***
Seminggu setelah kejadian terakhir kali Kathrina menolak ajakanku untuk pulang sekolah bareng. Satu minggu pula upayaku terus menerus mengajak Kathrin pulang sekolah bareng, tapi sepertinya usaha selama seminggu ini sia-sia. Sikap Kathrina semakin hari semakin mematahkan semangatku.
Aku duduk di bawah pohon besar di halaman sekolah, sedikit merenung. Dalam benakku terlintas ide gila, "Bagaimana jika aku bisa merubah diriku seperti Loki, Dewa Penipu dalam mitologi Nordik?" Dengan kecerdikan dan sedikit tipu muslihat, mungkin aku bisa meluluhkan hati Kathrina. Aku tahu ini mungkin ide gila dan tidak masuk akal, tetapi keinginan untuk mendapatkan Kathrina begitu besar.
Aku tersenyum kecil saat bayangan itu melintas di pikiranku. "Apa yang akan Loki lakukan?" pikirku. Dengan sedikit kecerdikan dan tipu muslihat, mungkin aku bisa membuat Kathrina menjadi milikku. Tidak ada salahnya mencoba, bukan? Lagipula, di kota-kota besar, tikung-menikung bukanlah hal yang aneh.
"Dorr! Hayo, lagi bengongin apaan lu?" Flora mengagetkanku.
"Kaget, anjir! Kagak, lagi bengong aja gua. Enak suasanannya buat bengong."
"Balik ke kelas, yuk? Daripada bengong di sini, kesurupan lu tar."
"Yuk," aku pun kembali ke kelas untuk memulai pelajaran di jam setelah istirahat.
Saat kembali ke kelas, pikiranku masih dipenuhi oleh rencana yang terus berkembang. Aku duduk di bangkuku, mencoba untuk fokus pada pelajaran, tapi bayangan tentang bagaimana caraku mendekati Kathrina tidak bisa hilang begitu saja. Flora duduk di sampingku, sibuk dengan catatan pelajarannya.
"Kok lu diem aja dari tadi?" tanya Flora tiba-tiba, memecah keheningan.
"Ah, nggak apa-apa, cuma mikirin sesuatu aja," jawabku sambil mencoba tersenyum.
Flora mengerutkan kening, terlihat sedikit curiga. "Jangan mikirin utang negara mulu. Fokus aja sama pelajaran."
Ah, lawakan hari itu keluar lagi hari ini.
Tringgg... Bel pulang sekolah
"Lu mau langsung balik lagi, Git? Nongkrong lah, anak-anak mau ke cafe nih" Ajak Adel.
Aku memikirkan ajakan tersebut sambil memasukan ATK ku ke dalam tas, "Ikut deh gua, Del. Tapi, lu shareloc aja ya biar gua nyusul. Motor gua ga kenceng-kenceng amat soalnya buat ngebarengin mobil lu" jawabku.
"Oke, gas," jawab Adel.
Setelah mendapat shareloc dari Adel, aku pun langsung berjalan menuju cafe. Jangan tanya teman-temanku yang lain ada di mana, karena sudah pasti mereka ikut di mobilnya Adel. Ah, aku sendirian. Memang dasar manusia, maunya yang enak doang.
Saat sedang dijalan, aku tanpa sengaja melihat seorang gadis SMA sedang menangis di pinggir jalan. Aku pun berinisiatif menghampirinya. Ya, karena dia memakai seragam sekolah yang sama dengan yang kupakai.
"H-hai, halo," sapaku canggung setelah menghampiri gadis itu. "Lu kenapa?"
"Apa!?" Jawabnya galak.
Ya Tuhan, galak sekali wanita yang wajahnya tidak bisa kulihat ini.
"Gua nanya, nih. Soalnya, gua liat dari jauh lu lagi nangis. Lu kalo mao nangis jangan di pinggir jalan gini. Mending ikut gua, yuk? Nanti lu boleh dah nangis sepuas lu."
"Apasi peduli lu sama gua?! Tiba-tiba nganter gua balik, tiba-tiba ngajak gua ngobrol, tiba tiba nyamperin gua pas lagi nangis. Mau lu apa si, Gita?!"
Aku tersontak karena dia memanggil namaku. Aku benar-benar tidak mengetahui siapa gadis ini, soalnya wajahnya menempel ke lengan yang ditempelkan di dengkul. Paham kan maksudku? Suara tangisnya yang serak dan asing di telingaku pula. Jadi, ya, jangan menyalahkanku kalau aku tidak tahu siapa wanita di depanku ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Golden Hour
FanficIni cerita pertama saya, fanfiction yaa!!! Gita adalah gadis yang ingin kehidupan disekolahnya aman dan tentram, tapi tanpa sadar dia sendiri yang akan membuat kehidupan disekolahnya itu menjadi rumit. WARN!! GXG AREA☠️