"Apa jadwalku hari ini?" Hinata memasukkan ice cream ke dalam mulutnya.
"Menemani pak Naruto makan siang" Natsu menatap layar ponselnya.
Hinata melirik Natsu. "Sejak kapan ada jadwal seperti itu?"
"Buka matamu" Natsu memperlihatkan pesan dari asisten Naruto.
Hinata membaca pesan itu, sedikit tidak percaya.
'Hinata memiliki jadwal makan siang bersama pimpinan setiap hari'
Mampus! Setelah kemarin memasak, mendengar cerita, lalu menidurkan sang Tuan besar, sekarang apa lagi? Oh ayolah, jika saja pekerjaan seperti itu mendapat gaji.
"Makan siang dimana?" Hinata malas.
"Kau akan tau sendiri nanti" Natsu melirik Hinata. "Bukankah itu bagus, kau bisa berdekatan dengan pimpinan agensi?"
"Lalu aku akan dianggap sebagai wanita penggoda, yang benar saja?" Hinata kesal.
Natsu terbahak, benar juga kata si manja itu. Hinata mendelik, menatap bibinya, melemparkan bantal sofa kepada Natsu yang tengah menertawakannya.
...
Naruto membawa Hinata menuju sebuah vila mewah. Pria itu membukakan pintu untuk Hinata, menggandeng tangan Hinata, melangkah memasuki bangunan putih itu. Hinata mengerjapkan mata, melihat perlakuan Naruto padanya.
"Ini dimana pak?" Hinata melihat sekitar.
Naruto meletakkan jam tangannya diatas nakas. "Ini vila saya"
"Kenapa kita ke sini?" Hinata mendelik.
Naruto menoleh kepada Hinata. "Kita akan disini selama 3 hari, apa managermu itu tidak memberitahu?"
Hinata menggeleng. "Tidak, katanya kita hanya akan makan siang"
Naruto mengacak surai Hinata, tertawa pelan. "Ya, kita akan makan siang di sini selama 3 hari"
Hinata menggerutu dalam hati, gadis itu tidak mempersiapkan apapun bahkan baju ganti. Lalu? dasar manager sialan!
"Kau sedang mengumpat?" Naruto menatap Hinata.
Gadis itu nyegir, kok tau? "Itu pak, saya tidak membawa apapun"
Naruto tersenyum. "Sudah disiapkan semuanya"
Hinata menatap Naruto, sungguh tidak percaya, pria itu sungguh telah merencanakan ini jauh-jauh hari?
...
Naruto berada di kursi santai kolam renangnya, merebahkan diri sambil menunggu Hinata untuk bergabung. Disampingya ada semangkuk buah segar dan dua gelas jus.
"Kemari" Naruto melambaikan tangan kepada Hinata, menyuruh gadis itu bergabung dengannya, duduk disampingya.
Hinata menurut. "Bapak mengajak saya berenang terik-terik begini?"
Naruto melirik Hinata. "Berhenti memanggilku bapak, aku tidak setua itu"
Gadis itu menoleh, lalu nyegir tanpa dosa. "maaf"
"Naruto, panggil saja Naruto" pria itu memberitahu.
Hinata mengangguk. "Baiklah, Naruto"
Naruto tersenyum, mengusap surai Hinata lembut. Tangan kanannya menyuapkan potongan apel ke dalam mulut gadis itu, Hinata tersenyum, menerimanya.
...
Naruto menceburkan diri ke dalam kolam renang, berjalan mendorong pelampung donat yang diduduki Hinata.
Hinata menoleh saat menyadari pelampungnya bergerak, kemudian didorong dengan kuat. "Aaaaaa"
Naruto tertawa, mengejar Hinata yang sedang menyeimbangkan pelampungnya itu.
Hinata terus berteriak saat naruto mendekat ke arahnya, kakinya bergerak, menyipratkan air ke arah Naruto. Namun, Naruto hanya tertawa sangat keras melihat tingkahnya itu, kemudian semakin mendekat.
"Ceburkan dirimu, Hinata" Naruto sedikit berteriak.
Hinata menggeleng. "Nanti, aku masih ingin mengapung"
"Ayolah, Hinata" Naruto semakin mendekat lagi.
"Tidak, Naruto.. tidaakk" Hinata memekik, Naruto membalik pelampungnya, gadis itu terjatuh.
Naruto terbahak lagi, menenggelamkan diri, mencari Hinata. Pria itu segera menarik Hinata, memegang pinggang gadis itu erat.
Hinata memukul bahu Naruto yang masih tertawa itu. "Berhenti tertawa"
...
Naruto menatap Hinata yang bergerak memutari kolam renang. "Kemari"
Hinata menoleh, menatap Naruto. "Kau yang kesini" Hinata melambai.
Naruto tersenyum. "Baiklah"
Pria itu berenang dengan cepat, menyembulkan kepalanya, lalu menarik Hinata menempel padanya. Pria itu memeluk Hinata dari belakang, menempelkan punggung basah gadis itu pada dadanya.
Hinata menoleh, menatap safir Naruto, merasakan elusan lembut tangan pria itu di perutnya. Gadis itu membalikkan badan, membuat meraka berghadapan ditengah kolam renang.
Naruto menangkup pipi gadis itu, mendekatkan wajahnya, mengecup berkali-kali bibir mungil Hinata. Pria itu melumatnya dengan lembut.
Hinata memejamkan mata, merasakan bibir Naruto tengah melumat bibirnya, tangan Naruto yang memegang tengkuk dan pinggangnya. Sensasi ini sangat memabukkan, bahkan Hinata dengan senang hati menurutinya.
...
Ciuman itu turun ke leher basah Hinata, Naruto melumatnya, menghisapnya, dan menggigitnya pelan. Tangannya membelai punggung gadis itu.
Naruto mengangkat kaki Hinata agar melilit pinggangnya, berjalan menepi dengan masih menciumi tulang selangka gadis itu. Hinata mendesis, merasakan geli diseluruh tubuh.
"Ssshhhh"
Naruto mendudukkan Hinata di tepi kolam, membuka kaki gadis itu. pria itu kembali melumat bibir Hinata, sedangkan tangannya membelai paha dalam gadis itu, menggelitik menuju titik kenikmatannya.
Hinata menggigit bibir bawahnya saat usapan Naruto begitu memabukkan, mengusap berkali-kali inti tubunya yang hanya berlapis bikini tali.
"Emhhhh"
Naruto menyelipkan tangannya di bawah sana, mengusap kulit inti Hinata yang tembam itu, membelainya selembut mungkin, membuat Hinata begitu menginginkan lebih.
Hinata tidak kuasa menahannya, desahan demi desahan ia keluarkan. "Ahhh...emmhhh"
Naruto menatap Hinata yang sudah berkabut, menggendongnya di depan, masuk kedalam vila.
...
...
KAMU SEDANG MEMBACA
Your Majesty✅
Fanfiction👸🏻 : "Aku tidak tau apa yang sedang terjadi, tapi perlahan, aku menyadarinya. Aku ingin kembali karena ini bukan tempatku." 🤴🏼 : "Aku bahagia saat kau kembali, meskipun tidak sama seperti sebalumnya. Aku tidak ingin menangisi kepergianmu lagi." ...