part 7

143 8 2
                                    

"Seharusnya, keluarga adalah tempat perlindungan kita

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Seharusnya, keluarga adalah tempat perlindungan kita. Seringnya justru keluarga menjadi tempat kita menemukan rasa sakit hati terdalam -Luna"🥀

-Happy reading ya guys-

***********

Setelah lama berada disana, luna kembali melangkahkan kakinya untuk pulang, wait pulang? Sial ia hampir lupa, dari dulu sampai sekarang saja ia tidak punya rumah untuk berpulang, jadi kemana dia akan pulang

"Stop lah luna, jangan cengeng" monolog luna pada dirinya sendiri seraya menghapus jejak air matanya.

Kakinya terus melangkah hingga sampai berada di halte bus.. Dan saat ini ia bingung mau kemana karna kedainya saat ini sedang tutup karna frida sakit.

Hampa? Itulah yang gadis itu rasakan dari dulu sampai sekarang tidak ada yang berubah. Tidak seperti anak-anak lain, luna tumbuh tanpa didampingi peran ayah maupun ibu kandung. Kuat? Satu kata-kata yang harus luna terapkan, ia tidak ingin bergantung pada siapapun karna memang tidak ada yang peduli dengan hidupnya..

"Ma, andai mama ada disini mungkin luna tidak akan merasakan sakit yang berkepanjangan kaya gini" lirih luna bergumam

Suara klakson mobil mengejutkan gadis itu, ia melihat kaka tirinya yang berada di dalam mobil..

"Lo mau nunggu disana sampe kapan hah? Naik sini cepet" luna masih tak bergeming, ia bingung dan ragu

"Gue gak ada penawaran kedua kali ya luna, jadi terserah lo" saat danny akan menginjak gas nya, gadis itu pun segera berlari dan masuk kedalam mobil

Melihat itu danny mengulum senyumnya, "dari tadi kek"

Tak ada sahutan dari gadis itu, ia bingung harus menjawabnya apa.
Selama perjalanan luna menghadap ke luar jendela, entah apa yang ia pikirkan

Mobil Danny berhenti di taman bermain tidak jauh dari komplek rumahnya. Luna yang bingung akhirnya mengikuti Danny untuk turun.

"Kak, kenapa kita disini... Mau ngapain?"

Danny duduk di ayunan sana, di ikuti Luna, gadis itu masih tidak mengerti apa yang sedang kaka tirinya itu lakukan.

"Kaka masih mau disini? Aku pulang duluan ya kalo gitu"

Merasa jengkel akhirnya Danny menatapnya datar, "lo emang gak peka atau beneran bodoh sih, gue ngajak lo kesini ya buat main lah"

Luna mengerutkan dahinya, "main apa disini? Kaka pikir aku anak kecil huh sembarangan" decak Luna

Melihat ekspresi Luna yang menggemaskan itu Danny hanya bisa mengulum senyum nya, "ya iyalah lo kan masih kecil soalnya masih suka nangis"

Gadis itu mencebikan bibirnya lalu menggoyangkan kakinya, hanyut dalam permainan ayunan.

Tak berselang lama, datang seorang anak kecil berlarian kecil ingin mencoba beberapa mainan di taman bermain,

"Papa, adik mau main di ayunan itu" Kata si anak menunjuk kearah ayunan yang luna duduki,

Dear Luna (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang