Tak berhentinya ia tersenyum Usahanya kurang dari dua minggu itu berbuah juga. Saat ini Arsy berada dikamar Yesy dengan Dev berada dipangkuannya meminum ASI Arsy yang sudah keluar meski belum dengan jumlah yang banyak.
"Dev seneng ya bisa nen lagi" Arsy menoel pipi bayi mungil itu
Tok.. Tok.. "Ini mama nak"
"Masuk ma"
Sela membuka pintu tangannya membawa nampan berisi sarapan dan segelas susu
"Alhamdulillah ASI kamu udah keluar sayang, jadi kamu harus teratur isi nutrisi kamu loh ya" Sela mengingatkan
"Iya mama makasih ya"
"Mau mama suapin sayang?"
"Boleh ma"
Sela menyuapi anak bungsu nya
"Mama berterimakasih sama kamu nak, sudah mau memberikan ASI untuk cucu mama, ntahlah bagaimana nutrisinya jika saja tidak ada ASI mu"
"Ma, dia juga keponakan aku, aku udah anggap Dev kayak anak aku sendiri, dia adalah anak dari sosok perempuan yang aku jadikan panutan dan yang selalu sayang, melindungi aku dari apapun, bahkan berkat kak Yesy aku masih bisa hidup hingga saat ini"
"Iya sayang mama ngerti banget, gimana sayangnya kakak mu ke kamu, meski kakak terkadang judes tapi mama tau dia sangat menyayangimu, bahkan meski di Surabaya dia tetap menanyakan apapun tentangmu ke mama"
"Benarkah?"
"Iya, kakak mu itu setiap hari selalu mengabsen mu lewat mama, bahkan ketika kamu akan pergi malam mingguan dengan pacarmu, dia selalu meneror mama hingga kamu pulang sampai rumah dengan utuh dan selamat"
Arsy seketika tersenyum memngingat betapa sayangnya Yesy padanya, ia semakin yakin dan tidak menyesal membiarkan keponakannya minum ASI darinya.
Arsy merasa Dev sudah tidur nyenyak karena ia sudah merasa tak ada gerakan dari bibirnya.
Ia melepaskan sumber nutrisi Dev dan dengan pelan menidurkan bayi itu
"Mana ma piringnya, aku lanjutin sendiri aja" ia mengambil piring yang sudah tersisa setengah itu dari sang mama
"Kalo gitu mama kebawah dulu ya"
"Iya ma, nanti aku nyusul sekalian bawa piring ini"
"Papa dan kak Arka ada diruang tamu, nanti kamu nyusul keruang tamu ya"
"Iya ma siap"
"Abisin loh susu nya, sekarang kamu sedang MengASIhi jadi perli banyak nutrisi sayang"
"Iya mam siap"
Sela keluar tak lupa ia menutup pintu kamar itu.
Arsy kembali melanjutkan makannya, bergegas mandi, lalu turun ke bawah untuk bergabung dengan yang lain diruang tengah
Langkah terakhir ditangga dapat membuat ketiga orang yang sedang menonton TV diruang keluarga itu menoleh
"Ngapain pada natap Arsy kek gitu sih?" tanyanya sebal
"Ng-nggak papa nak, sini duduk, ada yang mau kita bicarain"
"Yaudah Arsy taruh ini dulu kedapur" Arsy menunjukkan nampan yang kini hanya tersisa gelas dan mangkok kosong.
Kini ia duduk disebelah Arka sedangkan mama dan papa nya berada di sofa samping
"Nak sebelumnya papa ingin mengapresiasikan perjuangan kamu, kamu hebat sudah berhasil dihari kesembilan ini, Arka cerita kata dokter kemungkinan dua mingguan bahkan lebih, tapi karena niat dan perjuangan kamu, sebelum dua minggu Dev sudah merasakan nutrisi yang ia mau"
"Papa" Arsy memeluk papa nya dari samping dan duduk diantara mama dan papanya
"Udah gede aja kamu nak, perasaan baru kemarin papa antar kamu ospek, udah mau nikah aja sekarang"
"Ih papa ga usah bikin orang sedih deh" Katakan memang Arsy adalah orang yang mudah nangis mendengar kata kata seperti itu saja rasanya air matanya akan jatuh, tapi ia merasa gengsi karena saat ini ada Arka
"Nak papa dan mama ingin bertanya mengenai pernikahan kalian, bagaimana?"
"Arsy ingin dengar pendapat papa atau mama"
"Baiklah, kalau menurut papa lusa kita berangkat ke Jogja, tapi besok kalian sempatkan waktu untuk ke tante Yiyin memastikan keadaan Dev bagaimana?"
"Menurut kak Arka?"
"Kalau Arka ikut saja apa yang menurut papa baik"
"Yaudah Arka, kalau gitu kabari mami dan papi ya, biar semua tiket papa yang urus"
"Ma lalu untuk pernikahan gimana?" tanya Arsy
"Kalian mau mebeli atau memakai cincin yang kemarin?"
"Sepertinya aku mau beli aja ma, maaf karena aku ga mau pake cincin yang untuk pernikahan kakak, itu akan menyakitiku begitupun kak Arka, iya kan kak?"
"Iya, lebih baik memang beli baru, biar cincin kemarin dijual saja"
"Tidak usah dijual kak, simpan saja cincin itu baik baik, nanti berikan pada Dev ketika ia akan melamar seorang wanita" ujar Arsy
"Itu sangat lama Arsy, biarkan cincin itu dijual saja sayang" ucap Saga
"Jangan pa, pokoknya kak Arka jangan jual cincin itu, kalo kakak ga mau simpen biar aku aja yang simpen"
"Baiklah saya yang akan simpan"
"Terimakasih kak"
"Yasudah kalau begitu tugas kalian beli cincin terserah mau disini atau di Jogja, untuk fitting biar di Jogja saja, begitupun semua persiapan dekorasi pernikahan dirumah nenek biar mama dan mami yang urus" jelas Sela
"Beli cincin menurut aku disini aja deh ma, takut ga keburu kalo disana"
"Yaudah kalo cincin kami serahkan kekalian berdua yang cari dan memilih ya"
"Baik, kalo gitu besok sekalian izin cari cincin boleh pa ma?" tanya Arka
"Boleh, tapi hati hati ya dengan keamanan Dev, jangan meletakkannya disembarang tempat ketika akan mengganti popok"
"Iya ma siap"
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Pengganti Kakak
Teen Fiction"Mari kita menikah" "HAH?" "Arsy ini rumah sakit" bagaimana tidak teriak, ia terkejud dengan ucapan itu, meski dia mengucapkan dengan nada dinginnya tapi kalimat yang dilontarkan Arka cukup membuat Arsy terkejut "Kakak becanda deh" "Saya serius"...