Dino datang pada ku dan memohon-mohon untuk tidak mendendanya, apalagi telatnya luar biasa telat.
"Fana, tolong jangan denda aku, aku tak akan terlambat lagi" Ucapnya sambil bersujud-sujud dihadapan ku yang bahkan tidak begitu mempedulikannya.
"Kau terlambat sangat parah, kau akan tetap ku denda, aku tidak peduli kau akan membayarnya seperti apa nantinya" Kata ku ketus.
"Kau tega sekali, aku tidak punya uang sebanyak itu, kalaupun ada itu adalah uang rokok ku, aku bisa mati jika tidak merokok sehari saja" Jelasnya sambil terus memohon.
Namun aku melengos beralih ke tempat lain dan tentu saja tidak peduli dengan yang diucapkan Dino. Lalu mendatangi Bara, dan mengingatkannya untuk menagih hutang denda yang Dino miliki.
Mendengar peringatan ku, Bara memperhatikan Dino yang masih dalam posisi bersujud, dan memberikan kode dengan cara melirik kearah ku lalu melirik kearah Dino, yang berarti, "ikuti saja lah, ia kan Ketuanya"
Tepat, jam 6.45 pagi, seluruh undangan dan para karyawan manajemen kampus telah datang. Acara pun dimulai 15 menit lebih awal.
Dimulai dari berdoa, menyanyikan lagu kebangsaan, menyaksikan video "The Beauty of Bali" hingga sambutan-sambutan yang diberikan oleh Kepala Direktur dan jajarannya termasuk sangat lancar.
Pementasan Istimewa berikutnya dimulai dengan bernyanyi 2 lagu yang dipimpin oleh seksi acara kami.
Ha ha ha... Kakak... ayo kita bermain... di mana bola biru Maria?
Lagi-lagi samar aku mendengar ucapan anak kecil menyebalkan yang tidak sabaran bernama Maria itu. Aku berusaha tetap fokus sampai disaat di mana penjaga spiritual ku sepertinya tersinggung dengan keberadaan anak itu.
Aku berlari dengan cepat memasuki ruangan kelas yang kami pakai sebagai tempat penitipan barang-barang. Aku terdiam dan terduduk.
Tentu saja, sekejap semuanya langsung gelap.
Samar terdengar suara yang sangat ku kenal, suara Aksara dengan jelas berbicara dengan Bara, Al, Axel dan Desi. Kudengar mereka meributkan suatu masalah, tapi pandangan ku masih saja gelap.
"Aduh ini... Fan... apa kau mendengar ku? Ini aku Desi?" Ucap Desi, nada bicaranya sedikit panik.
Aku tidak bisa berbicara, seolah mulut ku sedang diselotip dengan kuat, napas ku tak beraturan.
"Ya dia pasti kenal des, kalau saja dia Fana" Kata Aksara sedikit kesal.
"Tapi kedua matanya terbuka, bukan kah harusnya ini Fana?" Tanya Desi, ia panik.
Kedua mata ku terbukakatanya? Aku bahkan tak bisa melihat apapun selain gelap dan kekosongan.
KAMU SEDANG MEMBACA
DUNIA FANA: The Adventure Ft. Ghosts
AdventureHidup dengan julukan "Indigo" tidak selamanya selalu tentang kejadian horror. Fana Semestaria, seorang gadis remaja terlahir dengan kondisi dimana ia bisa melihat dan berkomunikasi dengan mereka yang tak kasat mata sudah menjadi makanan sehari-harin...