"Chenle cepat nanti terlambat!".
Mamanya berseru hebat, menanti sang anak yang belum siap padahal sudah hampir terlambat, dengan buru-buru chenle memasukan semua buku pelajaran hari ini ke dalam tas.
"iya mama sebentar". katanya.
Haechan menatap anaknya dengan marah dari bawah tangga sementara sang anak hanya senyum tak bersalah.
"sudah siap semua? Tidak ada yang tertinggal kan?". Tanyanya
"tidak ada mama sudah semua kok, ayo kita berangkat".
"pakai sepatu diluar mama akan kunci pintu dahulu". Haechan memastikan semua barang elektronik sudah dimatikan semua sudah di cek dengan aman.
Mereka berdua berjalan dengan bergandeng tangan menuju halte di depan apartemen, menyapa setiap tetangga yang mengenalnya.
Ibu dan anak itu begitu ceria pagi ini walaupun banyak drama pagi seperti biasa. Kegiatan rutin yang haechan lakukan setiap hari mengantar sang buah hati yang berumur 5 tahun di playground dekat kantornya bekerja, agak jauh memang dari rumah mereka namun dekat kantor sang mama sehingga bisa berangkat bersama, makan siang bersama dan pulang bersama.
Kehilangan orang yang dicintai tidak mudah. apalagi sudah punya buah hati mereka rasa-rasanya setiap hari adalah mimpi buruk bagi haechan. Di umur yang ke 3 buah hati mereka sang suami pergi, seperti yang selalu ia ucapkan pada anaknya bahwa tuhan lebih sayang pada sang papa.
Begitu hancur begitu sedih dan sakit hatinya tapi memangnya haechan bisa berbuat apa jika sudah kehendak tuhan?
Putus asa rasanya kala itu bahkan hampir ego nya menguasai kehidupannya beberapa bulan, namun tangis sang anak menyadarkannya dengan pertanyaan polos yang menggentarkan hatinya.
'mama you okey' katanya.
Tapi sekarang sudah tidak apa-apa, ada banyak cara berbeda orang-orang dalam menyembuhkan dirinya begitupun haechan. ia memutuskan membuat kehidupan baru membeli apartemen sedang dengan uang tabungannya mencari pekerjaan untuk mengisi waktu.
Padahal suaminya bisa dibilang orang terpandang begitupun orang tuanya namun seperti yang sudah dibilang setiap orang punya caranya sendiri-sendri.
"dadah mama nanti makan siang bersama teman ku juga ya". Ucap sang anak sambil berlari menuju kelasnya.
Haechan menatap kepergian sang anak dengan senyuman.
Kantornya tepat dibelakang blok playground sang anak jarak sangat dekat hanya perlu berjalan 5 menit saja. Bekerja di salah satu starup company di bidang IT Provider, gajinya tidak terlalu besar namun cukup untuk mereka berdua.
"selamat pagi Carl". Sapanya pada satpam disana
"pagi tuan haechan, sudah sarapan pagi ini?". Tanya nya berguyon
"haha tentu saja, how about you?". Haechan tertawa
" istri saya yang masakan".
"haha baik"
Ternyata rekan satu tim nya sudah berkumpul semua untungnya ia tidak terlambat. Mereka menuju ruang rapat untuk briefing pagi seperti biasa, arahan dan target hari ini apa yang perlu dicapai.
"haechan"
"hai yeri noona". Yeri reka satu timnya perempuan cantik dan baik.
"bawa bekal hari ini?". Tanya sambil berlari kecil menghampiri haechan
"ya tentu".
"ah sayang sekali" wajahnya berubah murung agak kecewa.
"ada apa memangnya?". Tanya haechan penuh penasaran
"aku ingin ajak kamu dan chenle makan sushi di luar". ajaknya.
"sayang sekali mungkin lain kali noona". Ucapnya sambil duduk dan menyiapkan PC kerjanya.
Sudah memasuki waktu produktif ia mulai bekerja mengerjakan planning job hari ini, duduk di depan komputer sampai waktu pulang tiba tapi bersyukur juga ia menghabiskan waktu makan siang dengan sang anak jadi tidak terlalu monoton juga.
"lalu mereka hidup bahagia selamanya".
Haechan menutup buku cerita ditangannya melihat sang anak yang sudah menjemput mimpinya, ia mencium kening sang anak sayang kemudian menyelimutinya agar hangat dan mematikan lampu sambil melangkah keluar kamar.
Haechan berjalan menju dapur membuka lemari pendingin dan menuang sedikit beer di gelasnya. Meminum segelas beer setiap malam sudah menjadi kebiasaannya sejak dua tahun lalu. Dua tahun sudah berlalu rasa kehilangan jelas masih ada, setiap malam selalu merindukan sang suami, haechan hanya menatap album foto dirinya dan Mark Jung.
Laki-laki yang ia temui di perpustakaan kampus, umurnya 2 tahun lebih tua dengan penampilan sederhana dan kacamata menghiasi wajahnya, laki-laki pertama dalam hidupnya yang ia cintai, sifatnya yang dewasa penuh kesabaran menghadapi sifatnya kala itu yang masih kekanakan, he's real gentleman, taat beribadah dan menyayangi keluarga, sosok dibalik kata sempurna katanya.
Pikirannya berkeliaran di masa lalu mengais memori di dalam nya.
Sampai suara telpon membuyarkan lamunan nya, ia meraih telponnya di atas nakas, nama bubu terpampang jelas dilayar kaca.
"malam haechan".
"malam bubu".
"maaf ya mengganggu malam-malam begini, bubu hanya tiba-tiba merindukan mu dan chenle, kalian baik-baik saja kan". Terdengar nada risau dari seberang, haechan hanya menghela napas tertahan.
"tidak menggangu bubu, kami baik-baik saja chenle juga baru saja tertidur". Jelasnya
"syukurlah kalau begitu". Suaranya mengecil di ujung kalimat, mereka cukup lama terdiam
"haechan kapan ingin kerumah, bubu dan papa rindu sekali". Sambungnya.
Haechan tersnyum sedih sebisa mungkin menahan tangis sekuat tenaga.
"nanti ya bubu tunggu aku sudah siap, karna disana banyak sekali mark hyung nya, mohon pengertiannya ya bubu".
Suaranya berubah bergetar setetes demi tetes airmata membasahi pipinya namun sekuat tenaga lagi ia mencoba menahannya.
"iya tidak apa-apa haechan, ini sudah malam juga istirahat ya ingat selalu pesan bubu jika ada apa-apa langsung kabari ya". Suara di sebrang sana juga lama-lama bergetar bunyi nafasnya yang cepat terdengar di telpon.
"ya tentu bubu, terimakasih selamat malam".
Menjadi single parent tidaklah mudah, setidaknya haechan mencobanya memberikan peran kedua orang tua pada anaknya, sekuat tenaga memulai hidup baru namun masih terbayang masa lalu merantau ke negeri sang suami dilahirkan berharap masih merasa kehadiran sang suami dihidupnya, andai selalu andai yang haechan pikirkan.
Dengan mereka yang duduk bertiga di taman kota sambil piknik menikmati waffle dan es krim, duduk beralaskan kain di atas hijaunya rumput taman, oh atau haechan yang selalu bernadai bagaimana rasanya Kembali merasakan peran seorang istri. Bangun pagi menyiapkan keperluan sang suami membuatkan sarapan, memberikan kecupan pagi sebelum berangkat kerja dan menanti sang suami pulang dengan tangan terbuka. Sekarang haechan percaya cinta nya habis pada suaminya selebihnya ia hanya melanjutkan hidup demi sang anak.
Berjalan dengan sempoyongan meringkuk di sofa ruang tamu berharap ia terbangun di kamar seperti dulu-dulu saat menanti kepulangan sang suami dari kantor.
———
KAMU SEDANG MEMBACA
Titik Koma;
Fanfictionalur cepat . . Be Smart Reader This story contains lgbt! do not copy! pic : Pinterest Begins : 220724