Deva mengayuh sepedahnya semangat. Dasi di lehernya ditarik guna melonggarkan ikatan yang terasa mencekik.
Sepanjang jalan pulang kerap kali dirinya menyapa atau disapa beberapa orang yang sering kali bertemu dengannya. Deva memang terkenal anak yang ceria dan ramah pada siapapun.
"Haloo bukk" panggilnya pada seorang wanita yang hampir memasuki kepala lima itu, yang tengah menyapu halaman rumah. Walau demikian, beliau tetap terlihat energik bak wanita berusia dua puluh'an
"Eh nak Deva, pelan-pelan aja kalo sepedahan" tuturnya,sudah biasa melihat kelakuan Deva.
"Iya buk" Deva memberikan 2 jempol,yang artinya sepeda nya melaju tanpa disetir.
Wanita tua itu tersenyum,bergeleng-geleng melanjutkan kegiatannya.
"Lah udah pulang toh"
"Bocah Iki muleh sekolah mesti ugal-ugalan,sing ati-ati cong!"
"Ehh,Deva baru pulang sekolah ya"
Beberapa orang tidak henti-hentinya menyapa Deva. Bahkan ketika Deva pulang,jarang sekali ia pulang dengan tangan kosong. Pasti ada saja sesuatu yang dibawa pulang.
"Eh,mas Deva berhenti dulu" seorang wanita, terlihat seusia sama dengan Indah melambaikan tangan menyuruh Deva mendekat.
Wanita itu kemudian langsung masuk kedalam rumah,hendak mengambil sesuatu. Masih di atas sepeda Deva menuntun sepedanya mendekat,ia kenal wanita itu. Teman mamahnya, Tante Sari namanya.
"Ini,Tante tadi buat kue masih ada lebihan. Bawa pulang ya mas" Tante Sari keluar membawa wadah kotak dibungkus kain dengan motif bunga-bunga. Menyerahkannya pada Deva.
"Ohh,oke Tan. Makasih ya" Deva menerima bungkusan kue itu, memegangnya pada salah satu tangannya, menaruhnya dekat setir. Tidak sabar untuk menikmati kue buatan Tante Sari yang menurutnya kue terenak di dunia yang pernah ia coba.
"Iya Mas. Aduh makin besar makin ganteng aja Kamu" Ucap Tante Sari, sedikit menabok belakang bahu Deva,lalu beralih mencubit pipinya karena gemas.
"Hiya gong,Dhe-va han hwe-mhang Ghang-tweng" Ucap Deva disela cubitan Tante Sari
*Iya dong,Deva kan emang ganteng.
"Hehe,Yauda,kamu pulang hati-hati ya. Titip salam buat Indah"
"Siap Tan" Deva tersenyum sumringah,meninggalkan Tante Sari.
Sesampainya di rumah.
"Mamah,papah,Deva pulang"
"Eh udah pulang anak mamah" Indah keluar menyambut anaknya yang baru datang dari sekolah.
"Banyak banget hari ini bawaannya" Indah menatap Deva tidak kaget. Sudah pemandangan biasa melihat Deva setiap hari membawa banyak oleh-oleh tiap kali pulang.
"Iya,ini kue dari Tante Sari, tadi juga titip salam buat mamah,yang ini sup lodeh dari Bu Ani,kolek pisang dari istrinya pak Slamet,ketan salak dari mbak Devi yang kemarin habis lamaran"Deva mengangkat bawaannya di tangan kanan dan kiri. Lalu beralih menunjuk yang di sepedahnya.
"Terus sama Sawi,Tomat,Kangkung,Jagung,wortel,sama buncis dari pak Dermawan"
"Udah bilang makasih kan?" Indah bertanya, mendekati anaknya.
"Udah dong" Senyum Deva, menyerahkan barang bawaannya kepada mamanya. Segera ia melepas sepatu dan merapikannya ke rak.
"Papa mana mah?" Tanya Deva
"Papa mu ke rumah bapak Wijaya bentar, katanya mau bantu benerin atap rumahnya yang bocor" Jelas Indah, kemudian membawa barang bawaan anaknya. Lumayan nggak usah belanja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Obsesi Noah Deva
Teen FictionDeva. Remaja 17 tahun,kelas 11 SMA. Laki-laki berkepribadian ceria dan murah senyum,di kelilingi teman dan keluarga yang menyayanginya menjadikan kehidupannya bahagia dan penuh warna. Optimis serta penuh mimpi, ia bercita-cita membahagiakan orang t...