Tepat dimeja makan yang berisikan dua orang dewasa dan dua orang remaja sedang melaksanakan makan malam bersama, terlihat pria paruh baya alias cio sedang berbicara mengarah ke Amanda tamunya sendiri yang sekarang sudah menjadi bagian keluarganya.
"Amanda besok sama Indira perginya, lusa papa beliin motor oke?."
"Ee i-iya pah, makasih ya p-pah."
Cio yang melihatnya masih gugup atau malu malu karna panggilan barunya itu pun hanya terkekeh sambil memakan makanan.
"Kamu ini, sudah nanti biasakan saja nanti akan terbiasa kok."
"Tapi pah, harus banget bareng Indira? Gak ada cara lain?."
"Cuma besok aja kok sayang, gak lama dia kan gak tau arah jalan sekolahnya."
"Ck.. iya iya yaudah deh."
Cio dan Shani masih menatap anak semata wayangnya yang terlihat kesal namun tergantikan dengan senyuman yang mengembang diwajahnya, seperti mendapat keajaiban.
"Papa kasih uang jajan dua kali lipat dari yang sebelum, dengan syarat kasih Amanda juga."
Oh astaga Indira seperti melayang mendapatkan kabar ini, ia tahu Amanda ini sangat jarang memakai uang sampai dikasih uang sedikit saja langsung bilang kebanyakan. Bagaimana tidak bahagia coba? Dia bisa memanfaatkan nya.
"AaAaaAa.... Papa... Makasih ya."
"Kasih bagian juga sama Amanda jangan sendirian."
"Iyaa... Papah yang ganteng."
Sikap apa ini? Amanda tak pernah melihat orang yang berubah drastis saat memberikan uang lebih terhadap anaknya namun selebihnya akan dikasih ke orangnya. Amanda hanya mengangkat bahu acuh terhadap perubahan sikap itu.
Selesai dengan acara makan mereka pergi kearah kamarnya masing masing termasuk Amanda, namun jalannya harus dihentikan karna ada yang memanggil nama nya dari bawah tepatnya diruang tengah.
Amanda pun turun dari setengah jalannya untuk keatas tempat kamarnya berada. Terlihat cio sedang duduk dengan kacamata dan koran lengkap dengan kopi putih yang ia seruput dengan nikmat sambil mengangkat sebelah kakinya.
"Iya pah, ada perlu?."
Amanda bertanya dengan sedikit mendekat kearah cio masih tetap dengan posisinya.
"Hm? Duduk dulu man."
Amanda pun duduk didepan cio dengan sopan sambil memperhatikan gerak gerik cio yang masih asik dengan kegiatannya
"Ada apa ya pah?". Pungkasnya saat sudah duduk dengan tenang di depan cio
Cio melepas kacamatanya yang melekat di kedua bola matanya dan meletakkan koran yang ia pegang dimeja. Sedikit menarik nafas lalu membuangnya
"Kamu... Beneren anaknya mereka?". Cio dengan tatapan seriusnya bertanya kepada Amanda dengan nada yang cukup serius.
Amanda menyatukan kedua alisnya tanda bingung atas pertanyaan yang baru cio lemparkan kepadanya. Isi pikiran Amanda adalah kenapa harus bertanya seperti itu? Jelas jelas dia adalah anaknya dari manusia 'bajingan itu' julukan baru untuk orang tuanya yang sudah tega membuang anaknya sendiri atas fitnahan.
Amanda terlihat kebingungan namun dengan cepat menjawab bahwa dia adalah anaknya 'mereka' sesuai yang ia tahu."....,iya pah emang kenapa? Ada yang salah?". Setelahnya cio menghela nafas berat seperti... Tidak yakin?
"Ah... Tidak saya hanya sedikit teringat dengan teman saya yang kehilangan anaknya saat masih bayi saya lihat mata kamu mirip dengan mata teman saya".
"Sudah jangan dipikirkan mungkin hanya mirip, saya maklumi mungkin hanya mirip. Kalau begitu tidur besok kamu sekolah jangan dipikirkan". Lanjutnya
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA TAK KENAL TAKDIR[MANDIRA]✅
Ciencia FicciónHai!! Author bener bener kehabisan ideTnT Gak tau mau lanjutin cerita, author pernah kepikiran tapi ga tau ilang gitu aja T_T Jadi ini cerita sampe sini aja, author habis akal apalagi waktu author kebatas, sekolah Ampe sore trus balik sekolah ngerj...