40

699 127 8
                                    

by  sirhayani

part of zhkansas

40

Sesaat setelah bel pulang berbunyi, Sheila kembali bersikap mencurigakan. Cewek itu tersenyum ramah sembari menggandeng tangan Sadewa untuk sama-sama keluar dari kelas. Tentu saja Sadewa menolak dengan cara menarik lengannya dari pelukan cewek itu, tetapi entah kenapa Sheila tiba-tiba terjatuh di lantai?

"Kenanga, kok lo jahat banget, sih, dorong gue?" tanya Sheila dengan suara keras sampai siswa-siswi yang masih ada di kelas menatap Kenanga. Sheila berdiri, cemberut, dan menepuk rok bagian belakangnya. "Gue salah apa sama lo? Kok lo jahat banget, sih, sama gue?"

Rencana busuk apa lagi yang direncanakan iblis betina ini? Sadewa sungguh muak. Dia buru-buru keluar dari kelas, tetapi Ria dan Safira memegang masing-masing lengannya.

"Lo bisa ikut kami bentar?" Safira tersenyum sampai bola matanya tak terlihat. Sadewa memandangnya datar. "Bentaaar, doang!"

Oke, Sadewa turuti. Dia juga ingin lihat apa lagi yang akan Sheila dkk lakukan padanya? Jika mereka semakin berlebihan pada tubuh ini, maka Sadewa tak akan tinggal diam. Safira dan Ria pergi duluan membawanya ke sebuah ruangan kosong. Entah di mana, tetapi yang jelas ini bukan gudang berdebu. Terlihat lebih bersih dari gudang tersebut dan terdapat cahaya.

Ria menjauh dari Sadewa sementara Safira mendorong Sadewa sekuat tenaga. Sadewa hanya bergeser sedikit. Tampak kekesalan di wajah Safira.

Shile muncul di ambang pintu. Dia segera menutup pintu dan menguncinya dari dalam, lalu bersedekap. "Fir, pegangin. Ria bakalan videoin."

Sadewa mengernyit. Dia diam saja saat Safira menarik kedua tangannya dan memegangnya di belakang. Safira menendang bagian belakang kedua lutut Sadewa hingga Sadewa duduk berlutut. Dipandanginya Ria yang mengarahkan kamera ponselnya dari jarak beberapa meter. Pandangan Sadewa beralih pada Sheila yang semakin mendekat. Cewek itu menunduk, lalu melayangkan tamparan di pipi Sadewa.

Sadewa tak bergerak sama sekali. Sheila mengernyit kesal. Sekali lagi dia layangkan tamparan di wajah Sadewa dan Sadewa tetap tak bergerak. Sheila mengibaskan tangannya sambil meringis.

"Lo habis nyoba bunuh diri dapat kekuatan gitu?" Sheila mengernyitkan dahi. "Mustahil banget cewek yang tubuhnya gampang lebam hanya sekali pukul kaya lo itu bisa ngelawan si bangst. Gue sampai dikata-katain sama dia sialan. Apa yang lo kasih ke dia sampai dia nunduk sama lo?"

Sadewa diam saja meski ingin sekali menampeleng wajah iblis betina di depannya itu.

Bagaimana mungkin Kenanga bisa sabar selama ini?

Ah..., Kenanga tidak sabar. Buktinya, dia mencoba melarikan diri dari penderitaan akibat iblis di depannya ini, kan?

Kembali Sheila melayangkan telapak tangannya di pipi Sadewa. "Lo kok diem, sih? Cepetan lawan gue. Buktiin dong kalau lo itu jago berantem kayak kemarin lo sok jagoan di depan anak-anak lain!"

Sadewa masih bergeming.

Sheila berdecak dan berdiri. Dia mengangkat kakinya, lalu mendaratkannya dengan kasar di paha Sadewa, memutar sepatunya berkali-kali di atas paha Sadewa seolah cewek itu sedang menghancurkan sisa puntung rokok, lalu menginjak-nginjaknya dengan sekuat tenaga.

Tenang. Sabar. Sadewa masih bisa menahan diri untuk melihat sejauh mana cewek di depannya itu beraksi.

"Kok nyebelin, sih? Kenapa diam aja, anjng?" Sheila memukul kepala Sadewa berkali-kali sampai rambut Kenanga menutupi wajah. "Lawan gue, bngst! Lepsin dia!"

Two TimesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang