Sadar

526 35 2
                                    

5 bulan berlalu rasya tak kunjung bangun,dokter sdh memberitahu kan kepada keluarganya rasya tentang keadaan rasya sadar koma tapi belum siuman.

Ketiga saudara angkat nya sedang menonton tv dng cemilan di ruangan VVIP rasya.
Sedangkan naura?ia duduk di kursi tepat pada samping brankar rasya.

" Sya lo kapan bangun sih gue kangen sma lo " batin naura.

" Nau lo gk ikut mkn nih " ujar adara sambari menyuapkan cemilan ke dalam mulutnya.

" Gak kalian aja " ucapnya memandang wajah lembut rasya yang pucat terbaring lemah di atas brankar.

" Aelah nau gmna kalo rasya bangun lo msih dengan pegang tangan nya " ujar adara.

" Suka suka gue dong" ujarnya.

Sedangkan irsyad dan gibran hanya fokus kepada tv.

" Rasya bangun dong lo gk kasian ama kita napa" ujar naura menggenggam erat tangan rasya.

Tiba-tiba tangan rasya sedikit bergerak...

" Dok sus" teriak Naura.

" Maaf kalian harus keluar dlu yaa kami ingin mengecek keadaan rasya" ujar suster itu.

Mereka langsung bergegas keluar dari ruangannya rasya, irsyad menelfon Fathir,salma dan eyang untuk ke rumah sakit.

***

" Anak anak rasya gmna" ujar fathir.

" Iya rasya gmna nau" ujar salma.

" Cucu eyang gmna keadaan rasya" ucap eyang retno dng wajah yang khawatir.

" Rasya gakpapa kok tdi bilang dokter rasyaa udh sdr sebentar lgi kita bisa masuk kok " ujar gibran.

Tidak lama kemudian dokter datang menghampiri mereka " pak fathir klian sudh bisa masuk kondisi rasya sdh membaik dari sebelumnya" ujar dokter itu tidak lupa dengan senyuman.

" Baik terima kasih dok "

Mereka langsung masuk ke ruangan rasya dan memeluk tubuh rasya.

" Sya akhirnya lo sadar juga kita kngn sma lo" ujar naura memeluk erat tubuh rasya.

" Rasyaaaa abangku udh sadar lo" ujar adara tersenyum.

" Sya akhirnya lo sadar juga kita kira lo ngk sdr kita takut lo ninggalin kita" ujar gibran duduk di samping rasya.

" Iya sya kita bersyukur lo sdar lgi" ujar irsyad.

" Emngnya gue knpa dan papa,ibu sma eyang mana " ujar rasya dengan nada lemah.

" Lo koma sya " ujar adara.

" Iya 5 bulan lebih " ujar gibran.

" Kalo ibu sma papa ke administrasi,eyang tdi makan di kantin rs soalnya eyang blm mkn " ujar irsyad.

" Nau nau gue sesak " ujar rasya.

" Eh-h maaf sya " ujar naura tersipu malu.

" Aelah nau kita aja cuman sebentar peluk lo mah dari tdi " ujar adara dengan wajah jailnya.

" Apaansih gue kangen kalian juga kangen kan cuman kalian tuh gengsi " ujar naura dengan pipinya merah.

" Pipi lo merah nau "

" Salting lo "

" Kita gk gengsi cuman kita tuh peluk sebentar biar rasya bisa ngomong "

" Idih udh ah gue mau keluar " saat naura berdiri untuk pergi keluar rasya gercep memegang pergelangan tangan naura "  nau mau kmna udh disini aja temenin gue" ujar rasya.

Naura pun mengurungkan niat untuk tidak pergi.

" Giliran rasya lo nurut" ujar adara.

" Adara"

" Heeh iya deh sya ohya guys keluar yuk" ujar adara sambari memberi kode.

" Heeh iya yuk makan di warung pak mamat tuh enak bener baksonya" ujar irsyad mengelak.

" Yaudah yok gue juga laper bgt" ujar gibran mengelus perutnya.

" Makan mulu pikiran lo" ujar adara.

" Biarin"

Gibran, Irsyad dan adara bergegas keluar menuju ke warung pak mamat untuk membeli makanan.

Kini tinggal rasya naura di ruangan milik rasya.

" Sya gue kangen tau sma lo " ujar naura dengan nada manjanya.

" Kangen? Sini peluk gue juga kangen sma lo" ujar rasya merentangkan kedua tangannya.

Naura langsung memeluk tubuh rasya dengan erat untuk melepas rindu nya.

" Sya gue mau ngomong sma lo lo sebenarnya sakit apa kok smpai koma" ujar naura.

" Ha-h enggak kok gue baik baik aja knpa emngnya" ujar rasya gugup.

" Gk sya gue takut lo ninggalin kita" ujar naura.

" Enggak kok " ucap rasya tersenyum.















Bersambung.....

DIARY RASYA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang