Davema mengeram marah saat membaca berita di sosial media. Foto-foto dirinya dan Dinda tersebar di media sosial saat di acara ulang tahun Sara.
Maria, sudah pasti ini ulah dia. Ia bukannya marah lantaran fotonya yang tersebar bersama Dinda, namun ia marah saat caption dan beberapa komentar netizen yang menghina istrinya. Sialan!
"Saya tidak mau tahu, hapus semua berita yang menghina istri saya Gio".
"Baik bos, akan segera saya urus".
Davema menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya dengan kasar. Ia benar-benar benci dengan situasi ini. Ia memilih pulang menemui sang papa yang gila hormat dan rela mengorbankan kebahagiaan dirinya demi citra baiknya sebagi gubernur.
Gio menatap iba pada bosnya, pasti sulit sekali memiliki istri dua. Belum lagi, istri satunya speak kunti tantrum. Benar-benar menguji kesabaran dan bikin pusing kepala.
Kalau dia sendiri, aduh amit-amit semoga tidak memiliki istri macam kunti tantrum seperti Maria yang seenaknya mengusik rumah tangga orang. Lebih parahnya, ia bersikap seolah-olah tidak memiliki rasa bersalah sama sekali.
****
"Kamu harus membuat vidio klarifikasi Dave, papa ingin berita ini segera hilang dan asumsi masyarakat tentang kamu dan keluarga kita menjadi baik kembali. Kamu tinggal bilang pada semua orang jika kamu dan Dinda hanya bertemu sebagai teman lama dan hubungan....."
"Tidak pa,"
Subagyo menatap putranya dengan tatapan menusuk, begitu pun Davema yang menatap papanya dengan tatapan lelah dan putus asa.
"Saya tidak akan membuat klarifikasi apapun soal itu,, kalaupun iya, saya akan menyatakan sebenarnya kepada publik soal pernikahan saya dan Dinda yang tidak pernah berakhir. Selama ini, kalian meminta saya untuk diam untuk menghormati kalian, saya sudah melakukannya untuk kalian. Tapi, tolong, kali ini saya tidak akan diam lagi".
"Lalu apa? Publik akan menghujat Maria, dia juga istrimu kalau kamu lupa" ujar Subagyo sembari menyandarkan tubuhnya di kursi.
"Saya menikahi Maria bukan karena keinginan saya, saya rasa, Maria memang pantas menerima hujatan itu. Karena dari dulu sampai sekarang, saya hanya milik Dinda. Ahh, dan satu lagi, saya akan menceraikan Maria."
Subagyo menatap putranya marah, "jangan mempermainkan pernikahan Dave".
Davema tertunduk diam lalu bersimpuh di depan sang papa, "saya tidak pernah memiliki niat mempermainkan pernikahan pa, saya tidak bisa adil dalam memperlakukan Dinda dan Maria. Saya tidak mencintai Maria, saya tidak bisa bersama dia, saya hanya mau Dinda. Saya hanya ingin menjadikan Dinda satu-satunya wanita dalam hidup saya, saya ingin anak saya hanya mengenal saya sebagai laki-laki yang mencintai ibunya, menjadikan ibunya satu-satunya dalam hidup saya".
Subagyo menatap putranya yang terlihat putus asa. Bukannya ia tidak tahu jika menantu pertamanya sudah kembali, membawa serang cucu laki-laki dan tinggal bersama dengan Davema. Tapi, ia memilih diam dan pura-pura tidak tahu.
"Kalau kamu ingin menjadikan Dinda satu-satunya, seharusnya kamu lakukan itu sejak dulu. Berhenti memperhatikan Maria sekalipun dia teman baik kamu."
"Tapi saya tidak pernah mencintai Maria pa".
Subagyo menghela nafas, "wanita tidak diberikan sedikit perhatian. Ini konsekuensi yang harus kamu tanggung. Kalaupun kamu ingin bercerai, pastikan perceraian kalian tidak merusak nama baik keluarga." Ujar Subagyo lalu meninggalkan Davema seorang diri untuk berpikir lebih dalam tentang dirinya sendiri, dan keluarga kecilnya.
"Katakan pada mamamu, jangan lupa pulang". Ujar Subagyo lagi, sebelum dirinya menghilang dibalik pintu.
Davema mengerjapkan matanya, apa yang dikatakan papanya tidak sepenuhnya salah. Kejadian ini, juga terjadi karena dirinya. Dan, ia sangat bersalah akan hal itu.
Tapi, dari apa yang papanya sampaikan. Subagyo-papanya seolah tidak masalah jika ia menceraikan Maria, dengan syarat tidak merusak nama baik keluarga. Gila hormat tetap gila hormat.
Tapi, itu bukan masalah besar. Ia hanya perlu memikirkan cara terbaik untuk menyelesaikan semuanya.
****
Dinda tahu, ia sudah memprediksi bahkan kejadian ini akan terjadi. Ia akan kembali dikecewakan oleh keadaan, dan dihujat oleh orang-orang yang tidak tahu apa-apa soal kehidupannya yang sebenarnya.
Tapi, buat apa? Toh, dari kemarin-kemarin, keluarga Davema mengumbar informasi jika ia dan Davema hanya mantan istri. Jadi, rasanya, ia tidak bisa menyalahkan orang-orang yang menghinanya.
Sekali lagi, ia bisa apa selain memeluk lukanya sendirian, tidak ada yang tahu bagaimana sakitnya ia saat ini dan dua tahun belakangan. Tidak ada yang tahu jika ia selalu menangis tiap malam, mengelus perutnya yang membuncit lalu mengelus putranya penuh kasih seorang diri.
Dinda menggenggam jemari kecil putranya, mengecupnya pelan hingga tangan mungil milik putranya basah karena air matanya, "Raja, maafkan mama sudah membawa kamu ke dalam posisi yang rumit, tolong temani mama, kuatkan mama, mama tidak punya siapa-siapa lagi selain kamu."
Radja yang sedang tidur, mengeliat pelan membuat bahu ibu anak satu itu bergetar. Ia benar-benar bersedih saat semua orang mengatakan dirinya pelakor, jal*ng hingga kata kasar lainnya.
Sementara di lain tempat, Angga berkali-kali mencoba menghubungi Dinda. Namun sial, Dinda sama sekali tidak mengangkat panggilannya dan berakhir nomor Dinda tidak aktif. Brengsek!
Ia benar-benar ingin mencelik Davema dan Maria saat ini juga lalu mengirim mereka ke neraka.
"Nggak di angkat?" Tanya Dito kepala Angga sembari menghubungi beberapa pihak untuk menghapus berita sialan yang juga membuatnya ingin memarahi dan memukul Davema habis-habisan.
Dito menghela nafas berat, "mungkin Dinda lagi butuh sendiri Ga,"
Angga memilih diam, mencoba meredam emosinya yang ingin meledak-ledak. Kesabarannya benar-benar habis jika Dinda diperlakukan seperti ini. Sangat aneh rasanya, melihat istri sah dihujat sebagai pelakor.
"Ini pasti ulah Maria, kita harus memberi dia pelajaran".
Dito mengangguk membenarkan, "Maria keterlaluan Ga, Dinda sudah banyak mengalah untuk semuanya."
Ya, benar, dan kali ini, Angga tidak ingin Dinda kembali mengalah. Karena ia benci melihat Dinda terluka, sebab saat Dinda terluka, ia akan lebih terluka.
______________
Jangan lupa vote dan komennya yaa. Makasii udah mau baca ceritaku❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Possesif Dema (Davema)
RomanceDavema memandangi wanita cantik yang selama dua tahun ini pergi darinya, tidak ada yang berubah, wanita itu tetap cantik ah malah semakin cantik, anggun dan semakin luar biasa dalam karirnya. Sungguh! ia tidak akan pernah melepaskan, Adinda-wanita...