17

78 11 6
                                    

Yang katanya akan merayakan hari ulang tahun Sasori, batal.

Inoichi hanya mengajak Ino mampir di rumah Sasori dan mempertemukan mereka untuk berkenalan secara resmi. Bagaimanapun, mereka itu darah dagingnya meski lahir dari rahim yang berbeda.

Dan besoknya, ketika Ino diajak Sasuke singgah di rumahnya, saat pulang ke mansion, bangunan itu sudah sepi. Rumah Ino senyap tanpa penghuni.

Lihat lah, papanya pergi tanpa permisi. Dan Ino menyayangkan kelakuan sang papa yang justru menyuruh Sasori datang untuk mengatakan, "Papa pulang ke LA, katanya ada acara mendesak yang gak bisa ditinggalkan. Buat acara pensi, Papa janji bakal datang."

Ino kecewa.

Kenapa manusia penyumbang sperma di rahim mendiang ibunya itu tidak menghubunginya dulu?

Atau melekatkan satu note kecil di pintu dan kenapa malah menitipkan kata kepada Sasori?

Ino tak suka.

Cara Inoichi terlalu menunjukan ketidakberhargaannya seorang Ino. Cara sang papa sepertinya sedang menunjukkan pilih kasih yang kentara. Alasan mengapa Ino memodif lagi rambutnya.

Bercermin, tatapan Ino hampa. Manik Aquamarine memancarkan kekosongan, seperti ada lubang dalam hati Ino yang kembali terkoyak.

"Ino benci Papa." Lirihan tajam itu Ino kumandangkan, begitu membenci hingga Ino benar-benar ingin menunjukan setinggi apa derajat kebenciannya. "Benci banget."

Mutlak.

Rambut yang awalnya sewarna dengan cahaya matahari itu Ino jadikan merah menyala.

Hari ini, di pagi yang cerah seakan cahaya mentari tengah mengejek suasana hatinya yang sedang kelabu, Ino berangkat sekolah. Tidak peduli sekali pun statusnya adalah pacar ketua kesiswaan.Ino memperketat pakaian, menambahkan pernak-pernik yang dilarang oleh pihak sekolah, rok mini, rambut merah dan sepatu yang seharusnya kena razia. Ino bahkan mewarnai kukunya, merias wajah, dan kedatangannya pertama kali di sekolah adalah memecahkan pot bunga.

"INO!"

Guru BK sedang murka. Raut Ino tetap datar.

Di sepanjang koridor menuju kelasnya, pasti saja Ink menendang satu pot bunga di tiap satu kelas yang dia lalui, karena entah kenapa wajah Inoichi membayangi.

"Sini kamu!"

Ino mengerling. "Ibu mau saya tendang juga?"

Itu sangat kurang ajar. Kenapa tiba-tiba Ino sulit dikendalikan? Kenapa tiba-tiba Ink semakin memburuk?

"Ikut saya ke kantor!"

Lengan Ino dicengkam, dia pun ditarik. Ibu
gurunya berhasil menang kap Ino, sebab dia tidak berkutik. Ino membiarkannya. Sesampainya di sana, Ino didudukkan di kursi sidang. Tatapan garang dari sang guru Ino dapatkan. Tapi, banyak pula pandangan prihatin dan lelah yang Ino terima. Sampai di mana wajah Ino di tunjuk karena murka.

"Kamu!"

*****

"Si Ino dihukum guru BK, woi!"

Semua sudah tahu, karena sepanjang Ino menendang pot, sepanjang siswi itu diseret oleh guru, murid lain memerhatikan. Koridor yang Ino lewati tidak sepi.

"Di lapangan rambut dia digunting, sepatu di sita dan Ino lari keliling, yuk ke sana!"

Berbondong-bondong siswa pun penasaran dengan pentolan SMA Angkasa yang untuk pertama kali dihukum separah itu. Padahal ini masih pagi, ketua kesiswaan saja belum datang.

Naruto sudah heboh sendiri. "Pasukan!" Dia sedang mengendalikan anak sekelas untuk membantu Ino, setidaknya hanya siswa selain Shikamaru yang mau repot lari pontang-panting membeli minuman selain di kantin. Masih pagi, jadi kantin belum buka.

SASUINO { As long as it's happy }Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang