ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤ
ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤ ㅤㅤKeadaan ruang keluarga di rumah Akandra sangat hening. Tidak ada yang berbicara setelah Akandra menjelaskan apa maksud ucapannya kepada Haima tadi siang. Haima masih mencerna kata demi kata yang Akandra ucapkan.
Setelah kejadian tadi siang, Akandra mengatakan akan menjelaskannya selepas dia bekerja, dan di sinilah mereka berdua. Rumah Akandra.
Haima berdehem pelan, dia mengerti sekarang, Haima melihat sekeliling rumah untuk mengalihkan perhatian Akandra yang sejak tadi tidak mengalihkan pandangannya dari Haima.
"Kamu ga perlu jawab apa pun, tapi aku mau tanya satu hal," ucap Akandra membuat Haima menoleh.
"Apa kamu pernah rasakan apa yang aku rasakan?" tanya Akandra seraya menarik pelan tangan kanan Haima.
"Aku ..."
"Sedikit aja, aku cuma butuh sedikit rasa dari kamu." Akandra tampak memohon, dia yakin Haima juga merasakan apa yang dia rasakan, tapi mungkin Haima belum mengenal jelas perasaan itu.
"Aku ga bisa tahan lebih lama lagi. Bukan satu atau dua tahun aku suka --bukan, ini bukan cuma sekedar suka, tapi aku cinta sama kamu, udah belasan tahun, Haima." Akandra menunduk menatap tangan Haima. "Dan aku ga bisa kalau harus lihat kamu dekat sama laki-laki lain lagi."
"Akan..."
Akandra mengangat wajahnya. "Coba pikirkan baik-baik."
"Aku ga tau." Haima mendesis pelan. Itu jawaban yang jujur, karena Haima belum sempat menganalisis perasaannya sendiri, dia terlalu sibuk dengan banyaknya utusan akhir-akhir ini.
Akandra semakin mendunduk, kemudian mengangguk pelan dan berdiri. Haima menengadah menatap Akandra.
"Ayo makan dulu, aku lapar," ajak Akandra menarik Haima untuk bangun dan mengajaknya ke dapur.
Akandra meminta Haima untuk membersihkan sayuran selagi dia menyiapkan ikan untuk digoreng. Haima hanya menurut, tidak ada lagi percakapan mereka selama proses memasak, sampai Haima selesai mengerjakan tugasnya dan duduk di kursi meja makan, menunggu Akandra yang masih membuat sayur.
"Pohon mangga yang kita beli kok ga bertumbuh ya? Apa ada yang salah sama tanah atau pupuknya?" tanya Haima memecah keheningan.
"Tumbuh kok, tapi memang lama. Jangan dibandingkan sama bunga yang bisa mekar dua kali bahkan lebih dalam satu bulan," jawab Akandra sedikit terkekeh.
"Tapi ga bertambah tinggi."
"Bertambah, Haima. Aku ukur sendiri."
Haima memicingkan matanya, Akandra mengukurnya sendiri? Di tengah kesibukannya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Friend's House
ChickLit(Privat acak, follow sebelum baca) Tidak ada tempat ternyaman untuk Haima kecuali rumah Akandra, sahabatnya. Rumah warisan yang Akandra tinggali seorang diri ini sudah seperti rumah milik Haima juga. Sejak direnovasi tujuh tahun lalu, gadis itu tida...