terluka(lagi)

120 11 2
                                    












"Tuan semua berjalan sesuai dengan rencana anda tuan"

"Hmm bagus"

(⁠つ⁠≧⁠▽⁠≦⁠)⁠つ(⁠つ⁠≧⁠▽⁠≦⁠)⁠つ.

"Dhito ayo sarapan" panggil Nanda sambil menggedor-gedor pintu kamar dhito.

Beberapa kali Nanda memanggil Tidak mendapat respon dari seseorang yg ada di dalam kamar, Nanda pun kembali memanggil dhito dengan menggedor-gedor pintu secara brutal.

"Ck kamu apa-apaan sih ini masih pagi kenapa berisik banget hah!" Ucap avel sinis yg terganggu dengan suara teriakan dan gedoran Nanda.

Karena khawatir dengan keadaan dhito di balik pintu Nanda menghiraukan ucapan sinis avel.

Avel yg semakin kesal pun menarik tangan Nanda dan hendak memukul nya, tapi saat melihat ekspresi wajah khawatir Nanda yg sangat kentara avel pun mengurungkan niatnya untuk memukul Nanda.

" Nan ada apa ?? Kenapa kamu gusar gitu ?" Tanya avel keheranan.

Avel semakin di buat heran karena Nanda yg mulai menangis.

"Heh jawab pertanyaan ku jangan malah menangis!" Ucap avel lagi.

Keributan yg di buat Nanda di tambah dengan protesan avelia membuat semua penghuni villa itu mendatangi mereka.

"Dhito vel dia—"

"Ada apa ini??" Tanya Yian memotong ucapan Nanda.

"Ck gimana mau tau masalahnya apa si Nanda baru mau jelasin aja langsung di potong ucapannya" sindir avel " cepet Nanda jelasin ada apa!" Tanya avel lagi.

"Dhito, dia dari tadi pagi aku panggil gk jawab, aku takut dia kenapa-kenapa huhuhuhuu" jawab Nanda dengan tangis yg makin menjadi.

Semua yg mendengar ucapan Nanda juga ikut khawatir, apalagi Raka sebab ia tau dhito bukan tipe orang yg sulit di bangunkan.

"Tenang dulu siapa tau dhito sedang jalan-jalan keluar" ucap Yian coba berpikir positif.

"Gk mungkin dhito pagi-pagi pergi jalan-jalan, biasanya dia bangun tidur langsung mandi dan memasak di dapur" ucap Raka.

Mendengar itu tangis Nanda semakin kencang, semakin khawatir dengan keadaan sang sahabat.

"Tenanglah, kita jangan berfikir negatif dulu" ucap Yian.

"Kalian semua minggir" ucap Raka.

Yian, nanda, dan avel serentak menengok ke arah Raka yg sedang berancang-ancang mendobrak pintu kamar dhito.

Brakk brakk

Dan dobrakan kedua pintu kamar dhito berhasil terbuka.

Mereka ber empat pun berbondong-bondong masuk ke kamar dhito.

Tapi mereka tidak melihat keberadaan dhito di kamar itu.

Samar-samar suara kucuran air terdengar oleh mereka semua, tapi sebelum Yian, Nanda dan avelia mendekati kamar mandi itu Raka menghentikan mereka.

"Kalian keluar dulu, biar aku yg mengeceknya" ucap Raka.

"Tapi—" Nanda tak jadi protes karena melihat lirikan Raka yg menyeramkan, Yian pun dengan sigap menarik kedua makhluk manis itu keluar dari kamar dhito tidak lupa menutup pintu yg sudah mengalami kerusakan itu.

"Kak Yian apa-apaan sih kan aku pengen liat keadaannya dhito juga" tanya avelia kesal dan di tanggapi anggukan oleh Nanda.

"Kalian ini biarlah Raka yg urus, aku juga yakin dhito tidak mau terlalu banyak orang yg melihat keadaannya kalau ia benar-benar sedang tidak baik-baik saja" jelas Yian.

Nanda dan avel tertegun sejenak memikirkan ucapan Yian yg memang benar.

Di sisi lain Raka masih berdiri diam di depan kamar mandi dhito, pikirannya berkecamuk saat ia tidak hanya mendengar suara air tapi juga isakan pilu dhito yg selama ini tak pernah ia dengar.

Raka memejamkan matanya sejenak setelahnya dengan pelan mengetuk pintu kamar mandi itu.

"Dhito" panggil Raka lirih, ia memang tidak menyukai keberadaan dhito tapi bukan berarti ia tidak menyayangi adik pertamanya itu.

Hening sesaat, dhito tidak menjawab panggilan Raka tapi isakkannya masih bisa di dengar Raka.

Dengan pelan ia mencoba membuka pintu kamar mandi itu tapi pintu itu dikunci dhito.

Tok tok tok

"Dhito" lagi-lagi tidak ada sahutan dari dhito "dhito tolong buka pintunya kakak khawatir" ucap Raka membujuk dhito supaya mau membukakan pintu itu.

"Kakak" Dan kali ini ada sahutan lirih dari dhito meskipun pintu itu masih tertutup rapat.

"Dhito kakak mohon buka pintunya" lirih Raka menahan tangisnya.

Suara air di kamar mandi berhenti dan tak lama setelahnya berganti dengan suara kunci pintu di buka oleh dhito, pintu kamar mandi itu akhirnya terbuka dengan dhito yg menggunakan bathrobe panjangnya.

Raka pun langsung mengecek keadaan dhito lalu memeluknya erat.

Raka menuntun dhito duduk di kursi yg ada di kamar itu sedangkan ia berlutut di depan dhito sambil mengelus-elus tangan dhito menenangkan.

"Dhito siapa? Siapa yg udah lukain kamu kaya gini dhi?" Tanya Raka lembut, sejujurnya ia marah karena ia melihat ada beberapa lebam di wajah sang adik.

Dhito hanya diam menundukkan kepalanya.

Raka menggenggam tangan dhito lembut menghantarkan kehangatan yg membuat dhito sedikit tenang.

Belum sempat lagi Raka bertanya, ia melihat luka lain di pergelangan tangan juga bercak kemerahan di leher sang adik, seketika raka mengalihkan pandangannya ke wajah dhito dengan perasaan hancur.

Seketika air mata jatuh membasahi wajah tampan Raka. Ia mulai paham apa yg di alami sang adik.











23-09-2024.




Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 23 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Black roses ( REVISI )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang