009

217 38 8
                                    

"Lix, kok aku ngerasa curiga sama Minho ya"

Kini, sudah pukul 9 malam. Yang mengartikan rumah sakit segera berhenti beroperasional.

Memang, untuk seorang dokter seperti Changbin, yang terlebih lagi merupakan kekasih Felix. Terkadang Changbin akan pulang malam, menjaga kekasihnya yang memang akan selalu pulang lebih terlambat dari dokter lainnya.

Felix, yang awalnya berfokus kepada komputer yang berada di depannya. Kini mengalihkan atensinya kepada kekasihnya, yang sedang membicarakan kakak sepupunya.

"Kenapa begitu?" Tanya Felix mengangkat alisnya yang menunjukan bahwa ia sedang kebingungan dan penasaran dengan ucapan kekasihnya, Changbin.

Changbin menghela nafasnya.

Sebenarnya ia tidak enak dengan Minho. Ia tahu, ia tidak seharusnya cepu kepada Felix. Bisa saja, saat ia sudah memberi tahu hal ini kepada Felix, Minho bisa saja tiba tiba berhenti dari pekerjaannya.

Changbin berpikir sejenak. Ia ragu untuk memberi tahu kepada Felix.

Kekasihnya, Felix. Sebenarnya merupakan orang yang sangat lembut. Hanya saja, jika ia sudah serius, ia bisa saja memecat dokter-dokter magang yang tidak bersalah.

Felix memang sedari dulu begitu. Ia akan melampiaskan amarahnya kepada sekitarnya. Mungkin, karena memang dari dulu Felix di kekang oleh kedua orangtuanya. Dan tidak membiarkan Felix untuk bebas. Felix sudah semakin terbiasa untuk melampiaskan amarahnya kepada orang-orang yang tidak bersalah.

Melihat Changbin yang terlihat ragu untuk berbicara dengannya. Felix tahu, jika kekasihnya takut, kalau ia akan marah.

Felix menghela nafasnya, beranjak dari tempat duduknya yang awalnya berada di depan komputer, kini ia sudah berada di samping Changbin.

Felix mengelus pergelangan tangannya dengan lembut. Seolah-olah memberi tahu, jika ia tidak akan marah.

Changbin peka, ia tahu Felix ingin terbuka kepadanya.

Dengan berat hati, Changbin menghela nafasnya panjang.

"Lix, kalau ada seorang dokter yang tiba-tiba jatuh cinta sama pasien, kamu gapapa?" Tanya Changbin dengan ragu. Tidak berani melihat mata Felix yang kini terlihat kebingungan.

"Maksudmu? Memangnya ada?" Tanya Felix dengan penasaran.

Changbin menggelengkan kepalanya dengan cepat dan panik.

"Enggak, enggak, hanya saja, aku merasa ada yang mengganjal saja." Jawab Changbin sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.




"Kak Minho suka sama pasien, gitu?"



























































































TRINGGG TRINGGG








Suara alarm yang berasal dari gawai Minho, berdering.

Kini sudah pukul 05.30 pagi, yang mengartikan Minho harus bangun dan bersiap-siap untuk beraktifitas.

Dengan malas, Minho membuka matanya, lalu mengusak matanya dengan kasar.

Sambil meregangkan tubuhnya yang masih pegal, Minho melihat sekeliling kamarnya dengan nyawa yang masih belum utuh.

"Gue bolos aja kali ya" Gumam Minho dengan malas, lalu kembali berbaring di kasur Jisung.









MY DEAF PATIENT [MINSUNG]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang