Epilog 2

7 1 0
                                    

Perhatian! Chapter ini menjadi chapter terpanjang dengan 4k kata, jadi silahkan enjoy.

______________________________________

Suasana pagi di rumah besar itu tampak berjalan dengan santai, sepasang kakak adik duduk bersebelahan di meja makan dan sang kepala keluarga duduk di ujung meja sembari menyesap kopinya.

Justine Nevalion Calixto, sang kakak yang sedari tadi mengoceh karena ingin menukar makanannya dengan sang adik. "Tukeran gih, yang ini ada tomatnya." Bisik Justine agar tak di dengar oleh sang ayah.

Alliana Leovarnost Calixto yang kerap kali di panggil Alliana itu menolak. "Gak mau ih, tinggal di makan aja apa susahnya sih?"

Sedangkan sang ayah--Julian Calixto hanya melihat obrolan bocah berumur sembilan dan tujuh tahun itu, dengan santai kembali menyesap kopinya.

"Awas, nanti kedengaran mama kalian nanti." Peringat Julian.

"Gak bakalan-"

Brak!

Ucapan Justine terpotong ketika suara wadah yang diletakkan di atas meja di taruh dengan keras, membuatnya hampir mengumpat.

"Siapa tadi yang gak mau makan tomat?!" Tanya Lela dengan garang.

"Tuh kan ketahuan." Gumam Julian pura-pura tak tahu.

"Alliana, ma!" Tunjuk Justine menuduh adiknya.

"Dih, fitnah itu!" Alliana tak mau kalah.

"Udah diem, kamu juga! Bukannya di suruh buat makan malah dibiarin aja." Lela berbalik memarahi Julian.

Terkejut dengan Lela dan Julian yang kini tiba-tiba sudah menjadi sepasang suami istri? Bahkan sudah memiliki dua orang anak? Bukankah mereka baru bertemu sekali? Biar ku ceritakan.

__________

Seorang gadis tampak berjalan menuju kampusnya, kebetulan jarak kampus dan apartemennya tak terlalu jauh.

Sempat saat awal masuk kuliah dirinya terkejut ketika bertemu dengan salah satu alumni sekolah VIS yang kini menjadi kakak pembimbingnya, Julian Calixto.

Hingga kemudian berbulan-bulan berlalu hingga berganti tahun, Lela melihat tanda-tanda kalau Julian mulai lebih sering mendekatinya, memberinya berbagai hadiah dan lain sebagainya yang akhirnya hanya dianggap sebagai angin lalu.

Sampai suatu ketika dirinya berangkat menuju kampus, suara gemuruh baling-baling helikopter mengganggu indra pendengarannya, membuatnya mendongak ke atas hanya untuk mendapati kakak pembimbingnya berada di atas helikopter sana.

Dengan pengeras suara di tangan, Julian berbicara. "Lela! Will you marry me?!" Ucapnya yang membuat Lela terkejut, para pejalan kaki yang mendengar itu juga sama terkejutnya.

"Buset." Bisik Lela terkejut.

"Sekali lagi! Will you marry me?!"

"Kenapa juga aku harus nerima lamarannya?!" Lela balik bertanya, menjaga ucapannya tetap sopan karena saat ini sedang berhadapan dengan kakak pembimbingnya.

Julian kemudian mulai berdiri dan merentangkan kedua tangannya, sambil meneriakkan kalimat. "Konsonan langit yang akan menjadi sebuah takdir cinta kita, menjadikan hamparan bahwa saksi ini! Detik ini! Secara sinaran ultrafeng yang mulai di naungi oleh greenday akan menjadi oranberries cinta kita menjadi nyata, aku mempersembahkan terjun dari helikopter untuk dirimu!" Teriaknya dan langsung melompat dari atas helikopter.

Wild ClassTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang