Satu

23 2 0
                                    

Halo guys, ini cerita pertamaku. Mungkin masih banyak yang harus di perbaiki, jadi aku mohon bantuannya untuk kalian membaca sekalian berkomentar untuk mengoreksi. Agar cerita ku bisa layak untuk di baca



Happy Reading 🐼


“Ris, tungguin!”, Vian dengan langkah cepatnya menyusul Risa. Saat berhasil menyamai langkahnya, Vian mencekal tangan Risa.

“Apaan sih Lo!”, tepis Risa dengan galaknya.

“Plis, terima gue jadi cowok Lo!”.

Risa sudah muak dengan lelaki satu ini. Pasalnya ia baru saja memasuki sekolah tingkat SMA, tetapi sudah bertemu dengan makhluk aneh seperti Vian. Sebenarnya lelaki dihadapan ini memiliki malu gak sih?, beberapa kali Vian menyatakan cinta padanya, memaksa Risa untuk menerima Vian jadi pacarnya padahal Risa sudah bersikeras menolak mentah-mentah, bahkan sudah Risa lakukan di depan banyak murid tetapi tetap saja Vian terus mengejarnya.

Kejadian bermula saat masa MPLS yang dilaksanakan tiga hari kemarin, saat itu Risa yang memang pandai bernyanyi ditunjuk oleh salah satu kakak kelas untuk bernyanyi mengisi acara akhir MPLS, dan kakak kelasnya juga menunjuk Vian menjadi partner Risa, disitulah Vian mulai suka dengan Risa. karena Risa adalah tipe Vian. 

“Hei, ini sudah bel kenapa kalian berdua masih di luar?!”, Bu Jasmine yang akan memasuki kelas X IPA itu menegur Risa dan Vian.

“Eh ibu, biasa Bu saya mau kasih semangat dulu ke pacar saya”, jawab Vian seenaknya.

“Gue bukan pacar Lo!”, tegas Risa.

“Sudah-sudah, Vian kamu bukannya anak IPS? tadi ibu lihat sudah ada pa Anjas di kelasmu”, jelas Bu Jasmine

“Gue belajar dulu ya cantik”, ujarnya sembari menatap Risa, hal itu membuat Bu Jasmine geleng-geleng kepala.

Vian sudah berlalu, Risa dan Bu Jasmine pun memasuki ruangan yang sama, yakni X IPA.

Kring.. kring.. jam istirahat telah berbunyi, silahkan keluar kelas secara beraturan. Ingat buang lah sampah pada tempatnya

Risa sedang membereskan alat tulisnya, disamping ada Riri teman sebangku yang memang baru kenal juga. Tapi mereka berdua sudah sangat akrab.

“Ayo Risa kita ke kantin, aku udah lapar banget”, ajak Riri. Perempuan itu menggunakan bahasa aku -kamu saat berbicara, karena Riri berasal dari Desa dan kebetulan ia pindah rumah ke Jakarta. jadi ia belum terbiasa berbicara gaul seperti orang-orang kota itu.

Riri dan Risa berjalan beriringan. Setibanya di kantin, mereka memesan siomay dan es jeruk lalu memakannya dengan sembari obrolan kecil.

Tetapi ketenangan Risa berlalu begitu saja saat orang yang selalu mengganggu menghampirinya.

“Hai sayang, Lo kok gak nungguin gue?”, suara itu berasal dari mulut Vian. Vian tak datang sendirian, ada dua temannya mengikuti Vian dari belakang, yakni Putra dan Haris.

Risa tetap mengabaikan keberadaan Vian dan lanjut memakan siomay nya yang tersisa satu suap lagi.

“Gue udah selesai nih Ri, mau langsung ke kelas”, ujar Risa yang benar-benar mengabaikan Vian yang masih setia duduk disampingnya

“Risa gue lagi ngomong sama Lo!”, gerutu Vian

“Oh ngomong sama gue?, Gue kira sama angin”, celetuk Risa.

“Udahlah bro, masih banyak cewek lain”, kata Haris.

“Iya bro, gue tau Risa emang cakep. Tapi Lo bukan selera dia”, Putra ikut menimpali.

RISATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang