Prolog

5.2K 363 29
                                    

Villain adalah salah satu chapter dari publikasi 'Boboiboy Oneshot' yang dirilis dalam bentuk full-book.

Pintu sel yang digembok dengan keamanan ganda itu dibuka oleh salah satu alien mop-mop yang kulitnya agak keriput.

Kemudian, alih-alih sipir alien mop-mop, aku malah memergoki alien bangsat berspesifikasi tubuh seperti selayaknya manusia masuk dan menghampiri. Nama orang itu Kaizo, aku masih bisa mengingat dengan jelas siapa namanya, bagaimana pronunciationnya, dan apa saja prestasinya. Aku mengenalnya lebih baik dari siapapun. Aku tidak begitu menyukai struktur pikirannya, dan caranya memecahkan masalah.

Aku punya dendam dengan Kapten Kaizo. Bisa dibilang, dendam pribadi. Tapi bila aku kembali dihakimi, dibuat melaksanakan persidangan ulang, aku tetaplah menjadi pihak bersalah. Aku sendiri tahu, aku salah, dan tidak tepat rasanya menyimpan dendam pada Kaizo. Tapi karena dendamku bersifat pribadi, aku bertahan membencinya.

Wajahnya tampak mengeras ketika ia mewajahi aku. Pencahayaan remang-remang dari pijar lampu halogen di sisi atas sel mengizinkan aku untuk memaknai arti-arti dari guratan di dahinya. Kaizo juga tampaknya tidak suka berada di sini, di penjara antariksa, di fasilitas TAPOPS untuk mengamankan penjahat-penjahat kelas kakap yang hendak mereka asingkan dari dunia luar.

Artinya, Kaizo membawa kepentingan darurat yang memaksanya bertamu ke selku. Aku tidak punya dugaan sementara, karena semestinya, aku sama sekali tidak dibutuhkan dalam lini apapun, kecuali jika TAPOPS butuh seorang teroris profesional untuk misi mengacau. Omong-omong, aku bukan teroris. Tapi kalau kata Kaizo, otakku iya.

"Ya ampun, ya ampun," Aku mengempitkan koran yang sebetulnya tidak benar-benar aku baca. Koran itu terbitan lama, dan tersedia untuk dibaca agar tahanan seumur hidup, atau tahanan mati seperti aku tidak mati duluan karena kebosanan. "Ada apa repot-repot mengunjungi aku?"

Lalu aku menimpa kaki kananku di atas kaki kiri, sembari menunggu apa sepak terjang Kaizo selanjutnya.

Wajahnya mulai dekat. Derap langkah kakinya terdengar nyari karena itulah satu-satunya polusi suara di sini.

Semula, aku kira dia datang sendirian. Namun, kepala sipir alien mop-mop datang mengekor. Kepala sipir itu membawa koper yang biasanya—kalau di bumi—digunakan untuk mengemas daging iga sapi mahal untuk dihidangkan pada pengunjung eksklusif.

Kopernya dibukakan oleh si kepala sipir, menunjukan seunit kaling besi yang bisa diadjust diameternya, dan memiliki lampu indikator.

"Aku punya hadiah, (Nama)." Kaizo menyunting senyum culas. Senyum yang dibuat-buat tak sesuai dengan suasana hatinya, terlihat tidak alami, serta entah bagaimana itu malah menyulut amarahku. Aku ingin menonjok wajahnya andai aku bisa menonjoknya tanpa perlu dihukum.

Kedua tangan Kaizo mencengkram kalung besi di dudukan busa pada kopernya. Dan ia membungkuk, lalu memasangkannya di leherku. Aku tidak melawan bukan karena aku tidak bisa. Tapi aku tahu dimana aku berada, dan seberapa besar otoritasnya atas diriku. Melawan justru akan memperlihatkan ketidakberdayaanku lebih banyak.

Aku merasakan dinginnya permukaan besi itu menggigit kulitku. Aku merabanya selagi aku mencerna keadaan, menebak-nebak apa fungsinya, dan kenapa Kaizo bersusah-payah datang ke penjara Antariksa hanya untuk membantuku melingkarkan kalung bodoh.

Setelah Kaizo menarik gesper pada bagian belakang kalungnya, dan memastikan aku tidak bisa melepasnya, Kaizo berhenti membungkuk. Tanpa diduga, tangannya terulur pada wajahku, ia menyisikan anak-anak rambutku ke belakang telinga, dengan lembut, sampai-sampai aku lupa dulu dia hampir membelah tubuhku jadi dua, dan begitu pun aku. Aku lupa kami berusaha saling membunuh, karena sentuhan semacam barusan.

"Baiklah, Terpidana Mati, aku punya misi seharga kematian untukmu." Katanya.

-

Boboiboy x Reader | The VillainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang