Hai? Sudah lama sekali aku nggak menyapa kalian semua, apa kabar? Kuharap kalian semua selalu dalam kondisi yang baik! Terakhir kali kita bercengkrama sepertinya di sekitaran tahun 2018 ketika aku benar-benar masih berada di dunia kepenulisan sebelum memutuskan vakum.
Sudah beberapa bulan ini aku terus kepikiran untuk kembali, kepalaku terus-menerus dipenuhi oleh keinginanku untuk kembali. Namun, aku tidak bisa semudah itu meskipun ratusan kata sudah kusiapkan, pada akhirnya mereka hanya akan bersemayam di folder novelku saja, tidak ada yang kusampaikan kepada siapapun. Ada keraguan yang menjadi lubang besar di hatiku, dan pertanyaan yang mengikuti setiap langkahku pergi selama ini memasuki toko buku, "Apa tujuanku kembali menulis?"
Dahulu, menulis untukku adalah sebuah keharusan karena aku tidak memiliki tempat untuk bercerita dan rumah yang teduh untukku beristirahat. Semenjak aku beranjak dewasa dan menghadapi semua kesulitan seorang diri, aku tidak memiliki waktu untuk sekedar menulis-bukan, lebih tepatnya ada ketakutan, kekecewaan, kesedihan dan kemarahan yang membuatku enggan menyentuh dunia literasi yang begitu kucintai.
Hal-hal rumit yang kulalui itu, berbuah pahit. Semakin tahun, aku seperti berjalan di bara api tanpa penolong. Sakit. Sunyi. Pedih. Hampa. Aku berusaha untuk memberikan diriku yang terbaik, memberikan pada sosok anak perempuan yang tidak pernah didengarkan semasa hidupnya, tidak pernah dipeluk dan dipedulikan oleh orang-orang disekitarnya. Aku hanya ingin diriku di masa lalu tahu, bahwa dia tidak sia-sia memutuskan tumbuh dengan banyaknya masalah yang terus menerpa walau aku sendirian, tidak punya siapa-siapa.
Namun, tampaknya semua ini tidak berjalan mulus karena sekarang setelah semua usaha yang kulakukan bertahun-tahun dengan penuh air mata dan keringat, kebingungan dan kesulitan, tangis dan tawa. Aku hancur seutuhnya bersama dengan salah satu kakiku. Sudah hampir 2 tahun, aku selalu mempertanyakan semua makna kehidupan dan apa salahku hingga sejak dulu sampai sekarang, tidak sedikitpun dunia mengizinkan aku bahagia. Aku merasa sudah menjadi petarung yang hebat, walau nyatanya aku hanyalah perempuan yang berbalut trauma.
Aku tidak pandai mendeskripsikan perasaanku sendiri, akan tetapi selama masa menyedihkan itu kulewati, kini aku mencoba merangkai semua kenangan dan kusulam mereka menjadi rentetan kisah yang ingin kukumpulkan menjadi satu dengan alasan yang telah kutemukan mengapa aku harus kembali menulis; aku hanya ingin bahagia dengan kehidupanku yang baru dan akan kutinggalkan semua yang menyakitkan itu di belakang.
Aku tidak tahu apakah aku layak atau tidak untuk bahagia, akan tetapi aku hanya ingin menuangkan semuanya dan melepaskan apa yang selama ini menjadi beban di pelupuk mataku melalui naskah ini. Bisakah kali ini dunia berkenan untuk menempatkanku pada akhir yang bahagia? Sebab aku sudah lelah berharap, aku sudah lelah terlalu banyak bermimpi dan aku sudah tidak punya tenaga untuk melawan. Selamat dari kecelakaan, tapi cacat seumur hidup adalah harapan terakhir yang dunia berikan padaku. Saat ini aku hanya berusaha bertahan dan meneruskan hidup karena ada seseorang yang begitu mengharapkanku untuk hidup. Seseorang yang membuatku tergerak untuk mempersembahkan naskah ini untuknya.
Setidaknya, aku ingin melakukan sesuatu sebelum menyerah. Seperti dokter yang sudah berusaha semampunya untuk menyelamatkanku dari kematian. Dan, aku yang ingin memberikan kesempatan untuk diriku sendiri bangkit serta merasakan artinya cinta dan kasih sayang yang mutlak. Temani aku dalam proses berdamaiku ini ya? Siapa tahu dengan banyaknya dukungan, aku bisa kembali dengan melepaskan seluruh rasa sakit dan terbang bebas seperti dahulu. Aku ingin keluar dari ketidakberdayaan dan ketidakadilan yang kuterima selama ini.
Best Regards,
Chaca Faza.🌻🌻🌻
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Hanya Berharap, Dunia Sedikit Baik Padaku
Teen FictionSudah berapa bulan dia berdiam diri di kamar? Satu bulan? Tiga bulan? Lima bulan? Tidak, sepertinya sudah berbulan-bulan-menuju bertahun-tahun. Selama itu pula, yang bisa dia lakukan hanyalah duduk termenung memandangi langit melalui jendela di kama...