10• || Tasbih Dan Kalung Salib

56 10 1
                                    

Happy Reading Gayss

"Udah, gak usah diliatin terus. Kalau lo kepincut kan bahaya, temboknya terlalu tinggi, harus ada yang ngalah!"

_Erik Ren Senyaja

"Wihh emang enaknya makan bakso hujan-hujan gini," celetuk Vera sambil mengaduk kuah bakso yang berwarna merah itu dengan asap yang mengepul.

"Makan cabe kira-kira dong. Nanti lo mules-mules gue juga yang repot nemenin lo ke toilet," ucap Eby menatap ngeri kuah bakso Vera yang memerah karna cabe.

Keduanya kini sedang berada di kantin untuk sarapan, karna sarapan di rumah adalah suatu ketidakmungkinan bagi Eby.

"Gak pedes, gak mantap Byy." Elak Vera menguncir rambut panjangnya menjadi satu agar tidak menganggu makannya.

Eby hanya memutar bola matanya malas mendengar ucapan Vera, ia lebih memilih menikmati semangkuk bakso miliknya. Seperti kata Vera, enaknya makan bakso hujan-hujan begini.

Setibanya mereka di sekolah, hujan kembali menumpahkan tangisnya mengguyur bumi, ditemani oleh suara langit yang bergemuruh seolah melampiaskan amarahnya pada semesta.

Berbeda dengan meja Eby yang tenang dan kalem karna keduanya menikmati bakso mereka. Meja yang berada di pojok kanan kantin terlihat tiga pemuda yang sedang menikmati sarapan mereka dengan canda tawa. Meja keduanya hanya terpaut dua meja.

Trio Somplak sedang berada di kantin untuk sarapan. Ketiganya sedang tertawa terbahak karna lelucon receh yang Erik lontarkan.

"Gue ada tebak-tebakan," ucap Erik membuat kedua temannya menghentikan aktivitas makannya.

"Apaan cepetan, gue pasti bisa jawab." Nuel berkata dengan senyum percaya diri karna sudah terbiasa dengan pertanyaan Erik.

Sedangkan Abi hanya menaikkan sebelah alisnya sebagai isyarat bertanya.

"Hewan apa yang bertalenta?" Tanya Erik sambil menaik turunkan alisnya.

Sedangkan Abi dan Manuel mengerutkan keningnya berusaha berfikir jawab dari pertanyaan yang Erik lontarkan.

"Kancil bukan? Kancil cerdik tuh di video yang Zizil liat," tebak Abi yang hanya diberi gelengan oleh Erik.

"Kura-kura?" Tebak Nuel yakin, tapi lagi-lagi Erik menggelengkan kepalanya.

"Mana ada hewan bertalenta? Yang namanya hewan mah yah hewan aja, gak punya otak. Nyerah deh gue," jawab Abi kembali menikmati mie kuahnya.

"Owh gue tau jawabannya, pasti buaya," jawab Nuel dengan wajah yakin.

Erik menjitak dahi Nuel yang duduk di sampingnya. "Kalau itu mah elo," kesal Erik pada Nuel.

"Yee si burik, dipikir nih jidat kagak sakit apa lo jitak-jitak gitu." Murka Nuel mengusap dahinya.

Erik hanya tertawa terbahak melihat dahi Nuel yang sedikit memerah. "Jawabannya adalah..." Ucap Erik menggantung setelah meredakan tawanya.

"Cepetan woyy lah," desak Abi penasaran.

"Ular," jawab Erik singkat dan membuat kedua temannya menatap heran. "Karna banyak bisanya," jelas Erik disusul oleh tawa renyah.

Abi dan Nuel tertawa terbahak mendengar jawaban dari pertanyaan receh itu.

"Gue juga ada pertanyaan," potong lelaki berwajah baby face itu dengan semangat. "Kenapa air mata itu warnanya bening?" tanya Nuel.

"Karna air mata itu air, makanya bening." Jawab Erik tak kalah cepat.

Debby Rasella Molla {HIATUS}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang