Chapter 1

34 4 0
                                    


Rayn hanya sekedar makhluk ciptaan Tuhan yang sangat-sangat biasa. Selama 17 tahun hidupnya ini ia benar-benar menjadi "tokoh sampingan" dalam setiap chapter penting dalam hidupnya. 

NPC?

Maybe itu cara terbaik untuk mendeskripsikan hidupnya tapi Rayn tak masalah dengan itu, ia merasa hidupnya sudah cukup baik bahkan ia sering kali bersyukur kepada Tuhannya mengenai hidupnya yang biasa-biasa  ini karena hidupnya yang biasa-biasa ini sering kali membuatnya terhindari dari masalah. 

Sekarang juga begitu, ia berharap kehidupan barunya ini juga tidak jauh berbeda dengan kehidupanya sebelumnya. Ia berdoa kepada Tuhan agar dapat menyelesaikan ini tanpa ada masalah yang berarti seperti sebelum-sebelumnya.

Perguruan Tinggi.

Universitas.

Mahasiswa.

Sekarang saatnya ia maju kedalam tahap akhir untuk menyempurnakan pendidikannya. Rayn memilih untuk masuk ke salah satu perguruan tinggi di ibukota yang sejujurnya ia pun tidak menyangka dapat lolos ke perguruan tinggi tersebut. Ia memilih "Hubungan Internasional" sebagai penyempurna pendidikannya karena memang sedari dulu ia tertarik dengan isu-isu seputar itu.

Pada awalnya kedua orang tua nya tidak menyetujui pilihan yang dibuat Rayn tersebut karena menurut mereka jurusan yang dipilih Rayn tidak memiliki prospek pekerjaan yang baik untuk kedepannya. Sejujurnya Rayn pun pada awalnya juga sedikit ragu dengan pilihannya ini sebab ia sedikit takut dengan lingkungan pertemanan disana yang sejauh ia tau cukup "elite". Ia takut tidak dapat mengimbangi teman-temannya disana dan berakhir tidak memiliki teman. 

Ya walaupun ia hanya "tokoh sampingan" tetapi tetap saja ia juga ingin memiliki teman walau hanya satu atau dua. ia tidak ingin berakhir menjadi nolep di kehidupan barunya ini. Oleh karena alasan-alasan diatas Rayn benar-benar tidak menaruh ekspektasi pada jurusan ini, ia bahkan sudah belajar untuk mengikuti tes ujian masuk nasional dengan jurusan yang berbeda dan perguruan tinggi yang ada dikotanya.

Tetapi takdir Tuhan selalu unik. Tepat pada pukul 3 sore Rayn tanpa ekspektasi apapun walau ia cukup merasa deg-degan, akhirnya ia membuka pengumumannya dan damn... ia dinyatakan lolos pada perguruan tinggi tersebut. Ia sangat senang karena itu merupakan jurusan yang ia inginkan terlebih lagi perguruan tinggi tersebut cukup bergengsi dinegara ini. Orang tua Rayn yang awalnya tidak setuju akhirnya setuju untuk melepaskan Rayn karena melihat bagaimana buah hati mereka melepaskan kesenangan dan kegembiraannya membuat mereka mengikhlaskan buah hati mereka tersebut.

Dan disinilah sekarang ia berada.

Capital city.

Ibu kota sekaligus kota terbesar dinegaranya. Sejujurnya ini bukan pertama kali Rayn pergi ke kota ini tetapi ia sudah lama tidak menginjakan kaki di dikota ini, jadi ia cukup surprise dengan perkembangan kota ini yang sangat pesat.

Oh iya, by the way Rayn hanya sendiri saat ini sebab kedua orang tua nya memiliki kesibukan yang tidak dapat ditinggalkan tetapi mereka berjanji akan sesegera mungkin menyusul Rayn sebelum perkuliahan dimulai.

Sejujur-jujurnya Rayn cukup deg-degan + bingung saat ini. Ia tidak tau harus melakukan apa terlebih dahulu hingga....

Panggilan dari bundanya terlihat muncul pada genggam selulernya.

Setelah berbincang cukup lama dengan bundanya akhirnya Rayn tau apa yang harus ia lakukan. Pertama-tama, ia akan makan terlebih dahulu sebab perutnya ini sudah memberi sinyal untuk segera diisi. Ia memilih salah satu gerai disekitar bandara sebab akan memakan waktu lebih jika harus mencari makanan diluar. 

Setelah selesai dengan perutnya, ia sekarang akan pergi menuju ke kediaman barunya untuk beberapa tahun kedepan sampai menyelesaikan pendidikannya. Setelah kurang lebih satu jam an diperjalanan Rayn akhirnya tiba ditempat tinggal barunya. Rayn sejujurnya sudah dapat menebak bagaimana kediaman barunya ini melalui foto-foto yang dikirimkan oleh pemilik tempat tinggal ini. Baginya tempat tinggal barunya ini sudah cukup nyaman dan oke untuk ditempati.

Setelah berbincang-bincang sebentar dengan pemilik tempat tinggal atau kos nya ini Rayn pun meminta izin untuk beres-beres. Barang-barang Rayn cukup banyak sejujurnya dan ia harus memindahkan semua ini ke lantai tiga, hufft... 

But okay, we can do it.

Sebenarnya pemilik tempat tinggalnya ini sudah menawarkan untuk membantunya memindahkan barang-barangnya tetapi Rayn menolak tawaran tersebut sebab ia merasa segan dan ia rasa tidak etis rasanya. 

(Sejujurnya ia berharap bapak kost nya ini akan memaksa dirinya :()

"Okay, lets do it" 

Ucapnya untuk memotivasi jiwanya yang sudah sangat capek ini.

Rayn pun mulai mengangkat barang-barang yang ia bisa bawa dengan tubuhnya ini. Sedetik setelah ia selesai dan mulai membalikan badannya...

"Penghuni baru ya dek?"

Dek?

Terpampanglah didepan kedua netranya saat ini seorang pemuda yang ia rasa tidak memiliki jarak umur yang jauh dengannya dengan sebatang rokok diantara belah bibirnya.

Sejujurnya ia ingin bertanya dan protes kenapa ia memanggilnya dek tapi...

"Ia mas hehe."

Awkward.

Fuck.

Rayn seratus persen terlihat bodoh pastinya saat ini. Ia benar-benar tidak tau harus mengatakan apa kepada manusia didepannya ini. Aliran darah dalam tubuhnya seolah-olah berhenti seketika yang mengakibatkan otaknya membeku.

Fuck!!!!!!

"Oh... keliatan sih. Banyak nih bawaan lu, mau gua bantu nggak?"

Ini nih yang sedari tadi ia butuhkan tapiiiii kan ia malu + segan rasanya kalo langsung mengiyakan.

"Aduh takut ngerepotin mas."

"Udah gapapa, anggap aja tanda pengenalan lu disini. Lantai berapa btw?"

"Lantai tiga mas hehe."

"Wadaww encok nih pinggang hahaha...."

Aduh....dia kan jadi nggak enak kalo begini.

"Maaf ya mas kalo emang mas nggak jadi gapapa kok."

"Canda kalik, udah ayok."

Kurang lebih 45 menit waktu yang mereka berdua habiskan untuk memindahkan barang-barang Rayn ke kamarnya. Kini keduanya sedang menikmati es cekek yang ada dijual diwarung dekat dengan kos nya ini.  Oh iya, ini Rayn yah yang mentraktir sebagai tanda terimakasih ke mas-mas nya ini.

"Makasih banyak ya mas sekali lagi, kalo enggak ada mas aduhh udah nggak tau lagi bakal secapek dan selama apa tadi nih."

Ia sungguh-sungguh merasa berterimakasih dengan orang disampingnya ini.

"Yoi, santai aja kalik."

"Eh, lu... maba ya?"

"Iya mas di universitas x hehe."

"Anjay pintar dong lu."

"Iya mas hehe."

Orang disampingnya ini langsung mengalihkan kepalanya ke arahnya.

"Enggak-enggak mas saya bercanda kok. 

Saya mah biasa aja orangnya."

"Hahaha panikan banget lu. Jurusan apa emangnya."

"HI mas"

"Wadaw beneran jenius nih lu."

"Hehhe...."

Setelah berbincang cukup lama, mas-mas yang membantunya ini akhirnya balik karena ia ada urusan yang harus dilakukan. Oh iya, Rayn juga sudah dimasukan kedalam grup chat penghuni kos-kosan yang ditempatinya ini.

Rayn yang tenaga fisik dan psikis nya sudah rendah sekali akhirnya memutuskan untuk terbang kedunia mimpinya tanpa bersih-bersih btw.

"Hari ini hari yang cukup sibuk baginya yang biasa-biasa saja ini. Waktunya benar-benar full melakukan berbagai hal. Ia akan memberi label + untuk hari ini. Pertemuannya dengan mas-mas yang membantunya tadi menjadi highlight untuk hari ini. Ia merasa sangat bersyukur dapat bertemu dengan mas-mas itu, semoga ia tidak terlihat freak dihadapannya. Satu hal lagi, semoga kedepannya hari-harinya juga lebih berwarna dan ia dapat memberi label + kedepannya. Aaminn...."

Ordinary BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang