by sirhayani
part of zhkansas
37
Ada perasaan lega di hati Sadewa setelah telapak tangan kanan pemilik tubuh ini mendarat di pipi polisi di depannya. Abim menarik kedua lengan atas Sadewa dari belakang, membuat Sadewa menjauh dari kakak Abim dengan pasrah. Abim pasti terkejut berat melihat kejadian singkat barusan apalagi kakak dari cowok itu.
"Lo ngapain tadi?" bisik Abim yang masih berdiri di belakang Sadewa dan juga masih memegang lengan Sadewa. Abim kembali bertanya sembari menahan tawa. "Gue sempat panik, tapi lucu juga. Kapan lagi gue lihat kakak gue ditampar sama cewek?"
Kakak Abim mengusap pipinya sembari mengernyit saat memandang Sadewa. "Lo ada masalah apa sama gue ...?"
Sadewa hanya diam. Laki-laki di depannya itu mengingatkannya dengan seseorang, tetapi entah siapa. Melihat kakak Abim seperti melihat musuh saja.
"Maaf, ya, abangnya Abim." Sadewa mengangkat tangan. "Tadi gue kira lo itu musuh bebuyutan gue, tapi nggak mungkin juga soalnya musuh gue masih seumuran sama gue."
"Dimaafin." Kakak Abim berbalik sambil mengusap pipinya. "UDAH MAU MALEM! JANGAN MAIN DI KAMAR! GUE NGGAK MAU YA TIBA-TIBA PUNYA KEPONAKAN."
"WOI BNGSAT! MAKSUD LO APAAN NGOMONG GITU?" Sadewa melangkah, ingin mengejar untuk menerjang kakak Abim yang menyebalkan, tetapi untung saja Abim menahannya.
"U—dah!" seru Abim panik. Dia menutup mulut Sadewa. Sadewa meninju pelan dagu Abim hingga Abim melepaskannya.
"Hah. Kakak lo bikin emosi." Sadewa berbalik menghadap Abim yang sedang mengusap dagu. "Anterin gue pulang sekarang, dong, Senior!"
***
Setidaknya Sadewa puas bermain PS. Lain kali, jika bosan, dia akan meminta untuk menongkrong bersama Abim dan teman-temannya. Padahal Sadewa ingin sekali ikut tawuran, tetapi tak ada tawuran yang dilakukan oleh siswa SMA Garsan.
Rasanya hidup seperti pengangguran.
Sadewa pulang setelah magrib. Sekarang mungkin sudah lewat pukul tujuh malam. Kompleks perumahan Kenanga sudah dekat. Si Abimanyu yang mengemudikan motor ini kentara sekali sengaja melajukan motor dengan pelan. Akal bulusnya untuk berlama-lama dengan Kenanga terbaca dengan jelas. Untung saja Sadewa tidak emosi karena situasi ini cukup menguntungkan bagi Sadewa, yaitu menghirup udara malam yang penuh polusi.
"Itu itu." Sadewa menunjuk sebuah portal perumahan yang terbuka. Ketika beberapa meter lagi tiba, Sadewa memukul pelan punggung teman barunya itu. "Berhenti. Berhenti. Di sini aja."
Abim menghentikan motornya tak jauh dari portal tersebut. Sadewa segera turun dan mengernyit saat dilihatnya Keenan berlari entah dari mana dengan ekspresi marahnya itu. Keenan menarik baju Abim, menarik paksa Abim turun motor. Saat Keenan berhasil menyeret Abim, Sadewa lebih memilih untuk menyelamatkan si Blacky yang bodinya hampir saja tergores oleh aspal.
Dengan keseimbangan penuh, Sadewa berhasil menurunkan standar motor itu. "Huft. Untung aja." Ditolehkannya pandangannya ke kiri. Di bagian yang gelap itu, Keenan menghajar Abim. Biasanya, di portal Utara tak ada satpam ataupun warga yang menjaga jam segini.
"Sialan! Lo ngapain Kenanga!" seru Keenan sembari menghajar pipi Abim.
Abim yang tak terima balas menghajar Keenan. "Gue nggak apa-apain! Gue yang harusnya bertanya sialan! Lo apain Kenanga sampai Kenanga mau kabur dari lo, hah?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Two Times
Teen FictionSELESAI ✔️ Kenanga yang pendiam, pemalu, lemah, selalu dirundung oleh teman sebangkunya yang bernama Sheila tiba-tiba menjadi sosok yang tak tahu malu, pembuat masalah, jago bela diri, dan tak tanggung-tanggung memukul siapa pun yang melukai dirinya...