Dengan tangan yang bersedekap didada, Jerry terus memperhatikan perempuan didepannya. dari ujung rambut sampai lutut kemudian balik lagi kewajah.
dipindainya anak orang selama berjam-jam dalam posisi bersimpuh tanpa berani protes jika kaki nya pegal.
"Jadi, lo pembantu gue yang baru?". Tanya Jerry akhirnya.
"Maaf, saya bukan pembantu. Saya ditugaskan bu Nana untuk menjadi asisten sekaligus penjaga baru kamu". Jawab perempuan itu.
"Sama aja. Intinya lo tetep kerja jadi pesuruh gue. Siapa nama lo?".
"Virly Paula. Biasa dipanggil Lily dan kamu bisa panggil saya begitu".
"Ck! Apa an sih bahasa lo norak banget. Pake saya, kamu, gak sekalian pake hamba, paduka, gitu?".
Lily hanya diam tanpa merespon celotehan Jerry tentang gaya bicaranya.
"Cium gue".
Perkataan Jerry barusan tentu membuat Lily langsung mendongak menatap tepat kewajah remaja itu.
Memastikan telinganya tidak salah dengar. Namun Jerry hanya memasang wajah datar tanpa senyum sedikitpun.
"A-apa? Kamu bilang apa?". Jantung Lily seketika berpacu dengan kencang. Entah kenapa dia seakan tidak mampu untuk berpura-pura tuli.
"Lo mau gue terima disini kan?". Tanya Jerry.
Lily mengangguk dengan cepat "iya, saya mau! Saya sangat memerlukan pekerjaan ini".
Jerry mengangguk paham. 1 kelemahan Lily sudah Jerry dapatkan. Yaitu Lily sangat perlu pekerjaan, berarti dia juga sangat memerlukan uang.
"Kalo lo mau dipekerjakan disini, lo harus turutin semua perkataan gue tanpa terkecuali".
Jerry mencondongkan tubuh kedepan dengan kedua siku nya bertumpu pada paha. Sejajar dengan wajah Lily.
"Lepas baju lo".
Lily melotot kaget. Apa? Lepas baju katanya?
"Inget, lo harus nurut apa kata gue. Atau gue bakal telfon mami sekarang juga buat pecat lo".
Mendengar itu, Lily langsung berdiri. Meski kakinya sakit tapi dia tetap memaksa untuk berdiri.
Digenggamnya dengan erat rok span selutut yang dikenakannya. Hati nya ragu untuk melakukan perintah Jerry. Tapi jika dia sampai dipecat bahkan sebelum 24 jam bekerja, maka dia akan berada jauh lebih bahaya.
"Gue gak mengulang kata yang sama". Jerry mengambil ponselnya besiap menekan nomer sang mami.
"Eh tu-tunggu! Oke aku bakal turutin semua perkataan kamu. Tapi kamu harus janji, kalau aku beneran bakal diterima kerja sama bu Nana".
"Easy! Kalo gitu, tunggu apa lagi?". Jerry melempar ponselnya kesamping dan kembali menyenderkan tubuhnya ke sandaran sofa.
Jantung Lily berdebar tak karuan. Pertama kali dalam hidupnya harus membuka pakaian didepan orang lain yang bahkan tidak dia kenal.
Apalagi dia adalah laki-laki. Tapi Lily tidak akan menyerah. Toh hanya disuruh melepaskan 1 pakaian.
Untung Lily mengenakan tangtop dibagian dalam. Jadi dengan perlahan, Lily membuka satu persatu kancing kemejanya.
[Liat aja! Kalo gue udah dikontrak kerja sama bu Nana, habis lo ditangan gue bocil!]
Kemeja biru muda itu pun telah lepas. Tersisa tangtop putih dan rok span hitam. Ruangan ber AC kurang cocok untuk Lily karena belum terbiasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ganteng Sih, Tapi Cabul!
Teen Fiction"cium gue". Jerry "gila ya loe?". Lily "lo mau kerja kan? lo bisa dapet 10 juta setiap bulan dari mami kalo gue setuju". "jadi?". "gue gak mengulang kata yang sama. cium gue".