Kedatangan di Pare

0 0 0
                                    

Raisa menatap jendela bus yang bergetar, memperhatikan hamparan sawah yang terhampar luas di luar sana. Bus yang ditumpanginya beranjak pelan memasuki Kampung Inggris Pare. Hatinya berdebar-debar, perasaan campur aduk antara antusiasme dan kecemasan. Di dalam tasnya, tersimpan mimpi-mimpi dan harapan besar yang ia bawa dari Jakarta.

"Pare ini seperti apa, ya?" pikir Raisa sambil menarik napas dalam. Ia telah mendengar banyak cerita tentang tempat ini dari teman-teman dan internet. Tempat di mana ribuan pelajar datang untuk belajar bahasa Inggris dalam suasana yang santai namun serius.

Begitu turun dari bus, Raisa disambut oleh hiruk-pikuk para pelajar yang lalu-lalang. Dengan koper kecil dan ransel di punggung, ia melangkah menuju asrama yang telah ia pesan sebelumnya. Asrama sederhana namun nyaman, diapit oleh deretan toko kecil yang menjual berbagai kebutuhan pelajar.

Raisa melemparkan pandangannya ke sekeliling asrama yang penuh dengan wajah-wajah baru. Di situ ada seorang gadis berkacamata yang tampak serius menulis di buku catatan, sekelompok anak muda yang tengah bercanda riang, dan seorang pemuda dengan gitar di pangkuannya, menyanyikan lagu-lagu berbahasa Inggris dengan aksen yang kental.

Di salah satu sudut, Raisa melihat sebuah papan pengumuman yang penuh dengan selebaran. Ada tawaran kelas-kelas bahasa Inggris dari berbagai lembaga, iklan kos-kosan, hingga informasi kegiatan sosial dan acara-acara komunitas. Salah satu selebaran yang menarik perhatiannya adalah tentang **Alifia Institute**, lembaga kursus yang mengklaim mengajarkan cara belajar bahasa Inggris yang efektif tanpa berpikir berlebihan.

"Ini dia," batin Raisa, "Ini mungkin awal dari semua mimpiku."

Setelah beres-beres dan beristirahat sejenak, Raisa memutuskan untuk menjelajahi kampung ini. Ia ingin merasakan suasana yang sesungguhnya, berinteraksi dengan orang-orang, dan mulai beradaptasi dengan kehidupan barunya di Pare. Dengan langkah mantap, ia berjalan menyusuri jalanan kampung yang penuh dengan suasana belajar dan semangat kebersamaan.

Di salah satu sudut, ia bertemu dengan seorang pemuda yang sedang membagikan brosur kelas bahasa Inggris. Pemuda itu tersenyum ramah dan memperkenalkan diri sebagai Dimas, seorang tutor di Alifia Institute. Dimas menjelaskan bahwa di lembaga ini, mereka tidak hanya mengajarkan bahasa Inggris, tetapi juga metode belajar yang efektif tanpa terlalu banyak berpikir, menggunakan pendekatan yang lebih intuitif dan alami.

"Selamat datang di Pare, Raisa," kata Dimas. "Di Alifia Institute, kami akan membantu Anda mempelajari bahasa Inggris dengan cara yang lebih alami dan menyenangkan. Anda akan belajar bagaimana berkomunikasi tanpa terjebak dalam kerumitan teori."

Dengan semangat yang semakin membara, Raisa menyadari bahwa perjalanannya di Pare baru saja dimulai. Di kampung kecil yang penuh harapan ini, ia siap mengejar mimpinya dan menemukan lebih banyak dari sekadar kemampuan berbahasa. Ia siap menemukan arti persahabatan, cinta, dan keberanian yang sejati, serta cara baru dalam belajar yang dapat mengubah cara pandangnya.

---

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 23 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Love In PareTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang