Saara merasakan perutnya begitu mual, kepalanya pusing, badannya sedikit demam. Wanita itu tidak bisa tidur dari semalam, berdoa untuk kekasihnya agar selamat menjalankan misi, cepat kembali lalu melepas rindu bersama.
Seorang pelayan menyangga tubuh Saara. "Anda baik-baik saja yang mulia?"
Saara mengangguk. "Aku hanya demam"
"Saya akan memanggilkan tabib untuk anda" pelayan itu berucap lagi.
Saara mengangguk. "Terimakasih"
Saara dibawa menuju kamarnya, dibaringkan lalu di selimuti. Wanita itu ditemani oleh seorang pelayan di dekatnya, 4 pelayan di luar kamarnya, sedangkan seorang lagi sedang memanggilkan tabib istana untuknya.
...
Naruto menggandeng Hinata, membawa Ratunya itu menuju kandang kuda yang ada di belakang istana. Pria itu berusaha menghibur Hinata, berusaha membuat Hinata melupakan kesedihannya.
"Waahhh...banyak sekali kudanya" Hinata memekik girang.
Naruto mengamati ekspresi hinata, sungguh manis, sangat menggemaskan. Pria itu terkekeh. "Kau ingin menungang kuda?"
Hinata mendongak, menatap Naruto yang begitu tinggi itu. "Apakah boleh?"
Naruto tersenyum, mencium pipi Hinata. "Tentu saja" pria itu berjalan menuju salah satu kuda di sana, mengelus kepala kuda itu lembut.
Hinata mengikuti Naruto, mengamati kegiatan Naruto itu. "Aku juga ingin membelainya"
Naruto menoleh. "Lakukan seperti ini"
Hinata menurut, mengulurkan tangan dengan sedikit ragu. Dia meniru cara Naruto mengelus kepala kuda itu. "Kau tinggi sekali"
Naruto terkekeh. Oh ayolah, bukan kudanya yang terlalu tinggi, tapi memang Hinata yang sangat kecil.
"Kau menertawakanku?" Hinata mendelik.
Naruto berdehem, menghentikan tawanya itu. "Ayo, ku temani berkuda"
...
Naruto membantu Hinata menaiki kuda, mendudukkan dirinya dibelakang Ratunya itu, memegang kendali. Pria itu meletakkan dagunya di ceruk leher Hinata. "Kau siap?"
Hinata mengerjapkan matanya. "Sebentar, aku gugup"
"Baiklah, aku akan menunggu sampai kau siap" Naruto berucap pelan.
Hinata mengatur nafasnya. "Aku siap"
Naruto tersenyum. Pria itu segera menarik kendali, memerintah kuda itu agar berjalan pelan.
"Apa ini aman?" oke, Hinata sungguh gugup.
"Aku tidak akan membuatmu terjatuh" Naruto meyakinkan.
Hinata mengangguk, menuruti saja apa kata Naruto. Benar saja, Naruto memeluknya erat dari belakang sambil tangannya tetap memegang kendali kuda.
Mereka menghabiskan siang itu dengan mengendarai kuda berdua, berputar-putar di tanah lapang depan kandang itu. Hinata begitu senang, kadang berteriak girang, kadang terkejut, kadang tertawa. Dari semua tingkah Hinata itu membuat Naruto begitu bahagia.
...
Saara sudah diperiksa oleh tabib tadi. Dia begitu panik saat sang tabib mengatakan bahwa dia tengah hamil. Dia sangat takut, sangat gugup, dia ingin mengis sekarang juga.
Bagi seorang selir harusnya dia merasa bahagia saat di nyatakan hamil, dengan begitu sia bisa mendapat bagian kekuasaan di istana, mendapat wilayah otonomi, mendapat wilayah yurisprudensi.
Namun bayi itu bukanlah buah cintanya dengan sang raja, melainkan buah dari hasil hubungan gelapnya dengan panglima pasukan khusus, Gaara.
Bukankah dengan keberadaan bayi ini dia akan menjdaikan petaka untuknya? Mungkin dia nanti akan di hukum, dicambuki, digantung, atau diusir dari istana tanpa membawa apa-apa.
Saara berusaha menyimpan kegugupannya di depan para dayangnya yang nampak bahagia. Di dalam hatinya dia berdoa, semoga Gaara cepat kembali menyelamatkannya, menyelamatkan bayi mereka.
...
Malam itu Naruto menghampiri Saara. Ya, karena ini adalah jadwal Raja untuknya. Namun biasanya Naruto hanya duduk di depan meja, sibuk membuat tulisan yang entah apa itu. Bahkan sampai sekarang pun Naruto tetap enggan bercinta dengannya.
"Yang Mulia" Saara mendekati Naruto.
Neruto melirik Saara, memerhatikan wanita itu bergelayut manja di lengannya. "Hentikan" Ucap Naruto dengan Suara rendah.
Saara berkaca-kaca. "Sebenarnya apa arti saya bagi anda, Yang Mulia?"
Naruto tidak merespon wanita yang kini sudah menangis itu.
Saara menatap Naruto. "Selama ini saya selalu berusaha yang terbaik untuk Yang mulia"
Naruto menarik sebelah bibirnya. "Aku tidak ingin melukai anakmu"
Saara membolakan mata. Darimana Naruto tau? Sial, rencana jebakannya gagal.
"Kau akan menjebakku seolah-olah ayah dari bayimu itu? bermimpilah" Naruto bangkit, meninggalkan Saara yang masih diam ditempat.
...
...
KAMU SEDANG MEMBACA
Your Majesty✅
Fanfiction👸🏻 : "Aku tidak tau apa yang sedang terjadi, tapi perlahan, aku menyadarinya. Aku ingin kembali karena ini bukan tempatku." 🤴🏼 : "Aku bahagia saat kau kembali, meskipun tidak sama seperti sebalumnya. Aku tidak ingin menangisi kepergianmu lagi." ...