chapter 十八

188 44 14
                                    

HAPPY READING

18






Hyunjin sangat terkejut ketika melihat Dasha berdiri di tengah-tengah tangga gedung apartemennya. Terlebih lagi ketika ia baru saja akan mengungkapkan perasaannya kepada Felix. Ketika ia baru saja akan berkata, Aku juga tidak tahu kenapa dan bagaimana, tapi aku yakin dengan apa yang kurasakan. Sejak bertemu denganmu di acara reuni itu, aku merasa kau adalah seseorang yang penting dalam hidupku.

Astaga! Apakah ia benar-benar akan berkata seperti itu tadi? Kedengarannya sangat konyol, tetapi itu kenyataannya. Felix memang penting baginya.

"Hyunnie." Suara Dasha membuyarkan lamunannya. "Apakah kau marah karena aku tiba-tiba muncul tanpa menelepon lebih dulu?"

Hyunjin menoleh ke arah Dasha. "Tidak," sahutnya singkat, lalu tersenyum. "Aku tidak marah. Tapi kalau kau menelepon lebih dulu, kau tidak perlu menunggu di luar dalam cuaca dingin seperti ini."

"Maaf," kata Dasha. "Kukira kau pasti ada di rumah."

Hyunjin membuka pintu apartemennya dan masuk. Dasha menyusul di belakangnya.

Setelah mengenakan sandal rumah, Hyunjin pergi menyalakan pemanas ruangan. "Hyunnie, di mana sandal itu?" tanya Dasha tiba-tiba.

Hyunjin menoleh. "Sandal?"

"Sandal Doraemon itu."

Hyunjin tertegun. Dasha memang selalu mengenakan sandal itu setiap kali ia datang ke apartemen Hyunjin. Tetapi itu sebelum Hyunjin sadar sandal Doraemon itu sebenarnya milik Felix. Dan setelah menyadari sandal itu milik Felix, ia...

"Eh, ternyata sandal itu milik orang lain," sahut Hyunjin. Ia mengeluarkan sepasang sandal putih dari lemari di dekat pintu. "Pakai ini saja."

Dasha terdiam, kemudian ia tersenyum tipis dan memakai sandal yang ditunjukkan. "Mau minum apa?" tanya Hyunjin dari dapur.

"Tidak usah," sahut Dasha sambil melepaskan syal dan jaketnya. "Sebenarnya ada yang ingin kubicarakan denganmu. Karena itu aku datang ke sini."

"Ada apa?"

Dasha duduk di sofa, melipat tangannya di pangkuan, dan mendongak menatap Hyunjin yang berdiri bersandar di meja makan.

"Keeho meneleponku," katanya.

Alis Hyunjin terangkat, tidak menduga akan mendengar nama temannya juga adalah mantan tunangan Dasha. "Oh? Ada masalah apa?"

Dasha tersenyum samar, lalu menarik napas. "Dia ingin aku memikirkan kembali soal hubungan kami." Ia terdiam sejenak, dan bertanya, "Bagaimana menurutmu, Hyunnie?"

Hyunjin mengangkat bahu. "Kurasa kau sendiri yang harus memutuskannya, Dasha. Bukan aku."

Dasha menunduk. "Kau benar," gumamnya pelan. "Baiklah. Kurasa untuk mendapatkan jawaban langsung, aku harus bertanya langsung. Bukankah begitu?"

Hyunjin tidak mengerti, tetapi ia diam saja.

"Hyunnie, bagaimana perasaanmu padaku?" tanya Dasha sambil menatap lurus ke mata Hyunjin.

Pertanyaan langsung itu mengejutkan Hyunjin, walaupun seharusnya ia sudah bisa menduganya. Sejak Dasha berkata ia sudah memutuskan pertunangan dengan Keeho dan menyatakan perasaannya kepada Hyunjin, Hyunjin belum menjawabnya. Awalnya ia sangat terkejut mendengar pengakuan bahwa Dasha memutuskan hubungan dengan Keeho karena wanita itu menyadari ia menyukai Hyunjin. Apakah ia merasa senang ketika Dasha menyatakan perasaannya waktu itu? Ya, Hyunjin memang sangat senang, karena ia juga merasakan—tidak, ia mengira ia juga merasakan hal yang sama terhadap Dasha. Saat itu ia tidak tahu apa yang harus dikatakannya selain memeluk Dasha.

Like the First Snow, I Will Go to YouWhere stories live. Discover now