BAB 5

13 7 0
                                    

BAB 5

Senyum yang menampilkan deretan gigi putih tersusun rapi menyambut Anzars di pagi hari yang cerah.

Ada Elina menyediakan dua porsi nasi goreng dan dua gelas teh manis di meja makan. Anzars mengambil duduk di satu kursi plastik. Ia mengamati Elina yang sudah rapi dengan dinas pramukanya. Elina nampak imut dengan rambut sebahu dan poni tipis yang menutupi keningnya.

"Lo yang bawa gue?"

Walaupun sudah tahu jawabannya Anzars bertanya mamastikan. Mungkin saja Riko yang mengantarnya kesini atau Elina yang menjemputnya ke sana.

"Iya." Elina mengangguk. Ia mengambil duduk persis dihadapan Anzars. "Kamu mabuk."

"Oh." Anzars manggut-manggut.

"Kenapa mabuk?" tanya Elina menatap Anzars intens---menuntut jawaban dari cowok itu.

"Bukan urusan lo!" sentak Anzars.

"Aku gak suka kamu mabuk-mabukkan kayak gitu."

"Siapa lo ngatur-ngatur hidup gua?"

"Aku orang yang sayang sama kamu."

"cih!" decih Anzars. "Lo cuman mantan gak usah ngasih perhatian segala. Cukup pas pacaran saja lo berhak ngatur hidup gua!" ucap Anzars mengingatkan.

"Aku nggak peduli kamu nganggap aku mantan dan aku masih menganggap kamu pacar aku." Ujar Elina dengan sorot percaya diri.

"Lagian aku belum mengiyakan saat kamu ngajak aku putus." Ucap Elina lagi. "Kita itu masih putus sepihak." Lanjut Elina menjelaskan.

Anzars menaikkan sudut bibirnya. "Kapan lo menerima putus dari gua?" ia terkekeh sinis.

Elina menggeleng cepat. "Nggak akan pernah, aku gak akan pernah putus dari kamu." Sahut Elina mantap.

"Yakin?" tanya Anzars.

"Yakin! Aku akan buat kamu kembali seperti dulu lagi. Aku akan buat kamu cinta lagi sama aku." Ucap Elina mengebu-gebu semangat.

"Oke. Mari kita buktikkan sampai kapan lo bertahan merjuangin gua." Tantang Anzars. Dan sampai kapanpun Elina tidak akan bisa bersamanya. Seluluh apapun dia terhadap Elina pada akhirnya maut lah yang akan memisahkan mereka. Karena tujuan Anzars hanya satu, membut Elina membenci dan sebenci-bencinya padanya.

"Aku pasti bisa Anzars!" mantap Elina.

Elina hanya perlu mengusir rasa bosan yang ada di hati Anzars. Baginya bosan itu bersifat sementara bisa datang tanpa waktu dan bisa pergi karena telah terbiasa.

Ibaratnya Elina yang suka makan donat coklat. Jika Elina memakan satu box donat satu hari maka ia akan bosan dan eneg, tapi untuk hari berikutnya Elina akan kembali merindukan donat itu. Ia akan berusaha mencari donat yang sama untuk menuntaskan rasa rindunya.

Sama seperti hubungan yang kini mereka jalani, Anzars mengucapkan putus karena bosan namun apa dia tidak rindu pada Elina? Karena pada dasarnya melupakan hubungan 3 tahun tidaklah sama dengan melupakan hubungan 3 bulan. Mereka telah lama, mereka saling mengerti apa yang disukai dan apa yang tidak disukai. Mereka sudah saling mengenal.

Elina hanya perlu menggenggam Anzars, berusaha membuat Anzars rindu  padanya hingga akhirnya Anzars-lah yang akan datang sendiri menemuinya menghapus semua rindu yang tertanam di dalam dirinya.

Dengan pembahasan mereka yang terlalu sensitif dibahas di meja makan, Anzars menyudahi percakapan mereka. Kini kedua insan berbeda kelamin itu menyantap nasi goreng buatan Elina. Anzars melahapnya sampai habis beda dengan Elina yang menyisahkan setengan porsi.

"Kenapa nggak habis?" tanya Anzars.

Elina menenguk teh manisnya sampai habis. "Kenyang."

"Mubazir El."

"Tinggal aku kasih ke kucing liar."

"kucing nggak makan nasi goreng El."

"Yaudah tinggal buang aja." Ucap Elina tidak mau ribet.

Anzars memilih diam. Ia melihat jam tangannya yang menunjukkan pukul tengah tujuh pagi.

Elina tidak di dapur lagi cewek itu pergi ke kamar mengambil tas. Anzars yang ditinggal sendiri di dapur memilih keluar dari dalam rumah. Ia duduk dikursi kayu yang segaja diletakkan di teras. Anzars memandang sekeliling pekarangan rumah Elina yang ditumbuhi beragam jenis bunga.

Ketika bunyi decitan pintu terdengar Anzars berdiri setelah memberi chat pada Virgo untuk menjemputnya dari rumah Elina.

Elina yang sedang menggembok pintu bertanya. "Kamu mau pulang pakai apa Zars?"

"Dijemput Virgo." Jawab Anzars seadanya.

"Kamu tunggu sendiri atau butuh aku temanin?" tanya Elina.

Ingin Anzars berkata 'tunggu sendiri' tapi jika ada yang melihatnya berdiri sendiri di teras rumah Elina ia akan dituduh mau maling.

"Temanin sebentar."

Elina menggangguk setuju, ia berdiri disamping Anzars. Elina menatap wajah Anzars dari samping. Dari samping seperti ini saja Anzars terlihat ganteng apalagi dari depan yang gantengnya berkali-kali lipat. Beruntung sekali Elina bisa melihat wajah itu sepuas hatinya.

Suara mobil berhenti mengahlikan perhatian Elina.

Kaca mobil dibuka setengah ada Virgo duduk dikursi kemudi, cowok itu mengenakan dinas yang sama dengan Elina, bedanya cuman diversinya doang. Elina memakai versi cewek ber-rok dan Virgo cowok ber-celana.

"Cepat Zars!" teriak Virgo memanggil.

Anzars tidak mengubris dan lebih menatap Elina yang memandang lurus ke depan. "Lo ke sekolah naik apa?"

"Aku?" elina menunjuk dirinya sendiri.

"Bukan tuyul disamping lo."

"OH." Cetus Elina singkat.

"Lo, Elina, Lo!" gemas Anzars.

"tadi katanya tuyul." Ujar Elina.

"Ralat---lo ke sekolah naik apa El?" ucap Anzars menanya ulang dan menegaskan pertanyaannya kembali.

"Jalan kaki."

"Supir lo mana?"

"udah minta putus." Ceplos Elina

"Jadi selama pacaran lo anggap gua supir, begitu?!"

Elina langsung menggeleng. " Enggak. Enggak!"

Virgo di dalam mobil menekan klakson kesal. "Cepat Zars cepat, gua tinggalin mampus lo!"

"Bentar!"

Elina mendorong Anzars. " Cepat Virgo sudah kesel sama kamu."

"Lo ikut ke kita aja. Gua yang antar!"

"Tapi---"

"Gak ada tapi-tapian!"

Anzars menarik tangan Elina dan membukakan pintu penumpang memasukkan Elina. Bukannya langsung duduk Anzars menyuruh Virgo pindah duduk dari kemudi menggantikan Anzars jadi supir. Virgo juga tidak berkomentar. Selama diperjalanan keadaan mobil hening hanya lagu 'Kenangan Terindah' dari Samson menemani perjalanan mereka. 

AnzarsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang