"Lo tuh nggak usah ketus bisa ga si, biasa aja gitu" amuk Arsy, ia tak tahan, sungguh baginya Arka sekarang sangat sangat menyebalkan
"Sorry" ucap Arka dingin
"Anjir, pen ngomong kasar, ga ketus tapi dingin mah sama aja, sabar Arsy. Emang kak Arka anjing banget.. Astagfirullah maaf ya Allah hamba ngomong kasar" batin Arsy memberi energi positif untuk tubuhnya agar tak tersulut emosi
"Gue bakalan kedokter agar gue bisa ngasih ASI untuk Dev" Arsy sungguh sungguh dengan perkataannya
"Yakin?"
"Sangat, besok gue ngomong sama mama dan minta tolong mama untuk mengantar"
"Saya juga akan ikut"
"Terserah lo" Arsy perlahan meletakkan Dev kekasur agar ia bisa segera kekamarnya sendiri dan merebahkan badannya yang terasa amat melelahkan
Belum sempat ia beranjak dari kasur
Oekk.. Oekk.. ya sepertinya Dev sangat rewel belakangan ini
"Cup... Sayang udah jangan nangis, aunty temenin ya nak" Arsy menggendong Dev dan menimangnya kembali, tak lama kemudian bayi itu kembali tetidur, Arsy tak ingin Dev kembali menangis memutuskan untuk duduk disofa kamar Arka untuk memejamkan mata sembari memangku Dev, jujur ia sangat lelah
"Arsy, pindahlah kekasur agar nyaman, nanti jika Dev sudah benar benar terlelap tidurkan dia" ucap Arka namun tatapannya masih terfokus pada laptop dipangkuannya
Arsy yang mendapat izin untuk mendudukan bokongnya dikasur empuk itu, bergegas pindah. Karena jujur kasur memang lebih nyaman untuk ia duduki dengan Dev dipangkuannya, daripada sofa dikamar itu
"Kak gue merem bentar aja, ngantuk banget"
Arka diam, bagi Arsy diam itu merupakan jawaban ya untuknya. Ia langsung menutup matanya.
Ntah saat ini pukul berapa Arsy tak tau, ia terbangun karena Arka yang membangunkannya
"Tidur yang bener, nanti badanmu sakit, saya yang pasti disalahkan" Arka mengambil Dev dari gendongan Arsy dan meletakkannya ditengah tengah mereka.
Arsy tak kuat menahan kantuknya, ia lagsung merebahkan dirinya disamping Dev dan meyusul Dev kealam mimpi.
Begitupun dengan Arka, ia mengambil posisi lain disebelah Dev menarik selimut untuknya tentu juga untuk Arsy dan menyusul mereka kealam mimpi
"K-kakak" "Sayang"
Teriak Arsy dan Arka bersamaan, mereka langsung terduduk diam dengan pikiran mereka masing masing"L-lo mimpi kak Yesy kak?" tanya Arsy terlebih dulu
"Kamu?"
"Lo suka membalikkan pertanyaan ya, ngeselin banget, menurut lo aja gimana?"
"Saya serius"
"Astaga kak gue juga serius kali"
"Yesy datang memohon mohon agar saya menikahi kamu" gumam Arka
"HAH?"
"Kecilkan suaramu, Dev akan menangis mendengar teriakanmu itu" sinisnya
"So-sorry kak, mimpi kita sama"
"Maksudnya?"
"Gue mimpi kak Yesy menangis, memohon agar gue bisa menuruti keinginan terakhirnya itu" pandangan Arsy kosong, air matanya menetes tanpa permisi
"Jangan menangis"
Arsy menghapus air matanya "Apa kita egois kak?"
"Saya juga tak tau, berat rasanya untuk mewujudkan keinginan Yesy yang terakhir"
"Kak mungkin kita hanya kepikiran saja dengan kejadian hari ini, lebih baik kita lupakan saja, toh itu hanya mimpi, gue mau kekamar"
Belum Arsy beranjak,
"Istirahat disini saja, takut Dev akan kembali menangis, sepertinya ikatanmu dan Dev juga kuat hingga anakku saja sering menangis jika merasa jauh denganmu"
Arsy langsung merebahkan diri, menatap Dev yang tertidur pulas, tak lama ia kembali memejamkan matanya
Dev melirik jam dinding menunjukkan pukul 03.20, dia sudah lumayan lama tak melaksanakan sholat tahajud, namun saat ini ia sangat ingin melaksanakannya, ia bergegas menuju kamar mandi untuk mengambil wudhu dan melaksanakan ibadah
Setelah melaksanakan sholat witir ia berdoa memohon petunjuk akan keresahannya. Arka tau ia adslah hamba Allah yang kotor penuh dosa, meski ia sudah melakukan kesalahan besar berzina hingga menghadirkan Dev kedunia, ia masih sangat mengingat sang pencipta, tempat sebenar benarnya untuk ia pulang. Ia menumpahkan segala kesedihan, keresahan, ketakutannaya, hingga tak terasa air matanya banjir membasahi pipi, ia menutup wajahnya dengan telapak tangannya
"Sayang, aku mohon wujudkan keinginanku, aku ikhlas"
"Yesy" Arka membuka telapak tangan itu dari wajahnya.
Ya Arka mendengar suara itu, suara yang amat ia rindukan saat ini. Suara itu sama seperti yang datang dimimpinya, memohon padanya untuk menikah dengan Arsy.
"Sayang apa benar kamu menginginkan itu, jika iya aku akan berusaha untuk meyakinkan diri agar mewujudkan keinginan terakhirmu, beristirahatlah dengan tenang sayang" lirihnya
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Pengganti Kakak
Teen Fiction"Mari kita menikah" "HAH?" "Arsy ini rumah sakit" bagaimana tidak teriak, ia terkejud dengan ucapan itu, meski dia mengucapkan dengan nada dinginnya tapi kalimat yang dilontarkan Arka cukup membuat Arsy terkejut "Kakak becanda deh" "Saya serius"...