"Duluan ya, Fio. Duluan, Jess."
"Iya, Ci."
Gadis itu lantas berjalan menjauh menuju ke parkiran mobil. Setelah itu dia melajukan mobilnya menuju ke sebuah apartemen di daerah Jakarta pusat. Dia naik ke lantai 17 menuju unit miliknya.
Cklek
Pintu dibuka, dan tangannya meraba-raba saklar lampu yang tak begitu jauh dari pintu masuk. Ketika lampu menyala, semua menjadi terang. Apartemen itu terlihat normal-normal saja.
Si gadis itu lantas melepaskan sepatunya dan cepat-cepat untuk pergi ke kamarnya. Tak lama kemudian dia keluar dari kamar berbelit handuk putih kecil yang hanya menutupi sebagian tubuhnya. Bahkan payudaranya itu jadi terlihat menyembul karena saking kecilnya handuk itu. Kedua tangannya sedang sibuk mengeringkan rambutnya menggunakan handuk kecil lainnya.
"Hari ini sama siapa ya?" gumam gadis itu sambil meraih hpnya yang tergeletak di meja yang tak jauh dari tempatnya duduk. Dia membuka aplikasi chat dan menggeser-geser ibu jarinya dengan lihai di layar hp itu. Setelah beberapa saat, matanya sedikit membulat sambil bibirnya tersenyum.
"Oke, gue pengen sama ini aja deh," ucapnya sambil mengunci layar hpnya. Setelah itu dia bangkit dan pergi menuju kamarnya untuk bersiap.
Gadis itu adalah Jesslyn Callista, seorang member idol grup yang terkenal di ibukota. Dia memiliki tubuh yang kecil, tingginya hanya 155cm. Namun dari 'mini' nya badan Jesslyn dia menyimpan sesuatu yang hampir setiap laki-laki idamkan. Jesslyn mempunya payudara yang cukup besar, dengan kulit yang putih khas keturunan chinese, ditambah badannya yang super ideal. Mungkin jika dia bisa tumbuh lebih tinggi sedikit pasti dia memilih untuk menjadi model ketimbang member idol grup itu.
"Udah bales belom dia ya?" gumam Jesslyn ketika keluar dari kamar. Hp yang masih tergeletak di meja itu ia sambar dan cepat-cepat membuka aplikasi chat di dalam hpnya. Senyumnya mengembang kecil ketika mendapati notifikasi dari orang yang baru saja dikirimi pesan singkat dari dirinya.
Ke apart gue aja
Begitulah isi pesan dari orang yang dikirimi pesan singkat oleh Jesslyn. Cepat-cepat gadis itu membalas akan datang dalam waktu satu jam kedepan. Setelah itu dia pergi masuk lagi ke dalam kamar untuk mempoles diri sebelum 'beraksi'.
***
"Gue udah di bawah."
"Oke, gue otw dulu. Lima menit ya."
"Cepetan."
Jesslyn sudah sampai di lobby apartemen orang tadi. Jesslyn sengaja memakai pakaian yang sedikit terbuka saat ini. Dia hanya memakai celana cargo warna hitam dengan tanktop coklat yang mempunyai belahan rendah. Siapapun yang papasan dengannya pasti bisa melihat belahan payudaranya yang terekspos jelas.
Setelah lima menit menunggu di lobby, suara lift yang tak jauh dari tempatnya berdiri akhirnya berbunyi. Dari balik lift itu muncul seorang laki-laki yang raksasa. Sungguh. Tinggi laki-laki itu mungkin hampir 215cm dengan badan yang benar-benar ideal. Bahkan laki-laki itu harus menunduk ketika keluar dari pintu lift.
"Hai," panggil laki-laki itu dengan suara yang sangat amat berat.
Jesslyn berbalik dan tersenyum melihat laki-laki itu, lalu dia menghampirinya.
"Sorry kalo lama," ucap laki-laki itu.
"No prob. Ayok."
Jesslyn menggandeng laki-laki itu menuju ke lift. Saat mereka berdua berjalan beriringan seperti ini, terlihat jelas perbedaan signifikan antara kedua manusia itu. Tinggi Jesslyn yang hanya 155cm dibanding si laki-laki yang mempunyai tinggi 215cm itu terlihat sangat njomplang. Bahkan lebar telapak tangan laki-laki itu dengan kepala Jesslyn lebih lebar telapak tangan si laki-laki. Saat tangan mereka berdua bergandengan, tangan Jesslyn seperti digenggam oleh tangan raksasa.