1. Awal yang terluka

25 4 1
                                    

Dahulu, sebelum manusia hadir di dunia ini, hidup sekelompok mermaid di bawah samudra yang luas, dengan sebuah kerajaan yang megah di dalamnya. Kerajaan itu dipimpin oleh Raja Tirta dan Ratu Alsi, yang memiliki dua putri—Amber dan Niela. Mereka hidup dalam damai dan penuh kasih sayang. Namun, meskipun hidup dalam kemewahan dan kedamaian, tidak semuanya berjalan seperti yang diinginkan. Terdapat perasaan yang tak terungkapkan, kebencian yang tersembunyi, dan rasa kehilangan yang mulai tumbuh di hati masing-masing.

Raja Tirta adalah sosok pemimpin yang bijaksana, tegas, dan adil. Sifat-sifat baiknya tercermin dalam diri putri keduanya, Niela. Ia memiliki hati yang lembut, penyayang, dan penuh perhatian kepada orang lain. Di sisi lain, ada Amber—putri sulung yan cerdas dan kuat, namun hatinya dipenuhi perasaan iri dan cemburu. Ketika kecil, Amber adalah anak yang ceria, baik hati, dan sangat menyayangi Niela. Namun seiring waktu, perasaan itu berubah.

Semakin besar, Amber merasa dirinya lebih dipinggirkan oleh orang tuanya, terutama oleh kasih sayang yang diberikan kepada Niela. Ia merasa tidak dihargai, seolah-olah Niela yang selalu mendapatkan perhatian lebih. Namun, kenyataannya, itu hanya perasaan Amber saja. Kedua orang tuanya, Raja Tirta dan Ratu Alsi, tidak pernah membeda-bedakan mereka. Mereka hanya ingin yang terbaik bagi kedua putri mereka, meskipun keputusan mereka terkadang membuat Amber merasa tak diinginkan.

Pagi itu di istana, sinar matahari pagi menembus jendela kamar Amber dan Niela. Udara laut yang segar menyambut pagi di Kerajaan Mermaid.

Di kamar Niela, seorang dayang kerajaan datang untuk menyapanya. "Selamat pagi, Tuan Putri Niela," sapa pelayan dengan lembut.

"Pagiii!" sahut Niela ceria, wajahnya yang masih sedikit mengantuk bersinar dengan senyuman hangat. Niela memang gadis yang ceria dan penyayang, selalu membalas sapaan dengan kebaikan.

Sementara itu, di kamar Amber, ia sudah bangun lebih pagi. Sebagai putri sulung, ia tahu betul jadwal hariannya tanpa harus dibangunkan. "Dayang, tolong siapkan kamar mandiku. Aku ingin mandi sekarang," pintanya dengan tegas.

"Baik, Tuan Putri," jawab dayang dengan hormat, dan segera menyiapkan segala keperluan Amber.

Setelah mandi, Amber pergi ke tempat favoritnya, yaitu tempat bermain ikan-ikan laut yang indah. Ia selalu merasa tenang dan damai di sana, jauh dari kebingungannya yang tak pernah hilang.

Sementara itu, Niela, yang merasa ingin bermain bersama Amber, bergegas menuju taman istana. Ia berlari ke arah Amber sambil memanggil, "Ayah! Ibu!" Keduanya berlari dengan ceria, saling menyayangi satu sama lain tanpa memedulikan dunia di sekitar mereka.

Ketika mereka sampai di taman istana, Raja Tirta dan Ratu Alsi sudah menunggu mereka. "Pagi, Amber, Niela," sapa Raja Tirta dengan senyum bijaksana.

"Pagi, Ayah, Ibu," jawab mereka bersamaan. Senyum Niela yang ceria dan senyum Amber yang lebih dingin menciptakan kontras yang mencolok.

Namun, kali ini suasana terasa berbeda. Ada yang mengganjal di hati Raja Tirta. Ia menatap Amber dengan berat hati. Setelah beberapa detik diam, ia akhirnya berbicara. "Amber, kemarilah nak, duduk di dekat ayah," katanya, suara tegasnya sedikit gemetar.

Amber menatap Ayahnya dengan bingung, merasa ada sesuatu yang tidak beres. Ia pun mendekat, duduk di samping Raja Tirta. "Ada apa, Ayah?" tanya Amber, masih belum bisa menebak maksud dari percakapan ini.

Raja Tirta menghela napas panjang, dan wajahnya tampak serius. "Amber, kau harus melaksanakan pelajaran kedisiplinan dan tata cara kerajaan sebagai seorang ratu yang akan memimpin setelah Ayah," ujarnya dengan nada yang berat, seolah ingin mengungkapkan sebuah kenyataan pahit.

Amber terdiam sejenak, mencoba mencerna kata-kata Ayahnya. Namun, ia tidak mengerti mengapa ada rasa sedih yang terpendam di dalam diri ayahnya. "Ayah, aku sudah siap untuk itu. Aku akan belajar jadi seorang ratu di istana ini," jawab Amber dengan yakin.

Ratu Alsi, yang melihat perasaan suaminya, lalu menarik Amber ke pelukannya. Air mata Ratu Alsi mulai mengalir, dan dengan lembut ia berkata, "Nak, ini bukan keputusan yang mudah bagi Ayah dan Ibu." Ia memeluk Amber erat-erat, menahan kesedihan yang begitu mendalam. "Kau tidak akan belajar di istana ini. Kau harus belajar di samudra lain, di luar kerajaan kita. Maafkan Ayah, Amber."

Keheningan tiba-tiba menyelimuti taman istana. Amber merasa seakan dunia sekitarnya berhenti berputar. "Kenapa? Mengapa aku harus diasingkan?" pikirnya. Semua pertanyaan itu bergejolak di dalam benaknya. Mengapa ia harus berpisah dengan keluarganya? Mengapa keputusan ini harus diambil?

Tanpa sepatah kata pun, Amber berdiri dan pergi meninggalkan mereka. Raja Tirta mencoba menghentikannya, tetapi Ratu Alsi menahan suaminya. Mereka hanya bisa menatap langkah Amber yang semakin menjauh.

"Niela," Ratu Alsi berbalik pada putri bungsunya yang berdiri dengan wajah polos. "Kembali ke kamar, ya. Ibu akan menemanimu bermain nanti," ujarnya, mencoba menenangkan suasana.

Niela yang masih bingung dengan apa yang terjadi hanya mengangguk. "Baik, Ibu," jawab Niela dengan suara lembut, tetapi pikirannya dipenuhi banyak pertanyaan. "Kenapa kakak pergi? Mengapa Ibu dan Ayah menangis? Apa yang terjadi?" pikirnya dengan hati yang gelisah.

Dengan langkah kecil dan hati yang penuh pertanyaan, Niela kembali ke kamarnya, meninggalkan kebingungan dan kesedihan yang menggelayuti keluarganya.

---


mermaid Palace


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




Next partt ditunggu ya

Jangan lupa votee

Mermaid's little heart (ON going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang