1. Sergapan

32 6 6
                                    

Setiap kali truk melewati jalanan tidak rata, para penumpang yang hampir memenuhi kuota kursi saling bersenggolan. Pegangan dari besi yang disiapkan ala kadarnya hanya mengurangi sedikit sekali benturan. Tidak sedikit yang memegangi kepala agar tidak terbentur atap, dinding, jendela, maupun bagian tubuh penumpang lain.

Guncangan-guncangan itu membuat mangga yang ada di tiga kotak kayu memantul keluar. Beberapa menggelinding di lantai sementara empat lainnya lolos keluar truk karena tidak ada pintu yang menjadi penghalang. Begitu truk melewati jalanan mulus, pemilik buah baru bisa mengambil mangga-mangga yang berserakan.

Tidak satu pun kata keluhan yang terdengar. Seluruh penumpang, yang terdiri atas warga biasa, kembali duduk seperti biasa seolah tidak terjadi apa-apa. Atau bisa dibilang, mereka sudah terbiasa dengan situasi seperti itu. Atau terpaksa terbiasa saat Laufey mendapati guratan jengkel, tetapi tidak bisa berbuat apa-apa, yang terpatri pada raut muka beberapa penumpang.

Bagaimanapun, mereka sedang menaiki truk yang dimodifikasi sedemikian rupa agar bisa digunakan sebagai kendaraan angkutan umum. Selain kereta api, truk semacam itulah yang biasanya digunakan warga biasa untuk bepergian dari satu negara ke negara lain.

Laufey baru pertama kali ini menaiki truk itu. Dia terpaksa menggunakan kendaraan itu setelah tertinggal jadwal kereta api. Dan kesan pertamanya adalah dia menyesal telah meremehkan kendaraan satu itu. Jalur truk lebih cepat dua kali lipat dibanding ketika menaiki kereta api dengan harga tiket yang relatif murah. "Lumayan untuk berhemat," pikirnya.

Perhatian pemuda berusia pertengahan dua puluh itu teralihkan pada mangga yang menggelinding ke kakinya. Dia ambil mangga berwarna hijau keoranyean yang seukuran tiga genggaman tangannya. Aroma segar dan kecut yang khas dari buah itu serta dagingnya yang tidak terlalu empuk ketika sedikit ditekan membuatnya menelan ludah. Buah yang belum ranum adalah favoritnya.

"Kalau dugaanku benar, dari Lamia, ya?" ucap Laufey basa-basi. Buah itu dia kembalikan ke atas kotak sebelum diminta sang pemilik. Dia tidak ingin mendengar permintaan maaf atau kata-kata sopan lainnya yang dilontarkan pria itu setiap akan mengambil buah yang jatuh di sekitar kaki penumpang lain.

"Be-benar. Terima kasih ...," ucap pria paruh baya itu disertai senyuman tulus, yang sayangnya tidak bertahan lama. Kepalanya cepat-cepat menunduk tatkala netranya menangkap keberadaan pedang yang menggantung di pinggul pemuda itu. Raut wajahnya yang kelelahan semakin memucat.

Laufey menyadari perubahan drastis dari sikap bapak itu. Satu tangannya mengambil sebuah barang di saku. Ditunjukkannya sebuah arloji yang terbuat dari perak. Dehaman yang disengaja menarik perhatian bapak itu untuk melihat benda di tangannya.

Ketakutan yang dirasakan bapak itu seketika sirna ketika melihat gambar dari berbagai senjata yang diukir dengan elegan di arloji pemuda itu. "M-maaf! Saya jarang melihat penjelajah seperti Anda. Di sini, pembunuh bayaranlah yang lebih sering menunjukkan senjata mereka secara gamblang."

Laufey menyembunyikan lagi arloji yang menjadi bukti bahwa dia adalah seorang penjelajah resmi. "Anda tenang saja! Dikira sebagai pembunuh bayaran sudah biasa bagiku," cemoohnya pada diri sendiri, "mangga ini, aku sering beli. Aku suka rasanya, nggak terlalu manis atau asam. Entah kenapa, banyak negara yang suka impor mangga dari Lamia meski punya jenis mangga sendiri."

"Memang banyak yang menyukai mangga dari kerajaan kami dengan alasan yang tadi Anda sebutkan. Selain itu, mangga di negara kami termasuk melimpah. Setahun bisa tiga kali panen! Jelas, kami bisa selalu memasok mangga pada waktu negara lain belum panen," jelas bapak itu antusias.

"Pantas saja, buah itu selalu ada sepanjang tahun!" Laufey menimpali dengan tidak kalah semangat. Tawanya lalu pecah diikuti tawa bapak itu, membuat suasana suram dalam truk itu berubah menjadi sedikit ceria. "Ngomong-ngomong, apakah semua mangga itu pesanan seseorang?"

Spear Wielder: Pengguna Tombak (Segera Dibukukan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang