8 : Menyadari Perasaan🔞

42.4K 759 49
                                    

Klik vote dulu sebelum baca boleh banget loh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Klik vote dulu sebelum baca boleh banget loh. Komen apalagi✨

***

Atiya mengernyit tidak nyaman ketika cahaya masuk ke sela-sela matanya yang tertutup. Ia membalikan tubuhnya dan meringkuk ketika merasakan lehernya kaku. Ia menggeserkan kepalanya mencari bantal yang entah sejak kapan tidak lagi menopang kepalanya.

"Uhh~" erangnya kesakitan ketika bukan hanya lehernya yang pegal namun keseluruhan tubuhnya juga pegal. Apalagi bagian paha dalamnya. Berdenyut dan agak perih.

Ia mungkin akan terus berguling mencari posisi nyaman sambil mengerang sakit jika tidak ada lengan kekar yang tiba-tiba memeluknya. Atiya berhenti bergerak. Bahunya menegang.

"Bagian mana yang sakit, sayang?" Bisikan lembut diterimanya setelah kecupan-kecupan kecil di leher belakangnya.

Pria yang melingkari perutnya dari belakang itu menyusupkan hidungnya di sekitaran tengkuk Atiya; menyesapnya.

Atiya mengerucutkan bibirnya ketika Liam bertanya dengan nada seakan ia tak tau alasan kenapa ia menggigilkan badan pagi ini.

"Semuanya," gerutu Atiya.

Sudut bibir Liam berkedut menahan senyum mendengarnya. Meski istrinya menggerutu ia tidak bisa tidak senang karena menghabiskan waktu intim dengan istrinya selalu membuatnya puas.

"Bisa jalan? Hm?"

Atiya membalikan tubuhnya, ia ingin Liam tau ekspresi keberatannya saat ini. Perempuan itu memang lelah tapi tidak sampai tidak bisa berjalan. Ia tidak selemah itu.

"Tentu bisa." Jawabnya percaya diri.

Liam menggeleng pelan, gemas ketika Atiya terlihat begitu keras kepala. "Ok, next time aku pastikan kamu nggak bisa jalan." Setelah mengatakan candaan itu, cubitan kecil diterimanya di lengan yang memeluk istrinya.

"Mas, aku mau mandi..." Lirihnya ketika Liam sepertinya tidak ada tanda-tanda melepaskannya meski tiga puluh menit sudah berlalu sejak mereka bangun. "Mas juga harus siap-siap ke kantor," lanjutnya sedikit merengek.

"Haah, aku nggak mau berangkat rasanya." Ia menggesek hidungnya di tulang selangka Atiya sampai perempuan itu protes kegelian. Liam dengan sengaja menindih kaki Atiya dengan sebelah kakinya agar istrinya tidak bisa bergerak. Sepertinya Liam terkena syndrom hari senin yang menjangkiti kebanyakan pekerja coorporate.

Maunya tidur lagi sambil memeluk Atiya, tidak mau berangkat kerja!

"Uhh b-berat, Mas ayo bangun." Rengekan favoritnya kembali terdengar.

Kalau saja Atiya tau setiap rengekan yang keluar dari bibir tipisnya itu justru membuatnya berat pergi, mungkin istrinya tidak akan lagi merengek padanya.

Liam ingin sekali cuti lagi. Tapi jatah cutinya sudah terpotong banyak sejak ia gunakan bulan madu waktu itu.

"... Tapi mandi bersama ya?"

Innocent Wife (Segera Terbit) Part Masih LengkapTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang