Selamat membaca...
Sorry kalo ada typo...----------------------------------------
Aditya terdiam sejenak di hadapan sebuah rumah mewah yang mungkin terbilang sangat jarang sekali dia kunjungi. Rumah yang dulu pernah menjadi tempat tinggalnya ini membuat Aditya menjadi kembali mengingat kekecewaannya yang bahkan masih terasa sampai sekarang. Meski kejadian yang membuatnya kecewa begitu dalam sudah berlalu, rasa itu sampai saat ini masih menyentil di dalam hatinya.
Aditya menarik nafasnya panjang dan menghembuskannya kasar. Dengan niat yang sudah tercanang di dalam hatinya, dia melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah mewah tersebut.
Saat masuk ke dalam rumah itu, suasana sepi langsung melingkupi perasaan Aditya. Bagaimana tidak sepi, di rumah ini hanya di huni oleh ibunya dan juga beberapa penjaga di luar rumah dan beberapa asisten rumah tangga.
Iya, Aditya saat ini sedang berada di kediaman sang ibu, Deswita.
Berbicara mengenai Deswita, wanita paruh baya itu kini sudah memasuki usianya yang ke tujuh puluh enam. Usia senja yang memang sangat patut di wajibkan untuk beristirahat sambil menikmati masa tuanya.
"Loh, den Adit? Den Adit baru sampai?"
Aditya menoleh ketika mendengar suara yang sangat familiar dari sampingnya. Dia tersenyum tipis melihat seorang wanita paruh baya tengah berjalan menghampirinya. Dia, mbok Sari. Mbok Sari lah yang dulu selalu menemani dan juga memberikannya pengertian kala kedua orangnya selalu menuntutnya untuk terus belajar. Baginya, mbok Sari seperti orang tua kedua. Dia begitu menghormati wanita paruh baya itu meskipun statusnya hanya seorang asisten rumah tangga di rumah ini. Tapi, baginya, status itu bukanlah penghalang untuk seseorang menghormati orang lain.
"Saya baru saja tiba, mbok. Mbok Sari apa kabar?" ucap Aditya begitu ramah pada sosok di hadapannya.
"Mbok mah baik, den. Cuman karena udah tua jadi sering cape dan pegal-pegal" kekeh wanita paruh baya itu. "Aden kesini mau ketemu sama ibu kan? Ibu ada di halaman belakang, den. Ibu akhir-akhir ini suka menyulam di halaman belakang, katanya buat mengusir kejenuhan. Sok atuh, den. Mbok mau ke belakang dulu."
Aditya mempersilahkan wanita paruh baya itu melanjutkan kegiatannya. Meskipun sudah begitu tua, wanita itu tetap terlihat sehat dan juga bugar. Ibunya pun juga seperti itu.
Berbicara mengenai ibu, dia melangkahkan kakinya menuju halaman belakang kediaman orang tuanya. Saat sampai di sana, Aditya melihat sosok yang di carinya tengah duduk menyampinginya dengan sepasang hakpen yang di pegang di kedua tangannya yang terus bergerak mengaitkan benang ke alat tersebut."Bu..."
Pergerakan dari wanita paruh baya itu seketika terhenti ketika mendengar suara yang sangat dia rindukan. "Adit..."
Mata wanita paruh baya yang tak lain adalah Deswita itu pun berkaca-kaca ketika melihat sosok anak lelaki nya yang datang tanpa dia suruh. Deswita bangkit dari duduknya dan memindahkan alat-alat menyulamnya ke atas meja. Di hampirinya sosok sang anak yang kini berada di hadapannya dan memeluk tubuh yang bahkan lebih tinggi di banding dirinya.
Aditya membalas pelukan hangat dari sang ibu. Di usapnya punggung itu dengan lembut.
Deswita melepaskan pelukannya dan wanita dengan rambut yang sudah sepenuhnya memutih itu tersenyum begitu hangat dengan tatapan matanya yang teduh. Dia menarik tangan sang putra untuk duduk di kursi yang sebelumnya dia tempati.
KAMU SEDANG MEMBACA
PAMAN SAHABATKU || END
Romansa"Akhirnya, setelah sekian lama saya menemukan kamu, sweety." Tubuh Agatha seketika menegang ketika mendengar suara yang sangat dia kenal. Suara yang bertahun-tahun tidak pernah dia dengar, kini kembali mengalun dengan lembut di telinganya. Dia tau s...