkurang?" tanya Jane tanpa menyembunyikan rasa kesalnya.

Lidya, sang administrasi Orcus itu menatap Jane dengan tatapan jengkel, "Tuan David mengatakan untuk memotong bayaranmu, kau pikir hutangmu tidak berbunga? Kau sendiri yang setuju menandatangani kontraknya kalau bunga dalam hutangmu akan naik setiap kali kau gagal melunaskan hutangmu dalam jangka waktu satu tahun, dan sekarang sudah 10 tahun lamanya."

Jane meremas amplop di tangannya tersebut, malas berdebat dengan Lidya karena ia tahu apa yang Lidya benar adanya meski itu tidak adil sekalipun, dengan kasar Jane memasukkan amplop tersebut ke dalam tasnya dan membuka hand wrap-nya.

Dalam perjalanan menuju pintu keluar Jane mendapati Ronald tengah menunggunya, Ronald tersenyum ke arah Jane. "Apa kau sudah mengambil bayaran-mu?" tanya Ronald seraya merangkul pinggang Jane.

Sekelebat Jane melihat belakang kepala Ronald yang sudah tak lagi terpasang perban, Jane menggigit bibirnya lantaran ia kembali teringat dengan Dalton, bajingan yang hilang sepuluh tahun lalu, muncul dan membuat perasaan Jane kacau karena teringat masa lalunya dan kini kembali menghilang kembali.

Selama dua minggu ini Jane tak melihat Dalton lagi usai ia memberitahu apa yang telah Ayahnya lakukan pada Jane dan keluarganya, tidak ada permintaan maaf, Dalton lagi-lagi melakukan apa yang telah menjadi keahliannya yaitu menghilang.

Jane senang karena ia tidak perlu menghadapi Dalton lagi, tiga kali melihat wajahnya saja Jane sudah merasa sangat muak dan melelahkan, seolah bertemu dengan Dalton lebih berat dibandingkan harus melakukan pertandingan tiga kali berturut-turut, namun bohong jika Jane katakan ia tidak marah dengan menghilangnya Dalton kembali, bukan karena Jane masih mencintai Dalton, tapi karena Jane mengharapkan permintaan maafnya, atau paling tidak mengharapkan rasa bersalah Dalton atas apa yang terjadi pada Jane karena ulahnya.

Tapi lagi-lagi apa yang Jane harapkan dari seorang Dalton? Dalton adalah orang yang egois yang hanya memikirkan dirinya sendiri.

"Kau murung, apa Lidya kembali memotong bayaranmu lagi?" tanya Ronald lagi karena melihat kening Jane berkerut, usai Jane menganggukkan kepalanya sebagai jawaban, Ronald mengusap lengan Jane lembut. "Kau tidak perlu khawatir, meski bayaranmu kecil karena potongan-potongan itu, kau masih memiliki-ku, aku tidak akan mungkin membiarkanmu kesulitan."

SHATTEREDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang