28 : Kolam Renang

276 32 13
                                    

"Sial. Ini membuatku sakit kepala!" Jia mengumpat begitu sampai di jalanan luar area rumah.

Untuk sampai di sana, Jia sempat melewati orang-orang yang sedang bermain badminton dan basket. Misoo bahkan sengaja ia tinggalkan yang tengah bermain tenis meja dengan Johnny. Ia bilang padanya kalau ingin sendiri dulu.

"Haish!" Jia mengacak rambutnya seperti orang gila. Kakinya menendang-nendang kerikil di pinggir jalan, kemudian berjongkok dan menenggelamkan wajahnya di atas lipatan tangannya.

Hingga sampai beberapa saat, terdengar suara seseorang.

"Ya, apa yang kau lakukan disini seperti orang gila?"

Mendengar suara yang tidak asing, Jia lantas mendengak.

Jisung yang berdiri di hadapannya.

"Apa aku seperti orang gila?" Jia bertanya dengan wajah polosnya.

Jisung mengangguk.

"Haish! Harusnya Oppa jangan terlalu jujur!" decaknya.

Laki-laki itu tertawa.

"Berdirilah. Ayo kubelikan kopi." Jisung mengulurkan tangannya untuk membantu Jia berdiri.

Jia menerimanya dengan sedikit enggan. "Apa yang Oppa lakukan disini?" tanyanya.

"Menanam padi."

Jia menatapnya dengan mata mendelik. Baru tahu kalau laki-laki ini bisa sarkas juga.

"Tentu saja jalan pagi." jawab akhirnya.

Jia tertawa kesal. "Ternyata Oppa bisa menyebalkan."

"Menjadi member dream itu keras."

Jia menahan tawanya. "Benar juga. Oppa pasti tertekan memiliki hyung seperti Haechan."

"Semuanya kecuali Mark hyung. Tapi terkadang juga dia tidak ada bedanya."

Jia tertawa mendengarnya.

Mereka lalu berdiri di depan mesin kopi otomatis di pinggir jalan. Jisung memasukan koin dan tak lama kemudian, dua buah kopi kalengan muncul di bagian bawah mesin tersebut.

"Nih." dia menyerahkan pada Jia salah satunya.

"Gomawoyo," Jia menerimanya dengan senyum tipis.

"Sepertinya kau memiliki masalah yang serius." tebak Jisung.

Jia meringis. "Yah, semacam itu."

"Mau cerita?" keduanya masih terus melanjutkan langkah mereka.

Jia menggaruk rambutnya, bingung.

"Kalau tidak juga tidak apa-apa. Kita tidak sedekat itu untuk berbagi cerita."

Jia tersenyum tak enak. "Sebenarnya ada banyak yang ingin ku katakan, tapi aku bingung mengatakannya."

Jisung mengangkat satu alisnya dan matanya tak sengaja menangkap sesuatu di leher Jia. Dua bercak merah yang berdekatan.

"Tunggu. Lehermu?" Jisung menghentikan langkahnya. Dia sangat terkejut melihatnya.

Mungkin karena sudah pasrah, Jia tidak terkejut orang lain tahu. Ia hanya tersenyum saja.

"Menurut Oppa, ini siapa yang melakukannya?"

Jisung menatapnya ragu. "Jeno?"

Jia tersenyum menunduk. "Kau benar." ucapnya.

"Jeno hyung sudah gila mungkin ya, kenapa dia sampai memberimu tanda? Di tempat terbuka pula." komentarnya.

"Tapi, apa kau tidak masalah siapapun melihat lehermu?" Jisung masih memperhatikan leher itu.

POISON [LEE HAECHAN] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang