PULANG SEKOLAH

20 4 0
                                    

HI LEUTE!

DON'T FORGET TO SHARE MY STORY

HAPPY READING

Aku akan memberikan sebuah luka kepadamu hingga kamu benar-benar menganggap ku sebagai villain yang menunggu kemenangan.

ACACYA

"Ma, Ayah berangkat kerja, ya," ujar Samuel kepada istrinya. "Jaga anak-anak," tambahnya.

"Ayah berapa hari nanti gak pulang kerumah?" tanya Lana, penasaran.

"Sepertinya lama, Ayah belum bisa pastikan," jawab Samuel. "Ayah minta sama Mama jangan membeda-bedakan perlakuan Mama kepada anak-anak kita," pinta Samuel dengan tulus.

"Yaudah, Mama antar ke depan." Lana membantu suaminya membawa barang-barang untuk dimasukkan ke mobil.

"Ayah pergi," pamit suaminya.

"Hati-hati," balas Lana dengan hangat.

Setelah memastikan mobil suaminya sudah menghilang dari pandangannya wanita paruh baya itu masuk ke rumahnya.

Sudah siang hari, kenapa Stevan dan Sagrio belum pulang. Batin wanita itu.

Lana membersihkan rumahnya, menyiapkan makan siang, dan menyiram tanaman kesukaannya, yaitu bunga, pohon, dan jenis tanaman herbal lainnya yang ditanami di belakang rumahnya.

Menurut wanita itu semakin banyak tumbuhan di sekitar rumah semakin banyak pula udara bersih yang dihasilkan dari oksigen tumbuhan itu sendiri. Namun, Lana tidak menanam bunga karena orang yang dibencinya amat menyukai bunga.

Di sela-sela kegiatannya tak lupa juga Lana bersenandung kecil sambil menikmati semilir angin yang dapat menerbang-nerbangkan kecil rambutnya yang terurai panjang.

"Aku pulang." Suara dari anak laki-laki pertamanya.

Lana segera menghampiri Sagrio. Sagrio menerima uluran tangan Mamanya dan mengecupnya sebentar.

"Stevan pulang Mama," teriak anak laki-laki keduanya dari pintu rumah.

Stevan mengecup tangan kanan Mamanya dan memeluk tubuh wanita itu. "Stevan lapar," katanya. "Perut gede minta diisi Mama," adu Stevan dengan wajah memelas.

"Anak-anak Mama yang tampan ini lebih baik membersihkan diri, seragamnya digantungkan dengan baik, dasi sama ikat pinggang jangan sampai tidak disimpan baik-baik," perintah Lana dengan suara lembut.

"Siap Mama," jawab Sagrio dan Stevan serempak.

Setelah selesai melakukan perintah dari Mamanya, kedua anak laki-laki itu menghampiri Mamanya di meja makan.

Ketika Lana dan Sagrio ingin menyuapkan sesendok nasi ke mulut mereka. Suara seseorang menghentikan kegiatan mereka.

"Berhenti," ucap Stevan. "Kita belum berdoa," lanjutnya.

"Stevan yang membawa doa." Stevan pun memulai doa dengan kata puji syukur dengan diakhiri kata Amin.

"Sekarang kita bisa makan," ucap Stevan girang.

Sagrio menggeleng kepala dua kali melihat tingkah adiknya itu, sedangkan Lana hanya tersenyum tipis.

Mereka bertiga dengan lahap makan. Stevan merasa jika makan siang mereka akan habis.

"Ma, Kak Sagrio, kita tinggalkan sama Ayah dan Kak Laka," ucap Stevan.

"Ayah pergi kerja dan belum tahu kapan pulang, Sayang," balas Lana tersenyum.

ᴸᴬ᭄ 𝚔𝚊𝚑𝚞𝚗𝚊 (Ꭼᥒd) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang