Aku terpaku menatap pria dihadapanku yang tengah berdiri memperhatikan papan jadwal pemutaran film. Beberapa orang tampak mencuri pandang ke arah lelakiku dengan sedikit tidak tahu diri. Mereka sekumpulan gadis dengan kaos dan celana pendek, atau satu dua orang perempuan setengah baya yang kelihatan menyengir malu memperhatikan wajah suamiku.
"Haah." Aku menghela napas berat.
"Sayang. Aku udah beli tiketnya." Reyhan senyum memberikan tiket film padaku. "Nggak tau kamu suka atau nggak sama filmnya. Tapi ini—"
"Suka, Sayangku, suamiku, aku pasti suka." Aku menjawabnya sambil merangkul lengannya kuat. "Beliin aku popcorn?"
Reyhan sempat bengong beberapa saat. Aku pun menyandarkan kepalaku ke bahunya. "Oke?"
Sepertinya Reyhan terkejut sebab aku tidak biasanya menunjukkan sikap manjaku yang begini di depan umum. Tapi apa boleh buat, sebab aku tidak suka melihat tatapan mata orang sekitar terhadapnya.
Kemudian Reyhan mengusap kepalaku sambil menyunggingkan senyum tersipu-sipu.
"Oke, kamu mau popcorn rasa apa?"
Tepat di sebelahku, aku tidak sengaja melihat gadis remaja tengah meremas kertas tiket ditangannya. Apa dia kesal, batinku girang. Baguslah, sekarang mereka harus sadar bahwa dilarang menatap kagum pada lelaki ini.
"Hem, rasa apa, ya." Aku menggelayuti Reyhan. Ini agak menggelikan, tapi ya sudahlah. Aku menyukai sikap sesekali agresif begini. Toh tidak dilarang, karena dia suamiku.
"Karamel atau yang lain?" Tawar Reyhan.
"Gimana kalau yang mix aja?" Kata Reyhan lagi.
"Oke, yang mix aja," jawabku.
"Minumnya apa, Sayang?" Reyhan mencubit pipiku tidak terduga saat aku sedikit menggembungkannya.
Aku menyengir malu. "Coklat aja, Sayang."
Bisa kulihat orang-orang menatapku iri sekarang. Ah, ini sangat menghibur. Sesekali memamerkan suamiku boleh juga.
Aku masih menempel pada Reyhan, tak sedikitpun aku melepaskan genggaman tanganku padanya. Reyhan membawa tas milikku di tangannya. Sementara aku membawa minuman dan pop corn yang tadi Reyhan beli. Satu minuman coklat, dan satu mix popcorn. Biar lebih romantis, jadinya kami membeli hanya satu, untuk dibagi beedua tentunya.
"Maaf apa saya boleh bicara sebentar."
Seorang wanita bertubuh kecil berlarian menghampiriku dan Reyhan.
"Ya," jawabku.
"Ah, maksud saya dengan Mas nya," kata wanita itu.
Aku melirik Reyhan sekilas. "Mau apa?" tanyaku lagi.
"Masnya boleh kenalan?" Wanita itu tersenyum ramah dengan suara yang amat lembut. Ia mengenakan pakaian yang sopan dengan jilbab pendek dan celana jeans panjang agak ketat.
"Maaf," geleng Reyhan mengisyaratkan dia tidak ingin diajak bicara oleh wanita itu.
"Eh, sebentar aja kok Mas. Anu, saya cuman mau nawarin ini." Wanita itu menyodorkan kartu nama.
"Buat apa sih!" ketusku.
Reyhan menatapku kaget karena aku tiba-tiba kesal.
"Ah, maaf mba, saya cuman mau menawarkan teman mba ini jadi model. Barangkali min—"
"Gak perlu! Suami saya nggak minat jadi model." Aku menjawabnya ketus.
"S-suami?"
"Iya dia istri saya," jawab Reyhan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dijodohkan Dengan Santri (Gus Reyhan)
RomanceFOLLOW DULU SEBELUM BACA Rate 18+ Rumaysha terpaksa harus menerima perjodohan dengan seorang pemuda bernama Reyhan. Gus dari pondok pesantren Al-Faaz. Rumaysha awalnya menolak, tapi ayahnya mengancam akan memasukkan dirinya ke pesantren jika menola...