BAB 30 | Kok, Bisa?

59 7 0
                                    

Kembali lagi readers di “Kamu Milik ‘Ku”
Sebelum membaca mari tekan tombol vote dan tinggalkan jejak kalian melalui komen, untuk mendukung dan memberikan semangat bagi Shan. 

—<<>>—

Aza yang sudah rapi dengan seragam, menatap cermin dengan senyum seriangainya, sesekali dia lirik jam dinding. Kemudian dia raih tas yang sudah disiapkan dan bergegas menuju ruang makan.

"Pagi, Ma." Sapa Aza pada Sekar yang masih sibuk berkutat dengan alat dapurnya untuk menyajikan nasi goreng spesialnya pagi ini.

Wanita paruh baya itu menoleh. "Eh, hai, sayang." Balasnya seraya tersenyum. "Tumben anak Mama sepagi ini udah rapi?" Lanjutnya bertanya, sekaligus melihat jam dinding yang masih menunjukan pukul enam pagi. 

Gadis itu terkekeh samar seraya meraih botol minum dan mengisinya di dispenser. "Lagi ada itu ..." jawabnya terpotong karena sedikit bimbang dan ragu.

Sekar tersenyum melihat putrinya yang mendekat, lalu mengusap urai rambut Aza. "Sibuk OSIS? Tapi, bukannya kamu udah kelas 12, ya? Masa masih ngurus organisasi?"

Aza menggeleng. "Persiapan sertijab," lirihnya masih dengan keraguan.

Mendengar jawaban dari sang putri, wanita paruh baya itu hanya hanya bisa menggeleng samar seraya menuangkan nasi goreng ke dalam tempat bekal. "Cepet selesai-in kegiatan apa tadi? Oh, sertijab. Kamu juga kan harus belajar buat persiapan ujian, katanya mau masuk universitas negeri?" Tanya Sekar diakhiri dengan senyum.

"Iya, Ma." Jawab Aza.

"Yaudah, ini buat sarapan kamu di sekolah." Menyerahkan tempat makan yang sudah terisi penuh dengan nasi goreng kesukaan Aza. "Mama tahu, pasti kamu bakal bilang kayak gini ke Mama 'Ma, Aza berangkat sekarang, gak sempet sarapan, nanti Aza sarapan di sekolah aja, ya'." Lanjutnya menirukan gaya bicara sang putri tercintanya dan diakhiri dengan terkekeh.

Aza yang susah berusaha untuk menahan tawanya sudah tak kuasa lagi, dia tertawa sebab ibunya sudah berlagak sepertinya dirinya. "Yaudah, Aza berangkat sekarang, ya, Ma." Pamit gadis itu setelah memasukkan bekal makanannya kedalam tas.

"Hati-hati jangan lupa dimakan, sayang!" Senyumnya menatap Aza yang sudah menjauh dari area dapur.

* * *

Sejak lima menit yang lalu setelah Rayen mengirimkan pesan terakhirnya kepada Aza, gadis itu belum juga muncul dari dalam rumahnya, membuat laki-laki itu merasa sedikit bosan. Sesekali dia menatap burung yang beterbangan di langit pagi, matahari perlahan mulai menunjukan dirinya dengan semburat yang begitu cantik.

Terdengar suara membuka dan menutup pintu rumah, yang Rayen yakini itu adalah Aza. Laki-laki itu menoleh dan mendapati kekasihnya yang berlari kecil kepadanya dengan wajah yang terkejut.

"Kok, kamu nunggu di sini?!" Tanya gadis itu ketika sudah berada di depan Rayen.

Rayen yang merasa tak ada yang salah hanya mengerutkan alisnya. "Kenapa?"

Aza berdecak. "Kalau ketahuan gimana, Ray?"

"Ini masih terlalu pagi buat ketahuan, Za."

Gadis itu menggeleng. "Papa aku biasanya jam segini itu pulang dari lari keliling kompleks. Makanya aku bilang tadi sama kamu, tunggu di tempat bia—" ungkapnya terpotong ketika dia melihat sosok yang dia biacarakan, "bahasnya nanti aja, ayo Ray, ayo cepet!"

Dengan cepat Aza menaiki motor dan memaksa Rayen agar segera melajukan motornya meninggalkan rumah. 

“Untung aja kita bisa cepet pergi, Ray. Kalau gak, Papa bisa liat kamu.” Ungkap gadis itu merasa lega. 

Kamu Milik 'Ku [On Going] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang