Dua insan yang berbaring diatas futton itu tampak enggan melepaskan pelukannya. Sang Raja masih memejamkan mata, muka bantalnya sangat menggemaskan saat di lihat, dengkuran halusnya mengggelitik telinga. Sedangkan Sang Ratu sudah membuka mata sedari tadi, terganggu dengan udara yang menggelitik telinganya.
Hinata mengamati Naruto, tampan, sangat tempan, dengan wajah tegas bagai dipahat. Hinata tersenyum, jari lentiknya meraba hidung mancung Naruto, mengelus alis tebal Rajanya itu, membelai dahinya, bahkan menyentuh bulu mata Sang Raja.
Naruto membuka mata saat merasakan elusan halus di wajahnya, melihat wanita cantik di depannya, tidur berpelukan sepanjang malam, tersenyum untuknya. Naruto ikut tersenyum.
"Selamat pagi" Hinata segera bersingsut ke dalam pelukan Naruto.
Naruto terkekeh. "Semoga pagimu di berkahi"
Naruto mengeratkan pelukannya, mengelus surai Hinata, mengecupi puncak kepalanya. "Temani aku mandi" Naruto berbisik di telinga Ratunya itu.
Hinata mencengkeram inner jubah Naruto, dadanya sangat bergemuruh, dia begitu gugup.
...
Mereka telah menceburkan diri ke dalam kolam pemandian pribadi Raja, Hinata membantu Naruto meyabuni badannya. Menggosok punggung, dada juga perut milik Sang Raja yang sangat seksi itu.
Hinata merasakan tubuh Naruto begitu keras, begitu berotot, begitu kokoh. Namun terdapat beberapa luka di sana. Hinata membelai luka itu namun Naruto menghentikannya.
"Aku bertarung dengan Patih Inuzuka saat itu. Aku lupa jika dia juga pandai menggunakan panah dan katana" Naruto terkekeh.
Hinata menggigit bibir bawahnya, masih mengamati bekas luka di tubuh Naruto. "Ini pasti sangat sakit"
Naruto tersenyum. "Lebih sakit saat kau meninggalkanku. Ini tidak ada apa-apanya"
Hinata menatap Naruto, tangannya memebelai rahang tegas Rajanya itu. "Aku terharu, ternyata dulu kau begitu mencintaiku"
Naruto menarik pinggang Hinata, merapat kearahnya, menempel. "Bahkan sampai sekarang aku masih mencintaimu"
Hinata menunduk. "Jika aku tidak sama seperti yang dulu, apakah kau masih mencintaiku?"
Naruto menarik dagu Hinata agar menatapnya. "Dulu, sekarang, nanti, aku akan tetap mencintaimu. Tidak ada yang berubah"
Hinata tersenyum. "Aku juga sangat mencintaimu"
...
Naruto mendekatkan wajahnya dengan wajah Hinata, mencium wajah permaisurinya itu. Pipi, dahi, hidung, dagu lalu bibir. Naruto melumatnya lembut, tangannya menyingkap kimono mandi Hinata, membelai paha Ratunya itu.
Naruto terus menciumi Hinata, menghisap leher Sang Ratu dengan begitu semangat. Pria itu masih terus mencumbui Hinata, mengecupi setiap inci kulit basah Ratunya, membuat banyak tanda merah disana.
Hinata begitu terbuai, begitu menikmati sensasi yang diciptakan Naruto pada tubuhnya. Jari Hinata menggelitik tengkuk Naruto, naik menyisir surai Rajanya itu, meremasnya.
"Shhhhh"
"Eemmmhh"
Naruto terus menyerang Hinata. Ciumannya berpindah ke dada Ratunya, mengecupi setiap sisinya, menghisapnya. Pria itu mulai memasukkannya kedalam mulut, menghisapnya dengan sedikit rakus, memainkan lidahnya di sana dengan lincah.
Hinata terus mendesah, membusungkan dada saat Naruto menghisap payudaranya dengan kuat, sangat menggelitik, geli bahkan sekujur tubuhnya meremang.
"Sssshhhh"
"Ahhh"
Naruto berdiri, dengan Hinata berada di gendongan depan. Pria itu membaringkan Hinata di atas futton dengan hati-hati.
...
Naruto segera membuka simpul tali kimono mandi Sang Ratu, melepasnya, melemparnya kesembarang arah. Pria itu mengelus tubuh Hinata dari atas sampai bawah kemudian naik ke atas lagi.
Hinata menggigit bibir bawahnya, tidak tahan dengan perlakuan Naruto. dia terus mendesah, menahan geli.
Naruto menciumi perut Hinata, mengelusnya dengan Hidung mancung pria itu, naik menciumi payudaranya, melumatnya lagi, menghisapnya. Membuat Hinata terus meracau.
"Emhhhh"
"Sayanghhh"
"Ahhh...hemmhhh"
Naruto menindih Hinatanya, menempelkan tubuh bagian depan mereka yang sama-sama basah itu, menggeseknya berulang kali. Pria itu menyambar bibir ratunya yang terus digigit.
Hinata meremas surai Naruto, bergerak frustasi dibawah tindihan Sang Raja. "Kau menyiksakuhh..ahhh"
Naruto tersenyum, segera memposisikan diri. Membuka kaki Hinata, memposisikan miliknya di depan milik Ratunya, siap melesat masuk.
...
Naruto terus menggesekkan miliknya dengan milik Hinata, menggoda Ratunya itu agar semakin bergairah, membuat milik Hinata sangat basah, sangat ingin di masuki.
"Ahhh..ahhh..emmhhh"
"Bersiaplah sayanghhh"
Naruto memasukkan miliknya perlahan ke dalam lubang sempit milik Permaisurinya, mendorongnya dengan hati-hati agar masuk dengan sempurna. Pria itu sedikit menghentak.
"Aahhhhh"
Hinata memekik, miliknya seperti dirobek. Sangat sakit, sungguh perih. Milik Naruto terlalu besar di dalam miliknya yang belum pernah di masuki.
Naruto diam, merasakan sesuatu yang mengalir, namun itu bukan cairan cinta. Cairan merah segar, Naruto tau itu, sangat tau. Bukankah Hinata sudah pernah melakukan itu dengannya? Lalu ini?
Naruto hanya diam, miliknya sudah berkedut, sudah sangat tegang. Pria itu sudah tidak bisa berpikir lagi, tidak bisa mengendalikan diri.
...
Naruto bergerak, menghentakkan pinggulnya maju mundur, tangannya terus meremas payudara Hinata, menghisap leher Hinata. Pria itu melakukannya dengan lembut namun bertenaga.
"Ahhh...ahh..ahh"
"Shhhh"
"Ahhh.. sayanghhh"
Naruto terus menggempur Hinata, menggerakkan pinggulnya sedikit lebih cepat, sedikit lebih kuat lagi, sedikit lebih bertenaga lagi.
Hinata begitu frustasi, begitu menikmati, sangat terbuai. Sungguh Naruto sangat hebat melakukannya, sangat hebat membuatnya merasakan nikmat di semua sisi tubuhnya. Dia terus mendesah sampai mereka melakukan pelepasan bersama.
...
...
KAMU SEDANG MEMBACA
Your Majesty✅
Fanfiction👸🏻 : "Aku tidak tau apa yang sedang terjadi, tapi perlahan, aku menyadarinya. Aku ingin kembali karena ini bukan tempatku." 🤴🏼 : "Aku bahagia saat kau kembali, meskipun tidak sama seperti sebalumnya. Aku tidak ingin menangisi kepergianmu lagi." ...