"Ch—anhh— Akh—please―"
Sedari tadi Yoon sudah basah, walau Chan hanya menggesekkan batang panjangnya di daerah bibir vagina si gadis tanpa melakukan penetrasi.
Dengan perlahan, tangan besar si pria mengelap peluh kekasihnya.
Tubuh Yoon makin menggeliat tak bisa diam karena hasrat seksnya menggebu-gebu.
Chan sesekali menciumi wajah gadis yang menemaninya selama dua tahun itu sambil asik menggesekkan kepala penisnya pada permukaan yang semakin licin.
"Chan— Masukin—nnhhh~~"
Pria itu menyeringai mendapati gadisnya keenakan sampai-sampai memintanya melakukan lebih lagi. Tangannya menjamah bagian tubuh kekasihnya, meraba dan sesekali mencengkeramnya.
"Tadi katanya mau gesek saja. Katanya lagi masa ovulasi." Goda Chan sambil menciumi pipi, rahang, leher hingga dada Yoon.
Jarinya membawa rambut kecil yang berantakan di wajah kekasihnya, menyelipkannya di belakang telinga si gadis. Melihat wajah Yoon yang menikmati permainannya, menjadi pemuas ego untuk Chan.
"I-Iya-hh tapi ini enak-hh! Masukin aja― Nghh-HH!" Desah Yoon.
Jari panjang dan besar Chan mulai mengerayangi lekuk tubuh Yoon, menyentuh bagian sensitif dari perempuan itu, membuat gadisnya semakin bergetar.
"Enghhh— Ch-hh―!" Yoon sangat menikmati permainan tangan Chan di klitorisnya. Membuatnya memejamkan mata dan menggigit bibir bawahnya.
"Yakin mau dimasukin?" Tanya Chan yang perlahan mendorong kepala penisnya.
Yoon yang mempersiapkan tubuhnya untuk digagahi sang kekasih hanya mengangguk sambil menahan nafasnya. Otaknya sudah kehilangan akal sebab rangsangan nikmat prianya.
"Jawab Yoon!" Desak Chan sambil menjilati telinga gadisnya.
"I-Iya bby! Masukin― Aku- Ak-HHH!"
JLEB
Akhirnya Chan memasukkan penisnya— menghentakkannya dalam dan kuat.
Sampai-sampai gadisnya itu memekik, tangan laki-laki itu menekan perut bawah si gadis sambil menusuk-nusuk vagina kekasihnya, memastikan ujung penisnya menyentuh bagian paling dalam dari perempuan itu.
"Akhh-HH CHAN! Hhh―gghh!" Satu tangan besar Chan mencengkeram leher kekasihnya, tidak terlalu kuat― hanya ingin membuat pekikan Yoon terhambat.
Karena saat ini mereka sedang menyalurkan kerinduannya yang telah lama mereka pendam di dalam kamar si gadis― di dalam rumah teman kuliah Chan.
Namun kekasihnya― adik kandung sahabat Chan itu malah semakin menggila. Desahan lembut dan racauan gadis yang berbeda tiga tahun darinya itu semakin memenuhi kamar itu.
"Ahh-HHH Chan! Ngghh―!"
"Mhmm— Kamu suka di cekik seperti ini, baby?"
Yoon yang tidak bisa terus-terusan membuka matanya karena sensasi permainan baru Chan, hanya mendesah― menikmati cekikan dan hentakkan penis besar berurat Chan yang memenuhi vaginanya.
"Ch-hh Ahh-HH―" Tubuh Yoon bergetar, ujung payudaranya mengeras diikuti rasa hangat di tubuh bawahnya.
"Hhh— Say—angghh―!"
Laki-laki itu ikut meracau merasakan lubang sempit yang berkedut-kedut dan melahap batangnya sampai ujung. Sensasi rasa sempit serta terjepit oleh dinding-dinding lembut vagina kekasihnya, membuat Chan ikut gila, ditambah desahan, racauan dan ekspresi kekasihnya.
"Hhah— Aakh— HahHH―"
Desah Yoon bercampur dengan rasa menyekat di lehernya, rasa enak di vaginanya bercampur adrenalin yang menggebu karena pasokan oksigennya berangsur-angsur berkurang membuatnya mendesah terputus-putus.
"Enghh―HH!"
Tak lama Chan mencabut keluar miliknya, spermanya dimuncratkan di permukaan vagina kekasihnya yang basah dan licin. Perlahan cairan kental berwarna sedikit keputihan juga terlihat keluar dari lubang vagina kekasihnya, membasahi area luar. Bercampur dengan cairan cinta Chan yang mengalir ke bawahnya.
Kekasihnya itu memang selalu mengeluarkan kejantanan besarnya ketika sudah mencapai ujungnya. Dia ingin Yoon-nya menamatkan sekolah menengah atasnya terlebih dahulu, meski sebenarnya gadisnya sudah berkali-kali ingin merasakan cairan Chan memenuhi rahim Yoon.
Chan mendekatkan wajahnya, menciumi bibir kekasihnya, bertukar saliva, melahap dan melumat satu sama lain. Pria itu mengangkat dagu kekasihnya, memastikan kekasihnya tidak kesakitan.
Namun perasaan terkejut dan berdebar menguasi Chan ketika dia melihat bekas merah akibat cengkeraman tangannya tadi. Dia meraba kulit yang masih lengket karena keringat itu, lalu memperhatikan ekspresi kekasihnya.
"Sakit, dek?" Tanya Chan dengan nada khawatir.
Si gadis menggeleng, "Enak—" Jawabnya sambil menarik kepala Chan― melumat bibir kekasihnya. Berniat melanjutkan aktivitas intimnya untuk kesekian kalinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Choked 🔞
FanfictionTangan besar Chan perlahan mulai melingkari leher si gadis, menekannya meski tidak terlalu kuat. Membuat nafas gadis yang sedang berada dalam kendalinya itu tercekat.