Jam istirahat baru aja bunyi dan Satang langsung aja memasukan buku-bukunya, masa bodo dengan guru yang masih mengajar di depan kelas, bel pulang sudah berbunyi itu tandanya jam pelajaran hari ini cukup sampai sini dan dilanjut besok.
"Pak udah bel." Ciize selaku ketua kelas langsung buka suara setelah menyadari kelas mulai ricuh, karena anak-anak sudah menyindir sang guru agar mengakhiri sesi belajarnya. Akhirnya, sang guru pun mengakhiri sesi belajar mereka dan satu persatu siswa-siswi mulai berhamburan, sedangkan Satang dan Ford yang males berdesakan memilih menjadi yang terakhir keluar kelas.
"Ford gue abis bikin lagu, dengerin deh enak ga? Menurut lo apa yang kurang."
Belum sempat Satang menyerahkan earphone nya ke Ford tiba-tiba aja ada seseorang yang berlari dari belakang dan menabrak tangan Satang karena memang lelaki itu mengambil tempat ditengah Satang dan Ford, dengan itu sukses membuat earphone Satang terjatuh dan sialnya malah terinjak oleh orang itu.
"Sorry sorry gue ngga sengaja, besok gue ganti yang baru ya Tang, sekali lagi gue minta maaf, gue buru-buru." Tanpa menunggu respon Satang, orang itu langsung lari begitu saja.
"Kenapa sih, Winny?"Cletuk Ford. Iya orang itu Winny.
Satang diam ngeliatin earphone nya yang kini sudah rusak karena terbelah menjadi dua.
"Tang!" Satang tersentak dengan panggilan ford.
"Jadi rusak gini, mau gue benerin tah Tang? Ayah gue kayaknya bisa deh."
Satang buru-buru mengantongi earphone nya, "Ngga usah, biar gue simpan aja nanti gue beli yang baru." Ford hanya mengangguk saja dan akhirnya mereka pergi pulang ke rumah masing-masing.
Sesampainya di rumah, Satang tidak melihat satupun orang dirumah.
Kayaknya ke rumah Bang Chi deh - batin Satang.
Kemarin yang seharusnya menjadi hari bahagia Chimon, malah jadi hari duka karena Chimon mengalami kecelakaan yang memuat kakinya harus di gips dan mungkin sekarang kedua orangtuanya sedang berada dirumah kakak sepupunya itu. Membuat rumah minimalis itu nampak sepi karena hanya ada Satang, tidak ada Art sama sekali karena keluarga Satang hanya memperkejakan Art saat pagi dan sore saja ketika jam empat sore dan sekarang masih ham dua siang.
Setelah bersih-bersih badan, Satang duduk di meja belajarnya yang menghadap langsung ke gerbang rumahnya dengan jendela didepannya. Meja belajar satang tepat dibelakang jendela kamarnya.
Satang mengeluarkan satu earphone nya yang sebelah kiri, yang tadi terinjak Winny. Dengan teliti Satang mencoba membenarkan apa yang mungkin rusak. Setelah beberapa kali copot pasang namun hasilnya nihil, earphone nya tidak menyala sama sekali. Sebenarnya dia bisa aja beli yang baru jika mau, namun ia tidak bisa melakukan itu karena earphone ini pemberian dari seseorang yang sangat dia sayangi namun orang itu juga yang merusaknya.
Iya Winny.
"Aduh udah rusak total inimah." Satang menyenderkan badannya lemas dengan menatap naas pada eraphonya. Jujur saja ada rasa kecewa sedikit, karena benda yang selama ini ia jaga malah rusak karena yang memberinya sendiri.
"Ya udahlah, biar gue simpan aja."
---
Keesokannya, tiba-tiba aja Satang dikejutkan dengan Winny melalui chat yang menyuruhnya datang ke taman belakang sekolah. Itu chat pertama setelah hampir tiga bulan mereka ngga ada komunikasi sama sekali.
Satang menghampiri Winny yang tengah duduk di kursi panjang yang disediakan untuk taman belakang sekolah.
"Winny."
Winny menengok dan hanya memandangi Satang sampai tangannya terulur memberikan sesuatu. Itu earphone baru berwarna navi dengan merk yang sama seperti eraphonya dulu.
Satang mengambilnya.
"Makasih."
Winny hanya mengangguk dan ingin pergi tapi Satang menahannya yang membuat Winny memasang wajah bertanya-tanya.
"Win-" Ucapan Satang menggantung. Ada sesuatu yang ingin dia ucapan tapi Satang sedikit ragu untuk mengatakannya.
Ngomong ga ya? - batin Satang
"Winny, lo ngga mau balikan sama gue?" Akhirnya Satang memilih mengatakannya. Jujur saja dia gagal move on.
Winny kaget tentu saja tapi dia mencoba menetralkan raut wajahnya dan menarik tangannya dengan pelan dari Satang.
"Lo lupa apa yang gue lakuin sama lo?"
"Sampe mati pun ngga akan gue lupain, Win."
Winny terlihat mengangguk dan menghela nafas panjang.
"Terus ngapain lo nanya kaya tadi? Lo mau balikan sama gue? Mau gue selingkuhin lagi?"
Mendengar ucapan Winny membuat Satang menahan nafasnya dan mengalihkan pandanganya. Fakta itu teringat lagi.
Satang sangat ingat ketika dia dengan jelas melihat Winny yang sedang bergandengan dengan seorang cewe di sebuah mall. Saat itu dia habis menonton bioskop dan saat dia turu lift untuk turun ke lantai bawah. Di depan mata, di depan hadapannya dia lihat Winny yang merengkuh pinggir seseorang cewe yang sedang menyandarkan kepalanya di bahu Winny. Mengingat itu, dada Satang kini nyeri dan ngga sadar air matanya turun. Dia ngga nyangka Winny setega itu selingkuh darinya, padahal selama ini hubungan mereka baik-baik aja.
"Kenapa lo tega selingkuh dari gue Win? Gue kurang yang di mata lo?" Akhirnya, pertanyaan yang selama ini dia pendam terungkap juga.
Jujur Winny tidak tega melihat Satang nangis kaya gini, padahal dia paling tidak suka melihat Satang nangis tapi dengan bodohnya dia malah jadi alasan Satang nangis sekarang.
"Gue minta maaf, lo ngga ada yang kurang sama sekali, gue nya aja yang ngga bersyukur dikasih orang se perfect lo. Lo banyak yang suka Tang, lo bisa degan mudah cari pengganti gue."
Satang menggeleng mendengar perkataan Winny. "Mau sebanyak apapun orang yang suka gue, kalo gue sukanya lo gimana?"
"Sorry Tang, ngga bisa. Gue ngga suka lo lagi. Jangan nangis." Winny menghapus air mata Satang yang malah tambah deres karena ucapan Winny.
Winny udah ngga suka dia lagi, katanya.
"Udah ya Tang, mulai sekarang lo cari kebahagiaan lo yang lain, gue udah ngga bisa jadi alasan lo bahagia. Maaf ya, gue pergi dulu, jangan berharap gue lagi."
Setelahnya Winny benar-benar pergi meninggalkan Satang yang masih nangis, ngga adil bukan, Satang dibuat se jatuh ini sama Winny tapi Winny sama sekali ngga menolongnya.
End...
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Story // Winnysatang
Short StorySepenggal kisah winnysatang yang setiap part nya berbeda.