The Stolen Kiss (3)

259 35 2
                                    

"What is that supposed to mean?"

"I'm asking that same question to you." Maverick membalikkan tubuh ke arahku. Marah. Setidaknya dia tampak cukup marah bagiku. Maverick tidak lagi terlihat setenang biasanya. Dia mengangkat dagu, melirik ke bawah dari naungan bulu matanya. Aku tahu gestur itu. Dia sengaja melakukannya agar aku harus mendongakkan kepala untuk bisa menatapnya. Maverick sengaja memanfaatkan tinggi badannya yang tidak wajar sebagai senjata. Kubalas pelototannya dengan jengkel, meski leherku terancam kram bila aku terus melakukannya. Tinggi Maverick tidak kurang dari 6'4", jelas bukan tandinganku yang termasuk rata-rata.

"Do you like being bullied, Faith?"

"I don't."

"Lalu kenapa kau diam saja dan tidak melawan?"

Aku membuang muka, menghindari tatapannya. "Aku bukan tandingan mereka."

"Kau bisa teriak," bantah Maverick.

"Tidak akan ada yang peduli."

"Aku peduli."

Mataku kembali kepadanya. Maverick tampak serius. Tidak ada lagi senyum licik maupun raut bosan yang biasa mendominasi ekspresinya. Dia menunduk. Mendekatkan wajah kami begitu tiba-tiba. Aku terhenyak saat Maverick menahan tengkukku, mencegah agar tidak berpaling.

"I care," ulangnya dengan bisikan rendah.

Dia akan menciumku lagi. Aku tahu dia akan melakukannya. Aku hanya tidak mengira dia akan melakukannya di sini. Di depan umum. Di tepi trotoar tempat banyak orang lalu-lalang.

Telapak tanganku mendarat di bibir Maverick sesaat sebelum bibir kami benar-benar menempel. Sekilas, aku dapat menangkap kilat geli di mata abu-abu gelapnya. Kutarik tangan ketika dia menjulurkan lidah dan menjilat telapakku. Dia sangat suka menggodaku. Aku tahu dia tidak pernah serius dan hanya senang melihat kegugupanku bila berhadapan dengannya.

"Marcie mengenalmu." Aku menyinggung reaksi Marcie barusan untuk mengalihkan perhatian Maverick dariku.

"Dia hanya merasa pernah melihatku. Kami sekelas. Itu hal yang wajar." Maverick meraih tanganku, menggenggamnya sepanjang langkah kami menyusuri trotoar.

"Dia bilang bukan di kampus."

Maverick tersenyum mendengar rasa penasaranku. "Ke mana arah pertanyaanmu, Faith?"

Aku merona karena kebodohanku sendiri. Tampak jelas bahwa aku ingin tahu lebih banyak tentang kehidupannya. Itu tidak dapat dicegah. Aku sudah lama memperhatikannya.

"I'm just curious."

"About me?"

Kali ini, aku memberanikan diri untuk mengangguk. Tidak lagi mengelak seperti sebelumnya. Senyum di wajah Maverick makin lebar. Matanya bersinar hangat.

"Look around you." Dia memerintah lembut. Aku mengikuti kata-katanya. Mengamati orang-orang di sekeliling kami. Gedung-gedung tinggi. Pertokoan. Papan iklan. Kemudian sesuatu menghentikanku. Mataku terbelalak saat melihat pemandangan itu. Pandanganku berpindah cepat pada Maverick, lalu kembali lagi.

 Pandanganku berpindah cepat pada Maverick, lalu kembali lagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Piece of My MindTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang